Titthiya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 143:
=== Pūraṇa Kassapa (Pūrṇa Kāśyapa) ===
Guru spiritual pertama yang ditanyai [[Ajatashatru|Ajātasattu]] adalah [[Pūraṇa Kassapa]]. Kassapa mengajukan teori ''akiriyāvāda'' (ajaran nonfungsional; tanpa-melakukan): perbuatan yang dianggap baik dan buruk tidak memiliki moralitas yang melekat dan dengan demikian tidak ada [[Karma dalam Buddhisme|konsekuensi masa depan]] dari melakukan perbuatan "baik" atau "buruk".<ref name=":02">{{Cite web|title=Six Contemporary Teachers During The Time Of The Buddha|url=http://stylomilo.com/files/mv/BPCGAQ/BPFE102-Emergence_of_Buddhism_and_Basic_Buddhist_Teachings/GAQ%20L10%20&%20L11%206%20Heretical%20Teachers.pdf|website=stylomilo.com|access-date=2019-01-02}}</ref>
=== Makkhali Gosāla (Maskarī Gośālīputra) ===
[[Makkhali Gosāla]], guru kedua yang dikunjungi oleh [[Ajatashatru|Ajātasattu]], menganut ajaran non-kausalitas;<ref name=":12">{{Cite book|last=Velez de Cea|first=J. Abraham|date=2013-01-03|title=The Buddha and Religious Diversity|isbn=9780203072639|doi=10.4324/9780203072639}}</ref> pencapaian kondisi apa pun bergantung pada keadaan, takdir, atau alam, bukan pada kemauan manusia, dan peristiwa-peristiwa tidak memiliki akar penyebab.<ref>{{Cite book|last=Malalasekera|first=G. P.|year=2003|url=https://books.google.com/books?id=x8ObMQ1GGsUC&dq=Makkhali+Gos%C4%81la+six&pg=PA398|title=Dictionary of Pali Proper Names, Volume 1|location=|publisher=Asian Educational Services|isbn=9788120618237|pages=}}</ref><ref>{{Cite book|last=Sayadaw|first=Pa-Auk Tawya|year=2012|title=The Workings of Kamma|location=|publisher=Pa-Auk Meditation Centre (Singapore)|isbn=|pages=}}</ref> Seperti Pūrana Kassapa, Gosāla juga menyangkal keberadaan [[Karma dalam Buddhisme|karma]] dan buah karma (''vipāka''). Ajaran ini disamakan dengan [[fatalisme]] dan [[determinisme]]. Ajarannya juga disebut ajaran ketiadaan sebab (''ahetukavāda''), ajaran kemurnian alami (''saṃsārasuddhivāda'').<ref>{{Cite web|title=Introduction to Six Heretical Teachers and Their Teachings|url=http://buddhistarticles.weebly.com/six-heretical-teachers.html|website=buddhistarticles.weebly.com|access-date=2021-04-21}}</ref>
=== Ajita Kesakambalī (Ajita Keśakambala) ===
[[Ajita Kesakambalī]] disebutkan setelah Makkhali Gosāla sebagai guru ketiga yang disebutkan oleh [[Ajatashatru|Ajātasattu]]. Ia dianggap sebagai seorang [[Materialisme|materialis]] (''bhautikavādi''), [[Nihilisme|nihilis]] (''ucchedavādi''), dan penganut ajaran yang menolak bekerjanya karma (''akiriyavādi''). Kesakambalī berpendapat bahwa semua yang ada hanyalah proses fenomena alam dan dengan keras menolak keberadaan kehidupan apa pun setelah kematian; "Seorang manusia terbentuk dari [[Unsur (Buddhisme)|empat unsur]]', ketika ia meninggal, tanah kembali menjadi [[Gugusan (Buddhisme)|gugusan]] tanah, air menjadi air, api menjadi api, udara menjadi udara, dan [[Landasan indra|indra]] lenyap ke dalam ruang."<ref name=":02" />
=== Pakudha Kaccāyana (Kakuda Kātyāyana) ===
[[Pakudha Kaccāyana]], guru keempat yang dirujuk oleh [[Ajatashatru|Ajātasattu]], adalah seorang [[Atomisme|atomis]] yang berpendapat bahwa semua hal-ihwal terbuat dari tujuh [[Unsur (Buddhisme)|unsur]], yaitu unsur tanah, api, udara, air, rasa senang, rasa sakit, dan roh/jiwa, yang tidak dapat berubah dan kekal. Jadi, objek-objek, seperti makhluk hidup, yang tersusun atas unsur-unsur tersebut dapat berubah, sedangkan unsur-unsur terkecilnya itu sendiri keberadaannya benar-benar tidak berubah. Jadi, menurut pandangan [[dualisme]] ini, suatu perbuatan (karma) didefinisikan semata-mata oleh interaksi fisik antara zat-zat ini, bukan nilai moral yang dikaitkan dengannya.<ref name=":02" />
=== Nigaṇṭha Nāṭaputta (Nirgraṇṭha Jñātiputra) ===
[[Nigaṇṭha Nāṭaputta]], [[tirthankara]] [[Mahawira]] [[Jainisme|agama Jainisme]] ke-24, adalah guru kelima yang ditanyai [[Ajatashatru|Ajātasattu]]. Nāṭaputta menjawab Ajātasattu dengan uraian tentang [[Jainisme|ajaran Jainisme]], yang, tidak seperti guru-guru sebelumnya, mengakui [[Sila (Buddhisme)|moralitas]] dan konsekuensi [[Karma dalam Buddhisme|karma]] di [[Punarbawa|kehidupan berikutnya]]. Akan tetapi, filosofi Nāṭaputta berbeda dari filosofi Buddha [[Karma dalam Jainisme|dalam keyakinannya]] bahwa perbuatan yang tidak disengaja dianggap membawa beban karma seperti halnya perbuatan yang disengaja; Buddhisme berpendapat bahwa hanya perbuatan yang disengaja (dengan [[Kehendak (Buddhisme)|kehendak/niat]]) yang berpotensi menghasilkan buah karma.<ref name=":12" />
=== Sañjaya Belaṭṭhiputta (Saṃjaya Vairāṣṭrikaputra) ===
|