Histori Kutai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah materi |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 9:
Asvi Warman Adam dalam presentasinya menyatakan, [[Nusantara (ibu kota terencana)|IKN Nusantara]] bukan sembarang tempat ''“somewhere in the jungle”.'' Bangsa Indonesia perlu berterima kasih kepada Provinsi Kalimantan Timur, khususnya wilayah yang dulu bagian kerajaan tertua di tanah air. Pusaka kerajaan disumbangkan ke Museum Nasional bahkan Istana Kesultanan diserahkan kepada pemerintah untuk dijadikan Museum Kutai. "Sungguh besar sumbangan dan pengorbanan Kesultanan Kutai bagi Republik Indonesia,” paparnya. Dalam epilognya di buku Histori Kutai, Asvi Warman Adam menyatakan bahwa pandangannya sejalan dengan penulis buku ini dalam uraian tentang empat dari lima periode yang dibahas. Namun, adanya perbedaan pendapat tersebut tidak mengurangi pentingnya isi buku ini.<ref name=":1" />
Nanda Puspita Sheilla menyatakan
Joko Supriyadi, direktur utama Yayasan Sejarah dan Budaya Kalimantan Utara, menyatakan bahwa buku ini tidak hanya romantisme sejarah, namun dapat memperkuat solidaritas masyarakat Kalimantan. Masyarakat dapat lebih mengenal diri dan menyadari bahwa mereka penuh potensi di dalam diri. Buku ini memberi contoh bahwa sejarah perlu disusun ulang narasinya. Sejarah juga perlu diperbaiki dari kesalahan penamaan dan interpretasi, ditutupi lubang-lubang misteri, diungkapkan heroisme dan keberpihakannya terhadap NKRI, dan dijelaskan dengan mudah meriah.<ref>{{Cite web|author=Supriyadi|first=Joko|date=19 Februari 2024|title=Resensi Buku Histori Kutai dari Perspektif Kalimantan Utara|url=https://kaltimkece.id/sastra/resensi-buku-histori-kutai-dari-perspektif-kalimantan-utara|website=Kaltimkece.id|access-date=28 Desember 2024}}</ref>
== Referensi ==
|