Selametan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Folklor menjadi Cerita rakyat |
CiwulanCMH (bicara | kontrib) Menambahkan detail dari Selametan, dilengkapi dengan referensi terpercaya untuk memperkaya artikel. Tag: Dikembalikan VisualEditor Tugas pengguna baru |
||
Baris 21:
== Asal kata ==
''Slametan'' berasal dari kata ''slamet'' (Arab: salamah) yang berarti 'selamat, bahagia, sentausa'. Selamat dapat dimaknai sebagai keadaan lepas dari insiden-insiden yang tidak dikehendaki. Sementara itu, Clifford Geertz slamet berarti ''ora ana apa-apa'' (tidak ada apa-apa)
Kata "Selametan" berasal dari bahasa Jawa "slamet," yang berarti selamat atau sejahtera. Tradisi ini mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan dunia spiritual. Selametan dianggap sebagai wujud kearifan lokal yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan agama, khususnya Islam, dalam kehidupan sehari-hari.<ref>{{Cite news|last=Nusantara|first=Kompas|date=2024-06-25|title=Slametan, Tradisi Sakral Masyarakat Jawa|url=https://www.kompasnusantara.id/2024/06/slametan-tradisi-sakral-masyarakat-jawa.html|work=Kompas|access-date=2024-12-23}}</ref>
Upacara slametan merupakan salah satu tradisi yang dianggap dapat menjauhkan diri dari mala petaka. Slametan adalah konsep universal yang di setiap tempat pasti ada dengan nama yang berbeda. Hal ini karena kesadaran akan diri yang lemah di hadapan kekuatan-kekuatan di luar diri manusia.
Baris 26 ⟶ 28:
== Esensi ==
Menurut ''Endraswara'' dalam buku berjudul ''Agama Jawa: Ajaran, Amalan, dan Asal-Usul Kejawen'', ''slametan'' di Jawa merupakan wujud bakti masyarakat yang disebut dengan ''pangastuti'' atau ''abon-aboning panembah. Pangastuti'' merupakan bagian dari wujud ketaatan terhadap Tuhan, sedangkan ''abon-aboning panembah jati'' merupakan tradisi kelahiran, hidup, dan kematian masyarakat. Kelahiran, perkawinan, dan kematian adalah masa transisi perputaran hidup masyarakat Jawa. ''Slametan'' dalam konteks ini berfungsi untuk menemukan keharmonisan dan ketenteraman dunia yang dalam keyakinan masyarakat Jawa merupakan cermin realitas supranatural.
== Jenis-Jenis Selametan ==
Selametan dilakukan dalam berbagai kesempatan, antara lain:
# '''Selametan Kelahiran (Wetonan)''': Dilaksanakan untuk merayakan hari kelahiran seseorang berdasarkan penanggalan Jawa, sebagai ungkapan syukur atas kehidupan yang diberikan.<ref>{{Cite web|last=Center|first=Media|date=2022-08-02|title=Tradisi Selametan Weton|url=https://iainutuban.ac.id/2022/08/02/tradisi-selametan-weton/|website=IAIN Tuban|access-date=2024-12-23}}</ref>
# '''Selametan Kematian''': Dilaksanakan pada hari-hari tertentu setelah seseorang meninggal, seperti hari ke-3, ke-7, ke-40, hingga ke-1000, dengan tujuan mendoakan arwah agar mendapatkan tempat yang layak di sisi Tuhan.<ref name=":0">{{Cite news|last=Amanda|first=Sinta|date=2023-4-3|title=5 Tradisi Selamatan di Jawa yang Paling Sering Dilakukan|url=https://tugumalang.id/5-tradisi-selamatan-di-jawa-yang-paling-sering-dilakukan/|work=Tugu Malang|access-date=2024-12-23}}</ref>
# '''Selametan Pindah Rumah''': Selamatan ini dilakukan ketika ada orang yang baru pindah rumah. Dengan mengundang tetangga terdekat untuk berdoa bersama. Tumpeng nasi putih dan sayur atau disebut trancaman ditata dalam satu tempeh atau wadah besar.<ref name=":0" />
# '''Selametan Panen''': Diadakan sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang melimpah dan permohonan agar hasil pertanian tetap subur di masa mendatang.<ref>{{Cite web|last=Prihantoro|first=Prihantoro|date=2018-12-1|title=Pranata Upacara Selamatan Masyarakat Jawa|url=https://prihantoro.staff.ugm.ac.id/2018/12/01/pranata-upacara-selamatan-masyarakat-jawa/|website=Staff UGM|access-date=2024-12-23}}</ref>
== Akulturasi dengan Agama ==
Tradisi selametan menunjukkan adanya akulturasi antara budaya lokal dengan ajaran Islam. Meskipun berasal dari kepercayaan animisme dan dinamisme, dalam perkembangannya, selametan diselaraskan dengan nilai-nilai Islam, seperti pembacaan doa-doa Islami dan shalawat.<ref>{{Cite news|last=Suhendra|first=Ahmad|date=2024-02-21|title=Selametan, Salawat dan Berkat: Akulturasi Budaya Di Nusantara|url=https://www.qubaca.id/keislaman/1104019222/selametan-salawat-dan-berkat-akulturasi-budaya-di-nusantara?|work=qubaca.id|access-date=2024-12-23}}</ref>
== Rujukan ==
|