Puri di Bali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Purwita (bicara | kontrib)
Berdasarkan naskah asta bumi, puri agung dan puri manca, sistem pemerintahan dan strata pemerintahan di bali adalah seorang raja membawahi beberapa puri manca
Tag: Penambahan gelar ( ? ) [ * ] kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 8:
 
== Daerah dan kekuasaan ==
Daerah atau wilayah kekuasaan puri-puri di Bali zaman dahulu, tidak berbeda jauh dengan wilayah administratif pemerintahan kabupaten dan kota di Provinsi Bali. Setelah [[Kerajaan Gelgel]] mulai terpecah pada pertengahan abad ke-18, terdapat beberapa kerajaan, yaitu [[Badung]] (termasuk [[Denpasar]]), [[Mengwi]], [[Tabanan]], [[Gianyar]], [[Karangasem]], [[Klungkung]], [[Buleleng]], [[Bangli]] dan [[Jembrana]].{{efn|Dari kerajaan-kerajaan ini yang tidak memiliki kabupaten hanyalah Mengwi saja yang sekarang sebagian besar menjadi wilayah kabupaten Badung dan Tabanan.}}{{efn|Puri Cakranegara yang bercorak Bali juga terdapat di [[Pulau Lombok]], yang dahulu pernah menjadi bawahan [[Kerajaan Karangasem]]. Penglingsir puri tersebut adalah A.A. Biarsah Haruju Amlanegantun.}} Persaingan antardinasti dan antaranggota dinasti pada akhirnya menyebabkan Belanda dapat menguasai Bali dengan tuntas pada awal abad ke-20.{{efn|Peta rekonstruksi Puri Denpasar tahun 1906 dapat dilihat di [http://www.sapteka.net/OldSiteMapOfPuriDenpasar.htm www.saptaneka.net]}}.
 
Dalam strata pemerintahan kerajaan bali, Kerajaan biasanya tediri dari beberapa wilayah didalam kerajaan, Puri Agung adalah sebutan bagi istana tempat tinggal Raja dan kerabat paling dekatnya, dibawah Puri Agung terdapat Puri Manca yang dihuni oleh seorang bangsawan manca yang di pilih oleh Raja untuk mewakili pemerintahannya di wilayah luar ibukota (setinggi lurah pada era sekarang). Seorang Bangsawan Manca/Punggawa membawahi beberapa desa lalu seorang kepala desa (Jro Bendesa) membawahi beberapa banjar
 
Setelah masa kolonial [[Belanda]], [[Jepang]] dan masa kemerdekaan [[Indonesia]], kekuasaan puri berubah menjadi lebih bersifat simbolis. Peranan berbagai puri di Bali umumnya masih tinggi sebagai panutan terhadap berbagai pelaksanaan aktivitas adat dan ritual [[Agama Hindu Dharma]] oleh masyarakat banyak.