Pembantaian Palembang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Swarabakti (bicara | kontrib) |
||
Baris 42:
Pada tanggal 14 September, Badaruddin mengutus beberapa bangsawan ke loji Belanda di Sungai Aur untuk menemui Residen Palembang, Jacob Groenhof van Woortman. Terdapat perbedaan versi mengenai siapa saja bangsawan yang dikerahkan ke loji Belanda. Kesaksian anggota loji yang selamat menyebut nama Raden Ngabehi Carik, Tumenggung Lanang, Raden Muhammad, Tumenggung Suronindito, dan beberapa bangsawan rendah lainnya. Akan tetapi, menurut penuturan [[Ahmad Najamuddin II dari Palembang|Najamuddin II]], yang datang ke loji waktu itu adalah bangsawan tinggi seperti Pangeran Citradireja, Pangeran Natawikrama, Pangeran Suradilaga, Pangeran Syarif Usman, Kyai Mas Tumenggung Notonegero dan Kyai Demang Usman. Menurut satu kesaksian Belanda, para bangsawan juga disertai sekitar 160 orang bersenjata, yang kemudian melucuti senjata para penjaga dan menduduki loji dalam waktu yang singkat.{{sfnp|Wargadalem|2017|pp=50–51}} Jumlah total penghuni loji kala itu hanya 110 orang saja, termasuk penghuni berdarah pribumi.{{sfnp|Wargadalem|2017|p=53}}
Utusan Badaruddin menyampaikan kepada Groenhof van Woortman bahwa Batavia telah menyerah kepada Inggris, dan loji Belanda mesti dikosongkan secepatnya. Sang residen menjawab bahwa mereka tidak dapat melakukan apa pun tanpa instruksi dari Batavia, dan akan menunggu Inggris datang untuk mengambil alih loji secara langsung. Groenhof van Woortman meminta waktu tiga hari, dan ia pun mengutus dua orang untuk menghadap sang sultan. Badaruddin kemudian membalas mengirimkan dua orang bangsawan untuk membawa residen beserta beberapa pejabat loji lainnya untuk menemuinya.{{sfnp|Wargadalem|2017|p=51}}
Di tengah perjalanan menuju keraton, rombongan tersebut disambut para bangsawan yang menanyakan maksud kedatangan mereka. Groenhof van Woortman menjelaskan bahwa mereka hendak meminta disiapkan perahu ke Batavia. Tidak menunggu lama, para petinggi kerajaan itu menyediakan dua perahu ''pancalang''{{efn|Sejenis perahu ramping yang dapat melaju dengan cepat.}} dan memaksa penghuni loji untuk naik. Mereka kemudian dibawa ke muara Sungai Musi di wilayah Sungsang dan dibantai di sana. Eksekusi dijalankan oleh Pangeran Wirakusuma, Pangeran Wiradiwangsa, Pangeran Wirasentika, Tumenggung Kertonegoro, Demang Usman, Tumenggung Suroyudo, Ngabehi Wiroyudo, Ngabehi Kepinding, Ngabehi Kreto dan Ngabehi Jalil.{{sfnp|Wargadalem|2017|pp=51–52}} Total korban jiwa dalam pembantaian ini adalah 87 orang, dengan rincian 24 orang Eropa dan 63 orang pribumi. Sisanya kemungkinan telah melarikan diri sebelum loji diduduki. Beberapa di antaranya melarikan diri ke rumah-rumah orang [[Tionghoa]] dan Arab, tetapi kemudian tertangkap kembali dan ditahan. Ada yang melarikan diri ke hutan dan bertahan hidup selama 9 bulan, ada pula penghuni keturunan pribumi yang menyatakan memeluk agama Islam dan mengajar di salah satu dusun. Mereka bertahan hingga diselamatkan oleh pasukan Inggris yang datang di kemudian hari.{{sfnp|Wargadalem|2017|p=53}}
|