Ogoh-ogoh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
M. Adiputra (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 9:
Pada umumnya, ogoh-ogoh dibuat dengan bahan dasar [[bambu]] atau [[rotan]] yang dijalin membentuk kerangka sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Di Bali, banyak ogoh-ogoh yang dibentuk pada suatu rangkaian besi yang berfungsi sebagai "[[rangka manusia|tulang]]" yang menopang dan memperkuat konstruksi ogoh-ogoh.<ref name="bahan">{{citation| url=https://bali.idntimes.com/opinion/social/ari-budiadnyana/opini-perbedaan-membuat-ogoh-ogoh-dari-bambu-vs-styrofoam-c1c2| title=Perbedaan Membuat Ogoh-ogoh dari Bambu Vs Styrofoam |publisher =Idntimes.com | date=31 Januari 2023| author=Ari Budiadnyana |editor=Irma Yudistirani}}</ref> Kemudian bentuk dari jalinan bambu atau rotan tersebut dilapisi dengan kertas dalam beberapa tahap sampai mencapai ketebalan atau tekstur yang diharapkan. Proses berikutnya ialah pelapisan dengan bahan bertentu, lalu pewarnaan dengan cat. Beberapa ogoh-ogoh dibuat dengan menambahkan bulu-bulu, serat, atau bahan lainnnya sesuai kreativitas. Kain, perhiasan, dan aksesoris merupakan pelengkap yang dipasang belakangan. Lamanya proses pengerjaan suatu ogoh-ogoh dapat mencapai masa 5 bulan.<ref>{{citation|title=Ogoh-ogoh: An Indonesian Creative Local Wisdom Inspired by Hindu Philosophy as Ethno-physics| url=http://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/IJHSRS/article/view/315/570 |author1=Hanandita Veda Saphira |author2=Nadi Suprapto |author3=Setyo Admoko| year=2022| publisher=Faculty of Mathematics and Natural Science, Universitas Negeri Surabaya| place=Surabaya}}</ref>
Ada pula ogoh-ogoh yang berbahan dasar [[stirofoam]] atau gabus, suatu produk busa [[sintesis kimia|sintetis]] dari [[polistirena]]. Pembuatan ogoh-ogoh berbahan stirofoam marak di Denpasar sejak 2011, karena bahan tersebut mudah dibentuk.<ref name="gabus"/> Namun ogoh-ogoh harus dibakar, dan asap yang ditimbulkan dari pembakaran stirofoam lebih berbahaya untuk dihirup dibandingkan dengan bahan lebih alami.<ref name="bahan"/><ref>{{citation| title=STT di Denpasar Buat Ogoh-ogoh Ramah Lingkungan dari Kulit Nangka| author=Ni Made Lastri Karsiani Putri |publisher=detikBali |date=12 Februari 2023 |url= https://www.detik.com/bali/berita/d-6565070/stt-di-denpasar-buat-ogoh-ogoh-ramah-lingkungan-dari-kulit-nangka}}</ref> Sejak 2015, pemerintah daerah Bali meregulasi larangan pembuatan ogoh-ogoh berbahan stirofoam.<ref name="gabus">{{citation|url=http://dasarbali.com/2015/03/20/1268/| title=Ogoh-ogoh Gabus Dilarang, Bagaimana dengan Iringan Musik Keras?| author=R3mB1t@17M1nOn |date=20 Maret 2015 |publisher=Dasar Bali}}</ref><ref>{{citation| url=https://www.nusabali.com/berita/135327/gabus-dilarang-untuk-ogoh-ogoh-penjual-sisitan-bambu-ketiban-rezeki |title=Gabus 'Dilarang' untuk Ogoh-ogoh, Penjual Sisitan Bambu Ketiban Rezeki| publisher=Nusa Bali| author=Tim Redaksi| date=09 Februari 2023}}</ref> Usai [[pandemi Covid-19]], pemanfaatan bahan organik sebagai bahan dasar ogoh-ogoh menjadi tren di sebagian besar komunitas pemuda Bali.<ref>{{citation| url=https://balitribune.co.id/content/ogoh-ogoh-mulai-manfaatkan-bahan-organik| title=Ogoh-ogoh Mulai Manfaatkan Bahan Organik| date=16 Maret 2023| author=Tim Redaksi| publisher=Bali Tribune}}</ref>
[[Butakala]] merupakan bentuk ogoh-ogoh yang umum, biasa diwujudkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud [[Raksasa (mitologi India)|raksasa]]. Selain wujud raksasa, ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di dunia, [[swarga]], dan [[naraka]], seperti: [[makhluk mitologis|hewan mitologis]] ([[naga (mitologi India)|naga]], [[garuda]], [[makara]]), makhluk gaib ([[detya]], [[wanara]], [[bidadari]]), tokoh [[wayang]] dan [[sastra Jawa Kuno]] (''[[Ramayana]]'', ''[[Mahabharata]]'', ''[[Calon Arang]]'') dan [[dewa-dewi Hindu]].<ref>{{citation| title=Mudra: Jurnal Seni Budaya| year=2019| volume=34| chapter=Ogoh-Ogoh Dan Implementasinya Pada Kreativitas Berkarya Seni Rupa Tiga Dimensi| url=https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/mudra/article/view/632| place=Denpasar| publisher=Institut Seni Indonesia| author1=Made Aditya Abhi Ganika| author2=I Wayan Suardana}}</ref> Bahkan dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai tokoh masyarakat, seperti [[selebritas]], [[politikus]], bahkan [[narapidana]].<ref>{{citation| author=Tim Redaksi| url=https://news.detik.com/berita/d-1861997/ogoh-ogoh-mirip-angie-nazaruddin-ramaikan-nyepi-di-bali|title=Ogoh-ogoh Mirip Angie-Nazaruddin Ramaikan Nyepi di Bali | publisher=detikNews| date=08 Maret 2012}}</ref> Meskipun demikian, pemerintah daerah dan adat Bali umumnya melarang pembuatan atau pengarakan ogoh-ogoh yang dianggap mengandung unsur [[SARA]] atau politik.<ref>{{citation| url=https://news.detik.com/berita/d-2191848/ogoh-ogoh-mirip-anas-di-denpasar-batal-diarak| title=Ogoh-ogoh Mirip 'Anas' di Denpasar Batal Diarak| publisher=detiknews| date=11 Maret 2013| author=Tim Redaksi}}</ref>
|