Cermin Terus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
Baris 29:
 
== Latar belakang ==
Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh [[Ahmad Dahlan]] di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Pada tahun 1917, Abdul Karim Amrullah berkunjung ke Jawa dan berjumpa denganbertemu Ahmad Dahlan.<ref>Historia.id (13 Juni 2019)''. Kisah Persahabatan Haji Rasul dengan Kyai Ahmad Dahlan''. https://historia.id/politik/articles/kisah-persahabatan-haji-rasul-dengan-kyai-ahmad-dahlan-vZ5VB</ref> Tertarik dengan ide-ide Muhammadiyah, Abdul Karim Amrullah membawanya ke Minangkabau dengan membuka cabang di [[Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam|Sungai Batang]] pada tanggal 29 Mei 1925. Dalam tempo yang relatif singkat, ide-ide Muhammadiyah menyebar ke seluruh Minangkabau dan sejumlah cabang dibuka.<ref>Historia.id (3 Agustus 2015). ''Buya Hamka di Bawah Panji Muhammadiyah''. https://historia.id/agama/articles/buya-hamka-di-bawah-panji-muhammadiyah-PRgn9</ref> Perkembangan Muhammadiyah di Minangkabau diikuti pula dengan aktifnya bidang perempuan bernama [['Aisyiyah]]. Muhammadiyah mendorong perempuan untuk aktif berorganisasi sehingga dalam praktiknya, perempuan turut menghadiri kongres Muhammadiyah dan berpidato di depan umum.<ref name=":0" /><ref name=":2">Hamka. ''Ayahku: Riwayat Hidup Dr H Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatra.'' Jakarta: Ummind. 1982. hlm. 192-193.</ref>
 
Walaupun memiliki andil menyebarkan [[Muhammadiyah di Sumatera Barat|Muhammadiyah di Minangkabau]], Abdul Karim Amrullah tidak pernah menyatakan dirinya sebagai anggota atau pengurus. Ia malah tidak segan mengkritik beberapa praktik Muhammadiyah di Minangkabau yang dilihatnya tanpa didasari ilmu dan hanya [[Taklid|''taqlid'']] terhadap Muhammadiyah di Yogyakarta. Kritikan-kritikannya ia sampaikan dalam berbagai ''[[khutbah]]'' sejak tahun 1928.<ref name=":1">{{Cite book|url=http://worldcat.org/oclc/971526815|title=Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme Agama, dan Kolonialisme di Minangkabau|last=Jeffrey Hadler|first=|date=2010|publisher=Freedom Institute|isbn=978-979-19466-5-0|location=|pages=283-284|oclc=971526815|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Daya|first=Burhanuddin|date=1990|url=https://books.google.co.id/books?id=CPQeAAAAMAAJ&q=Masjid+%22MANINJAU%22&dq=Masjid+%22MANINJAU%22&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiG6ML83872AhXMzjgGHUAsAc04ChDoAXoECAUQAg|title=Gerakan pembaharuan pemikiran Islam|publisher=Tiara Wacana Yogya|isbn=978-979-8120-13-8|language=id}}</ref> Di antara praktik Muhammadiyah yang ditentang oleh Abdul Karim Amrullah adalah tampilnya perempuan berpidato di depan laki-laki dan menghadiri kegiatan tanpa ditemani ''[[mahram]]''.<ref name=":0" />
 
[[Berkas:Poster_Kongres_Muhammadiyah_di_Bukittinggi_1930.jpg|pra=https://wiki-indonesia.club/wiki/Berkas:Poster_Kongres_Muhammadiyah_di_Bukittinggi_1930.jpg|jmpl|Poster Kongres Muhammadiyah di Bukittinggi, 14–21 Maret 1930]]
Pada 24–26 Maret 1930, berlangsung Kongres Muhammadiyah ke-19 di Bukittinggi, yang merupakan kongres pertama organisasi itu di luar Jawa, Dalam kongres, pengurus 'Aisyiyah bernama Siti Rasyidah dijadwalkan akan berpidato. Namun, rencana ini memicu pertentangan dari Abdul Karim Amrullah yang menganggap hukum perempuan berpidato di hadapan majelis laki-laki adalah haram. Pertentangan akhirnya diselesaikan oleh [[Ahmad Rasyid Sutan Mansur]] sebelum kongres; demi kemaslahatan panitia meniadakan pidato pengurus 'Aisyiyah dalam rangkaian acara.<ref name=":0" />