Pada awal Agustus 2002, ia menyuruh orang melakukan penggalian di komplek [[prasasti Batutulis]]. Dimana dirinya meyakini berdasarkan petunjuk dalam mimpi (dalam tradisi sufistik Naqsabandiyah dikenal dengan Ilham),<ref>{{Cite journal|last=Bahri|first=Saiful|last2=Ramadhan|first2=Firdaus|last3=Reihannisa|first3=Indhina|date=2015-06-30|title=Kualitas Perairan Situ Gintung, Tangerang Selatan|url=https://doi.org/10.24252/bio.v3i1.561|journal=Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi|volume=3|issue=1|pages=16–22|doi=10.24252/bio.v3i1.561|issn=2302-1616}}</ref> bahwa di bawah prasasti tersebut tersimpan harta karun peninggalan zaman Prabu Siliwangi yang dapat digunakan untuk membayar seluruh hutang negara yang hampir bangkrut sebesar hampir Rp 1.500 triliun atau USD 240 juta (dengan konversi 1 USD ke IDR diangka Rp 6500, sejak awal Agil menjabat) peninggalan [[Orde Baru]]. Saat itu, banyak protes dari kalangan arkeologi, namun pemerintah kurang menanggapi. Lalu, setelah dilakukan penggalian selama dua minggu dibawah pengawasan Agil, penggalian dihentikan dan menghasilkan jejak galian tanah sepanjang 5 m, lebar 1 m, dan kedalaman 2 m tanpa temuan emas. Setelah berita penggalian itu menyebar, demonstrasi dan kecaman datang dari masyarakat luas yang menghendaki Prof Agil untuk mengundurkan diri dari posisi menteri. Namun, Agil tetap bertahan pada posisinya hingga berakhir masa tugasnya.