Masa Lalu Terjatuh ke dalam Senyumanmu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 57:
Namun, ''“… pergi meninggalkan sesuatu yang kau sebut masa lalu”'' (puisi: ''Segelas Sunyi yang Dingin''), ke manakah sesungguhnya manusia pergi meninggalkan terminal keberangkatan itu, meninggalkan “masa lalu” itu, jika ternyata ''“tidak ada tempat berpulang bagi ingatan”'' karena ''“kita hanya menumpang di sini/singgah sebentar lantas pergi lagi''"? (puisi: ''Spasi''). Sementara itu, “masa lalu” tetap bertahan menjadi sesuatu ''“yang dingin”'' (puisi: ''Barangkali Ada yang Ingin Kau Tanyakan''), bahkan ''“masa lalu bangkit/dari tubuhmu/bulan-bulan redup/hari pudar pada musim yang lewat/dan waktu/meleleh di punggungmu”'' (puisi: ''Ngunduh Wohing Karma –'' diambil dari kisah Dewi Windardi/Windradi dan Resi Gautama).''{{sfnp|Romansha|2018||p=xii|ps=}}''
Pembaca juga diingatkan oleh Kedung jika kita ''“hidup bukan untuk masa silammu/karena kau bukan takdir kenanganku'' (puisi: ''Cinta yang Lupa Ingatan''), tetapi kenyataannya kenangan tetap merupakan sebuah ''“tempat segala kepalsuan/diciptakan",'' ibaratnya ''“seperti ciuman yang membekas dalam ingatan”'' (puisi: ''Puisi yang Lahir dari Cerita Konyol''), ''“yang'' ''memutih di rambut/lalu rontok dan jatuh ke tanah”'' (puisi: ''Kalau''), dan bersamaan dengannya ''“usia menyulap kita jadi dongeng/dan tahu, masa jasad kita/mendekat keranda juga/tandas dilahap cerita-cerita yang selalu sama”'' (puisi: ''Kepada D'').''{{sfnp|Romansha|2018||p=xii|ps=}}''
Oleh karena itu, di tengah ''“kendaraan berseliweran di jalan/mengangkut masa lalu/singgah sebentar lantas pergi meninggalkan sunyi”,'' kita pun perlu untuk ''“melamar kota ini/dengan masa depan”,'' walaupun “masa lalu” tetap ''“merangsek maju/mendekapku dengan kecemasan anak-anak/yang putus layang-layangnya/…/yang tersusun dari harapan dan kecemasan'' (puisi: ''Magrib Menjemputku''). Betapa pun Kedung berangkat dari “masa lalu” sebagai dimensi pertama waktu (kelampauan), bukan berarti bahwa dimensi waktu kekinian dan yang akan datang tidak terbawa serta. Ini dikarenakan ketiga dimensi waktu tidak pernah bisa dipisah-pisahkan secara hakiki.''{{sfnp|Romansha|2018||p=xii–xiii|ps=}}''
|