Pesantren, Kediri: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
menambah konten, gambar, nama-nama dusun, jumlah rt/rw/penduduk tiap kelurahan |
k →Sejarah |
||
Baris 25:
== Sejarah ==
Pemerintah kolonial Belanda pada masa [[Johannes van den Bosch]] tahun 1830 mulai menerapkan kebijakan [[tanam paksa]] terutama [[tebu]] sebagai komoditas ekspor. Perkebunan tebu dan pabrik gula mulai banyak bermunculan di Kediri salah satunya PG Pesantren yang berdiri tahun 1849. PG Pesantren didirikan oleh orang keturunan Cina yang kemudian berganti pengelolaan kepada pemerintah Hindia Belanda. Setelah
kontrak dengan pemerintah sudah berakhir, pada tahun 1890 Pabrik Gula Pesantren menjadi milik swasta yaitu ''Javasche Cultuur Maatschappij''. Lahan yang digunakan untuk penanaman tebu tersebar di beberapa desa di wilayah Kediri, yaitu desa Tepus, Katang, Doko, Burengan, Luksongo, Djeruk, Babakan, Gampengrejo, Pesantren, Bangsal, Janti, Sumberagung, Sumberbendo, Tempuran, Bawang, Centong, Ngijo, Dadapan, Tinalan, Jamsaren, Kleco, Pakunden, Banaran, Tosaren, Kepanjen, Grogol, dan Blabak. Awalnya PG Pesantren memproduksi [[gula merah]] dan mulai mengalihkan produksi [[gula putih]] pada tahun 1907. Kediri mengalami perkembangan yang sangat pesat karena industri perkebunan tersebut sehingga di tahun 1906, Kediri mendapatkan status ''Gemeente'' atau setara [[kota]] dan menjadi pusat Karesidenan Kediri.<ref name=sejarahpesantren></ref>
<gallery>
|