Negara Sumatera Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Kesalahan Akronim
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Baris 39:
Bergabungnya tiga komunitas bumiputera itu diikat oleh kesamaan nasib, yakni sama-sama korban [[Revolusi Sosial Sumatera Timur|penyerangan dan pembantaian]] yang dilakukan oleh [[faksi komunis]] dan republik pada 1946. Dalam keadaan diserang dan dibantai, kedatangan [[Belanda]] dan [[Inggris]] di Sumatra pun disambut dengan tangan terbuka. Dan ini menjadikan apa yang disebut aksi [[agresi militer Belanda]] sejatinya merupakan aksi penyelamatan penduduk yang selama itu disekap oleh republik Yogya. Dengan kekuatan tambahan ini maka persekutuan anti-republik menguat dan berdirilah NST sebagai negara baru yang di dalamnya terhimpun sisa-sisa daulah atau kesultanan Islam yang masih selamat. Meski demikian ada pula rakyat yang menentang berdirinya NST dan melakukan perlawanan militer terhadap Belanda, namun bukan bumiputera.
 
Sumatera Timur adalah negara yang kaya akan minyak dan perkebunan. Kekayaannya ini menjadi incaran banyak pihak, termasuk Republik Indonesia dan Belanda. Karena itu, selain diikat oleh kesamaan nasib, tegaknya Negara Sumatera Timur juga dipicu oleh keinginan mempertahankan harta kekayaannya dari incaran pihak-pihak luar. Negara ini dipimpin oleh wali negara (setara presiden) bernama Dr. [[Tengku Mansur]] dari [[Kesultanan Asahan]], yang juga merupakan ketua organisasi Persatuan Sumatera Timur.<ref>The Malays, Anthony Milner, Oxford, Blackwell, 2008, hal.172, ISBN 978-0-631-17222-2</ref> Adapun wakilWakil waliWali negaraNegara atau wakilWakil presidenPresiden adalah [[Raja Kaliamsyah Sinaga]] dari [[TanahTanoh Jawa, Simalungun|Kerajaan TanahTanoh Jawa, Simalungun]]. Sementara panglima angkatan bersenjatanya, Barisan Pengawal (BP), adalah Kolonel [[Djomat Poerba]] dari [[PubaPurba, Simalungun|Kerajaan Purba, Simalungun]].
 
Sumatera Timur kemudian bergabung dengan negara baru Republik Indonesia Serikat melalui [[Konferensi Meja Bundar]] (KMB). Dalam perundingan tersebut, Sumatera Timur tergabung dalam [[Majelis Permusyawaratan Federal]] ({{lang-nl|Bijeenkomst voor Federaal Overleg}}; disingkat BFO) yang kala itu dipimpin oleh [[Sultan Hamid II]] dari Kalimantan Barat.