Pesut mahakam: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Mengembalikan suntingan oleh 180.254.160.131 (bicara) ke revisi terakhir oleh InternetArchiveBot Tag: Pengembalian |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 31:
Di Kalimantan, populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya tingkat [[erosi]] dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di sekitarnya. Kelestarian Pesut mahakam juga diperkirakan terancam akibat terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.<ref>{{Cite web|url=http://www.bibitikan.net/mengenal-ikan-pesut-mahakam-mamalia-air-asli-kalimantan-timur/|title=Mengenal Ikan Pesut Mahakam – Mamalia Air Asli Kalimantan Timur {{!}} Bibitikan.net|website=www.bibitikan.net|access-date=2019-05-03|archive-date=2019-05-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20190503145319/http://www.bibitikan.net/mengenal-ikan-pesut-mahakam-mamalia-air-asli-kalimantan-timur/|dead-url=yes}}</ref>
== Legenda ==
Terdapat kisah [[legenda]] pesut mahakam yang berasal dari Kalimantan Timur. Bagi masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim), Pesut mahakam bukan sekadar hewan biasa, tapi merupakan jelmaan manusia. Konon, menurut cerita rakyat, satwa ini merupakan jelmaan sepasang kakak beradik anak dari pasangan petani.
Dikisahkan, kedua bersaudara ini ditelantarkan oleh ayahnya. Suatu hari mereka pernah tidak diberi makan. Lalu, karena rasa lapar yang amat sangat, mereka pun masuk ke dalam dapur untuk mencari makan. Kedua bersaudara tersebut kemudian memakan bubur panas yang sedang mendidih dalam priuk. Karena kepanasan keduanya berlari menuju sungai merendamkan tubuh dan menyemburkan udara dari kepala. Hingga akhirnya datanglah orang tua kedua anak tersebut dan mendapati ada dua ekor pesut yang sedang menyemburkan air dari atas kepalanya. Sang ayah hanya bisa menangis, melihat anak-anaknya telah berubah menjadi ikan. Anak-anak yang berubah menjadi ikan tersebut pun sedih melihat ke arah ayahnya.
Seolah-olah mengucapkan selamat tinggal, dua ekor ikan jelmaan yang berwarna hitam tersebut kemudian berenang ke tengah Sungai Mahakam dan tidak terlihat lagi. Dua anak-anak kecil tersebut pun hingga kini dipercaya menjadi legenda yang menghuni sungai Mahakam.
Masyarakat Kutai menyebut ‘jelmaan’ tersebut dengan pesut atau ''pasut'', sedangkan masyarakat di pedalaman Mahakam menyebutnya dengan ''bawoi''.<ref>{{Cite web|last=Kusumo|first=Rizky|title=Legenda Pesut Mahakam, Lumba-Lumba Endemik yang Dianggap Jelmaan Manusia|url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/09/14/legenda-pesut-mahakam-lumba-lumba-endemik-yang-dianggap-jelmaan-manusia|website=www.goodnewsfromindonesia.id|language=id-ID|access-date=2023-12-26}}</ref>
== Rujukan ==
|