Jenghis Khan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib)
Swarabakti (bicara | kontrib)
Baris 191:
Setelah mengadakan pertemuan {{lang|mn|kurultai}} (dewan pemimpin Mongol) pada Maret 1211, Jenghis Khan melancarkan [[penaklukan dinasti Jin oleh Mongol|invasinya ke Jin Tiongkok]] pada Mei di tahun yang sama. Pada bulan Juni, pasukan Mongol telah mencapai lingkar luar pertahanan perbatasan Jin. Benteng-benteng ini dijaga oleh suku Ongud dibawah pimpinan Alaqush, yang membiarkan orang-orang Mongol berlalu tanpa perlawanan.{{sfnm|Ratchnevsky|1991|1pp=109–109|Sverdrup|2017|2p=104|Atwood|2004|3p=424}} Strategi Jenghis Khan melibatkan ''[[chevauchée]]'' bercabang tiga, memanfaatkan serangan kilat untuk menjarah dan membumihanguskan sebagian besar wilayah Jin. Hal ini ditujukan untuk menguras persediaan Jin serta melemahkan legitimasi mereka di mata khalayak. Selain itu, pasukan Mongol juga berusaha untuk mengamankan jalur pegunungan utama yang menyediakan akses ke [[Dataran Tiongkok Utara]].{{sfnm|Waterson|2013|1p=39|May|2018|2p=50|Atwood|2004|3pp=275–277}} Pasukan Jin mengalami kerugian yang signifikan, dan situasi mereka diperburuk oleh serangkaian pembelotan ke Mongol. Salah satu kejadian pembelotan yang paling menonjol turut berkontribusi secara langsung terhadap kemenangan pasukan Muqali dalam [[Pertempuran Yehuling|Pertempuran Huan'erzhui]] pada musim gugur 1211.{{sfnm|Ratchnevsky|1991|1pp=109–110|Atwood|2004|2p=501|Man|2004|3pp=135–136|Sverdrup|2017|4pp=105–106}} Namun, kampanye ini dihentikan sementara pada tahun 1212 ketika Jenghis Khan terluka oleh anak panah selama pengepungan Xijing (kini [[Datong]]) yang gagal.{{sfnm|Ratchnevsky|1991|1p=110|Man|2004|2p=137}} Setelah kemunduran ini, Jenghis menyadari perlunya kemampuan pengepungan yang lebih baik dan membentuk korps insinyur pengepungan. Selama dua tahun berikutnya, korps ini merekrut 500 orang ahli dari Jin, yang secara signifikan meningkatkan kemampuan bangsa Mongol untuk melakukan pengepungan dalam kampanye-kampanye berikutnya.{{sfnm|Sverdrup|2017|1pp=111–112|Waterson|2013|2p=42}}
 
Begitu konflik pecah kembali pada tahun 1213, pertahanan [[Perlintasan Juyong]] telah diperkuat secara signifikan. Namun, sebuah detasemen Mongol yang dipimpin oleh jenderal brilian Jebe berhasil menyusup ke celah tersebut dan mengejutkan pasukan elit Jin, yang secara efektif membuka jalan menuju ibu kota Jin, [[Zhongdu]] (kini [[Beijing]]).{{sfnm|Ratchnevsky|1991|1pp=110—111|Sverdrup|2017|2pp=114–115|Man|2004|3p=137}} Seiring dengan merangsek masuknya pasukan Mongol, pemerintahan Jin mulai berantakan. [[Suku Khitan]] yang berada di bawah kekuasaan Jin secara terbuka memberontak, sehingga semakin mengacaukan situasi. Di tengah kekacauan ini, Hushahu, komandan pasukan Jin di Xijing, meninggalkan jabatannya dan melakukan kudeta di Zhongdu. Ia membunuh kaisar Yongji dan melantik [[Kaisar Jin Xuanzong|Xuanzong]] sebagai penguasa boneka.{{sfnm|Ratchnevsky|1991|1pp=111–112|Man|2004|2pp=137–138|Waterson|2013|3pp=42–43}} Keruntuhan pemerintahan ini membuka peluang bagi pasukan Jenghis Khan. MeskiNamun, meski sudah diuntungkan oleh beberapa kemenangan awal, pasukan Mongol terlampau memaksakan diri dan kehilangan momentum. Pengepungan berkepanjangan tidak juga mampu menembus benteng Zhongdu. Terkurasnya persediaan memicu kelaparan yang diperparah dengan menyebarnya wabah penyakit. Menurut catatan [[Giovanni da Pian del Carpine|Yohanes dari Plano Carpini]], tentara Mongol bahkan sampai mesti melakukan [[kanibalisme manusia|kanibalisme]], meskipun klaim ini mungkin terlalu dibesar-besarkan. Menyadari bahwa pasukannya tidak sanggup bertahan menghadapi kondisi mengerikan dalam pengepungan berkepanjangan, Jenghis Khan memilih untuk berunding demi perdamaian, meskipun beberapa komandannya masih ingin tetap lanjut berperang.{{sfnm|Ratchnevsky|1991|1pp=112–113|Atwood|2004|2p=620|Man|2004|3pp=139–140}} Dalam perundingan ini, ia mendapatkan upeti yang cukup besar dari bangsa Jin, termasuk 3.000 kuda, 500 budak, seorang putri Jin, dan sejumlah besar emas dan sutra. Setelah persyaratan ini disetujui, Jenghis mengakhiri pengepungan dan menarik pasukannya pada bulan Mei 1214.{{sfnm|Ratchnevsky|1991|1pp=113–114|May|2018|2pp=52–54|Man|2004|3p=140|Sverdrup|2017|4pp=114–116}}
 
Setelah negeri Jin utara hancur akibat wabah dan perang, Kaisar Xuanzong membuat keputusan strategis untuk memindahkan ibu kota dan istana kekaisaran 600 kilometer (370 mil) ke selatan ke [[Kaifeng]].{{sfnm|Man|2004|1pp=140–141|Ratchnevsky|1991|2p=114}} Jenghis Khan menafsirkan pemindahan ini sebagai tanda bahwa bangsa Jin sedang berusaha untuk berkumpul kembali di selatan dengan tujuan untuk memulai kembali perang. Percaya bahwa langkah ini melanggar perjanjian damai, Jenghis Khan segera bersiap untuk kembali dan merebut Zhongdu.{{sfnm|Ratchnevsky|1991|1p=114|Weatherford|2004|2p=97|May|2018|3p=54}} Menurut sejarawan Christopher Atwood, pada titik inilah Jenghis Khan memutuskan untuk menaklukkan Tiongkok utara sepenuhnya.{{sfn|Atwood|2004|p=277}} Selama musim dingin tahun 1214-15, jenderal Jenghis, Muqali, berhasil merebut sejumlah kota di [[Semenanjung Liaodong|Liaodong]]. Meskipun penduduk Zhongdu menyerah kepada Jenghis Khan pada tanggal 31 Mei 1215, kota ini masih dikuasai oleh bangsa Mongol.{{sfnm|Ratchnevsky|1991|1pp=114–115|Atwood|2004|2p=277}} Setelah mendapatkan kemenangan ini, Jenghis Khan kembali ke Mongolia pada awal 1216, meninggalkan Muqali sebagai komando pasukan Mongol di Tiongkok.{{sfn|May|2018|p=55}} Muqali memimpin kampanye yang brutal namun efektif melawan rezim Jin yang semakin tidak stabil, melanjutkan gerak maju Mongol hingga kematiannya pada 1223. Kampanye ini semakin memperkuat kontrol Mongol atas Tiongkok utara, dan membuka jalan bagi penaklukan dinasti Jin secara menyeluruh.{{sfn|Atwood|2004|p=393}}