Baharullah Bafaqih: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fakta Sejarah
Tag: VisualEditor Edit Check (references) activated Edit Check (references) declined (uncertain)
Fakta Sejarah
Tag: Penambahan gelar ( ? ) [ * ] VisualEditor Edit Check (references) activated Edit Check (references) declined (uncertain)
Baris 13:
[[Berkas:Syarafal Anam salinan Sayyid Baharullah Bafagih.jpg|jmpl|Kitab Syarafal Anam milik Sayyid Baharullah Bafagih]]
[[Berkas:Maulid Bafagih SUlteng.jpg|jmpl|Dok : Perayaan Maulid di wilayah Besusu oleh Majelis Bafagih]]
Sebagai gerakan pengislaman dan pengajaran Islam, Sayyid Baharullah mengislamkan dan mengajarkan Islam melalui media Peringatan Maulid Nabi. Untuk memudahkan penyebaran dakwah, beliau menyatukan Ajaran Islam & Budaya Adat Suku Kaili (suku yang berdiam di-kerajaan palu), dimasa itu masih banyak yang menggunakan Palaka yaitu sesajen berupa kotak persegi empat, beliau merubah kotak persegi itu menyerupai kabbah lalu menamainya sebagai Paham Islam (logat Kaili merubah nama itu menjadi paha) yang ditutupi atau lingkari kain hijau bertuliskan kalimat Tauhid Laa Illaha Illalllah Muhammadurrasulullah. dan ditancapkan 4 bendera disetiap sisinya melambangkan simbol 4 sahabat Nabi, bendera di isi telur(simbolnya bermakna kulit telur(syariat), Ari-ari telur(tarekat), putih telur(hakikat), kuning telur(Ma'rifat), serta bunga-bunga sebagai simbol cucu Rasulullah yaitu Hasan wal Husain sekaligus simbol pohon Sidratul Muntaha, serta didalamnya kotak diisi uang, buah-buahan, makanan-makanan tradisional suku Kaili sebagai simbol rasa syukur kepada ALLAH, yang lalu uang & makanan tersebut nantinya dibagikan dan disedekahkan kepada masyarakat dan ummat. Dan dalam pelaksanaannya dilaksanakan dengan berkumpul bermajelis (Norate Nolabe) membaca Shalawat Nabi Muhammad SAW, Sirah Nabawiyah dan Maulid Syarafal Anam dan Asyraqal (Nosaraka : Berdiri serempak menyambut Kelahiran Nabi), hingga selesai<sup>1</sup><sub>.</sub>
 
Mengenai Pengajian ilmu diwaktu malam hari, di era dahulu masih menggunakan Silo (obor dari bambu). Dimana Sayyid Baharullah Bafaqih dalam pengajaran fiqih dan tasawufnya, tidak mendirikan pesantren berbasis modern atau madrasah, akan tetapi berupa Halaqah Ilmu yaitu metode pendidikan Islam tradisional yang dilakukan dengan berkumpul, para jemaah atau murid duduk melingkar sehingga bisa saling berhadapan.