Panglima Bukhari: Perbedaan antara revisi
[revisi tidak terperiksa] | [revisi tidak terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
Memperbaiki Tag: Pengembalian manual VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Memperbaiki Tag: Penambahan gelar ( ? ) [ * ] VisualEditor Edit Check (references) activated Edit Check (references) declined (other) Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 12:
Dengan membawa surat resmi dari Sultan [[Muhammad Seman]], Bukhari dan adiknya Santar datang ke Kampung Hantarukung untuk menyusun suatu pemberontakan rakyat terhadap pemerintah Belanda. Kedatangan Bukhari diterima hangat oleh penduduk Kampung Hantarukung. Dengan bantuan '''Pangerak Yuya''' (''pangerak'' = kepala dusun/ketua RW), Bukhari berhasil mengorganisir kekuatan rakyat untuk melawan Belanda. Sebanyak 25 orang penduduk telah menyatakan diri sebagai pengikutnya, dan di bawah pimpinan Bukhari dan Santar siap untuk melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Belanda.
Gerakan Bukhari ini bahkan kemudian mendapat dukungan selain penduduk Kampung Hantarukung, juga penduduk Kampung Amparaya dan Kampung Ulin. Sehubungan dengan itu alasan perlawanan yang dikemukakan bahwa penduduk dari tiga kampung itu tidak bersedia lagi melakukan kerja rodi. Sikap penduduk dan tindakan '''Pangerak Yuya''' yang tidak mau menurunkan kuli (penduduk) untuk menggali garis antara [[Distrik Amandit|Amandit]]-[[Distrik Negara|Negara]] tersebut, kemudian dilaporkan oleh '''Pambakal Imat''' (''pambakal'' = kepala desa) kepada [[Kiai]] (gelar kepala distrik), karena yang bersangkutan sedang tidak ada di tempat, Pambakal melaporkan kepada ''Controleur'' Belanda di kota [[Kandangan]].
PERTEMPURAN DI GUNUNG MADANG (PERANG BANJAR)
a. Di Tanah Laut, perlawanan terutama untuk menyerang Benteng Batu Tongko di bawah pimpinan Haji Buyasin dengan kawan-kawan.
b. Di Martapura di bawah pimpinan Pangeran Muda dan kawan-kawan
c. Di Pengaron di bawah pimpinan Syarif Sambas As-Siraji Al-Hasani
d. Di Benua Amandit di bawah Demang Lehman
e. Di Benua Alai di bawah Pangeran Hidayatullah
f. Di Balangan di bawah Tumenggung Abdul Jalil
g. Di Tabalong di bawah Pangeran Antasari.
Sebuah nama yang disebut terlibat dalam Perang Banjar bersama-sama Pangeran Antasari, Pangeran Hidayatullah, Demang Lehman dan H. Buyasin adalah Syarif Sambas As-Siraji Al-Hasani ketika meletus Perang Banjar merupakan salah satu pimpinan penyerangan terhadap benteng Pengaron, dan bergerilya di wilayah Riam Kanan, Riam Kiwa, Martapura dan Rantau.
Pecahnya Perang Banjar di Kalimantan Selatan tidak bisa dipisahkan dengan peristiwa di Tambai (Serambi) Mekah, yang kemudian menjadi julukan Kota Martapura. Pergerakan nativisme di Tambai Mekah merupakan titik awal perlawanan yang memunculkan tokoh sentral Perang Banjar, yakni Pangeran Antasari. Titik berat tulisan ini adalah kehadiran tokoh-tokoh keturunan “Sayyidina Ali” dalam episode Perang Banjar di Tambai Mekah.`
Sebelum adanya gerakan nativisme, Tambai Mekah bernama Desa Kumbayau. Sebuah desa yang berada dipinggir Sungai Muning. Sungai ini merupakan anak Sungai Nagara di Kalimantan Selatan yang bermuara pada Sungai Barito di Kalimantan Tengah.
Namun ternyata tidak disangka, gerakan ini berakibat besar yang mampu menarik perhatian rakyat Banua Lima, bangsawan Banjar, dan Belanda. Tidak main-main pengaruh gerakan ini mampu menarik simpatik dan dukungan rakyat dan dimanfaatkan oleh Syarif Djamjam Az-Zahrawi Al-Husaini untuk “memukul” pihak Belanda.
Pemimpin gerakan tersebut bernama Syarif Djamdjam Az-Zahrawi Al-Husaini yang dulu pernah berada dipihak belanda setelah itu berbalik arah menyerang belanda.
Kedahsyatan Perang Banjar Barito 1859-1906 di antaranya terlihat dari banyaknya korban tewas, baik di pihak Belanda maupun pejuang dan rakyat Banjar Barito. Para pemimpin pejuang bersama rakyat Banjar Barito saat itu benar-benar militan dan memiliki semangat juang yang tinggi untuk berperang Fi Sabilillah melawan penjajah. Mereka teguh memegang prinsip Haram manyarah lawan Walanda waja sampai ka puting. Salah satu episode Perang Banjar Barito, yaitu tenggelamnya kapal perang Onrust disertai tewasnya sejumlah pemimpin dan anggota pasukan Belanda di Sungai Barito, sangat memukul Pemerintah Belanda sehingga dijadikan sebagai Hari Berkabung Nasional di negerinya. Belanda hampir menyerah dan putus asa sehingga ditempuhlah rekayasa tipu muslihat dan cara-cara licik untuk mengakhiri perang. Banyaknya pejuang kita yang dibuang atau rakyat terpaksa bermigrasi ke luar Kalimantan untuk mencari daerah aman, menunjukkan pula betapa dahsyat dan eskalatifnya Perang Banjar Barito.
Tokoh-tokoh yang terlibat dalam Perang Banjar di Tambai Mekah:
Pangeran Antasari
Syarif Djamdjam Az-Zahrawi Al-Husaini
Aling
Nuramin dan Saranti
Sultan Kuning
Sa'id
Ibrahim
Sadiq
Samman
Thahir
Sulaiman
Pangeran Tjaka Soema
Pembakal Abdul Hamid
Pangeran Kasoema Djaya
Hasan
Muhammad Yusuf
Raden 'Ardi Kasoema
Kamaluddin
Zaini
Maimunah
Nafisah
Desa Kumbayau tempat Aling dan keluarganya bermukim disebut dengan tambai (serambi) Mekah.
Silsilah Panglima Perang Kesultanan Banjar :
1. Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam
2. Fatimah Az-Zahra' dan Ali bin Abu Thalib
3. Hasan Al-Mujtaba
4. Zaid Al-Ablaj
5. Hasan Al-Anwar
6. Qasim
7. Abdurrahman Asy-Syajari
8. Ja'far
9. Muhammad
10. Ali
11. Husein
12. Hasan
13. Muhammad
14. Abdullah
15. Muhammad
16. Sirajuddin
17. Abdullah
18. Muhammad
19. Ahmad
20. Muhammad
21. Yahya As-Siraji (datuk seluruh keluarga as-siraji)
22. Ahmad
23. Ali
24. Ahmad
25. Ali
26. Daud
27. Yahya
28. Ahmad
29. Sholeh
30. Ali
31. Hasan
32. Amir
33. Ali
34. Muhammad
35. Amir
36. Ali
37. Husein
38. Syarif Sambas As-Siraji Al-Hasani
Sumber : An-Nasabah Asy-Syarif Ihab bin Ya'qub Al-Kutbi Al-Hasani Makkah Al-Mukarramah.
== Perlawanan Rakyat 18 September 1899 ==
|