Histori Kutai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 22:
Nanda Puspita Sheilla menyatakan harapannya agar pembaca buku ''Histori Kutai'' dapat menilai secara objektif tanpa memandang subjektivitas penulis sebagai orang lokal. Menurutnya, adanya epilog yang ditulis oleh Asvi Warman Adam di buku ini bisa menetralisasi perspektif pembaca non-Kaltim untuk tidak mempermasalahkan penulisnya yang dari lokalitas Kaltim. Epilog tersebut memang sangat membantu menetralisasi dan berfungsi seperti ''endorsement'' untuk buku ini.<ref>{{Cite web|author=Sheilla|first=Nanda Puspita|date=16 Februari 2024|title=Histori Kutai dalam Perspektif Kaum Muda|url=https://kaltimkece.id/rupa/risalah/histori-kutai-dalam-perspektif-kaum-muda|website=Kaltimkece.id|access-date=28 Desember 2024}}</ref>
Joko Supriyadi, direktur utama Yayasan Sejarah dan Budaya [[Kalimantan Utara]], menyatakan bahwa buku ini tidak hanya romantisme sejarah, namun dapat memperkuat solidaritas masyarakat Kalimantan. Masyarakat dapat lebih mengenal diri dan menyadari bahwa mereka penuh potensi di dalam diri. Buku ini memberi contoh bahwa sejarah perlu disusun ulang narasinya. Sejarah juga perlu diperbaiki dari kesalahan penamaan dan interpretasi, ditutupi lubang-lubang misteri, diungkapkan heroisme dan keberpihakannya terhadap NKRI, dan dijelaskan dengan mudah meriah.<ref>{{Cite web|author=Supriyadi|first=Joko|date=19 Februari 2024|title=Resensi Buku Histori Kutai dari Perspektif Kalimantan Utara|url=https://kaltimkece.id/sastra/resensi-buku-histori-kutai-dari-perspektif-kalimantan-utara|website=Kaltimkece.id|access-date=28 Desember 2024}}</ref>
== Referensi ==
|