Bahasa Jawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alfarizi M (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Alfarizi M (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
Baris 196:
!
! [[Konsonan bibir|Bibir]]
! [[Konsonan gigi|Gigi]]/[[Konsonan rongga-gigi|Rongga gigi]]{{efn|Fonem {{IPA|/n/}}, {{IPA|/l/}}, {{IPA|/r/}}, dan {{IPA|/s/}} (serta {{IPA|/z/}}) ditandai sebagai fonem gigi dalam analisis {{harvcoltxt|Ogloblin|2005}}, rongga-gugugigi dalam analisis {{harvcoltxt|Wedhawati dkk.|2006}}, dan (setengah) tarik-belakang dalam analisis {{harvcoltxt|Nothofer|2009}}. Fonem {{IPA|/t/}} dan {{IPA|/d/}} secara konsisten selalu ditandai sebagai konsonan gigi; {{harvcoltxt|Wedhawati dkk.|2006}} secara khusus menyebut keduanya sebagai konsonan "apiko-dental", yaitu konsonan yang diucapkan dengan menempelkan ujung lidah ke gigi atas.{{sfnp|Wedhawati dkk.|2006|p=80}}}}
! [[Konsonan tarik-belakang|Tarik-belakang]]
! [[Konsonan langit-langit|Lelangit]]
Baris 263:
Deret konsonan antarvokal umumnya terdiri dari konsonan sengau + letup homorganik (seperti [mp], [mb], [ɲtʃ], dan seterusnya), atau [ŋs]. Bunyi /l/, /r/, dan /j/ dapat pula ditambahkan di akhir deret konsonan semacam ini. Contoh deret konsonan semacam ini adalah ''wo'''nt'''en'' 'ada', ''ba'''ngs'''a'' 'bangsa', dan ''sa'''ntr'''i'' 'santri, Muslim yang taat'. Dalam bahasa Jawa, suku kata sebelum deret konsonan semacam ini secara konvensional dianggap sebagai suku kata terbuka, sebab bunyi /a/ dalam suku kata seperti ini akan mengalami [[Kebulatan vokal|pembulatan]] menjadi {{IPA|[ɔ]}}. Kata ''tampa'' 'terima', misalnya, diucapkan sebagai [tɔmpɔ]. Bandingkan dengan kata ''tanpa'' 'tanpa' yang diucapkan sebagai [tanpɔ].{{sfnp|Ogloblin|2005|pp=593–594}}
 
Sebagian besar (85%) morfem dalam bahasa Jawa terdiri dari 2 suku kata; morfem sisanya memiliki satu, tiga, atau empat suku kata. Penutur bahasa Jawa memiliki kecenderungan yang kuat untuk mengubah morfem dengan satu suku kata menjadi morfem dengan dua sukubersuku kata. Morfem dengan empat suku kata kadang pula dianalisis sebagai gabungan dua morfem yang masing-masingnyamasing memilikibersuku kata dua suku kata.{{sfnp|Ogloblin|2005|p=593}}
 
== Tata bahasa ==