Ayat-Ayat Setan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RizzleValikaze (bicara | kontrib)
Penerjemahan (konten) tambahan dan netralisasi besar-besaran.
RizzleValikaze (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 83:
Para ulama yang mengakui historisitas kejadian tersebut tampaknya memiliki metode yang berbeda untuk menilai laporan daripada yang telah menjadi metodologi Islam standar. Misalnya, Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa karena laporan tafsir dan sira-maghazi umumnya disampaikan melalui isnad yang tidak lengkap, laporan-laporan ini tidak boleh dinilai menurut kelengkapan mata rantai tetapi lebih pada dasar penyampaian makna umum yang berulang-ulang di antara laporan-laporan tersebut.<ref name="EoQ"/> Ibnu Taimiyah mengganggap insiden tersebut tidak menyalahi konsep ismat al-Anbiya, dan ia menganggap bahwa peristiwa tersebut dapat menjadi bukti atas kebenaran dan kejujuran Muhammad, karena insiden ini menunjukkan kesediaan Muhammad untuk menyampaikan Wahyu Ilahi dengan setia, meskipun dengan risiko memberatkan dirinya sendiri dengan mengakui kesalahannya.<ref name="Ahmed" />
 
===ModernUlama IslamicIslam scholarshipModern===
Banyak cendekiawan Muslim modern yang menolak cerita tersebut. Argumen penolakan mereka terdapat dalam artikel Muhammad Abduh “Masʾalat al-gharānīq wa-tafsīr al-āyāt”, Hayat Muhammad karya Muhammad Husain Haykal (1933), Fi Zilal al-Quran karya Sayyid Qutb (1965), Tafhim-ul-Quran karya Abul Ala Maududi (1972) danNasb al-majānīq li-nasf al-gharānīq karya al-Albani.<ref name="EoQ" />