Papua Barat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
IPM 2024 |
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Referensi sebelum tanda baca) |
||
Baris 102:
Pada 24 Agustus 1828 berdirilah benteng [[Fort Du Bus]] di Teluk Trinton oleh A.J. van Delden atas nama Raja [[Willem I dari Belanda|Willem I]], sebagai penanda mulainya kolonialisme [[Belanda]] di Papua dengan diwujudkannya kerjasama dalam bentuk penandatanganan surat perjanjian dengan tiga raja yaitu [[Kerajaan Koiwai|Raja Namatota]], Kassa (Raja Lahakia) dan Lutu (''orang kaya'' di [[Lobo, Kaimana, Kaimana|Lobo]] dan Pulau Miwara). Mereka mendapatkan pengakuan sebagai kepala daerah dibawah Sultan Tidore dan tongkat kekuasaannya yang berkepala perak dari [[Belanda]], di mana secara bersamaan juga diangkat 28 kepala daerah bawahannya.''{{sfn|Saragih|2019|p=11}}'' Belanda mengangkat Sultan Tidore sebagai penguasa atas wilayah Papua karena menanggap potensi ekonomi yang kecil, hingga pada tahun 1849, batas wilayah kekuasaan Tidore sudah sampai ke perbatasan modern Indonesia dan [[Papua Nugini]].<ref name="Swadling Wagner Laba p. 17 ">{{cite book | last=Swadling | first=Pamela | last2=Wagner | first2=Roy | last3=Laba | first3=Billai | title=Plumes from Paradise | publisher=Sydney University Press | date=2019-12-01 | isbn=978-1-74332-544-5 | doi=10.30722/sup.9781743325445 | page=17}}</ref>
Kesultanan Tidore harus mengangkat pajak yang dibayar ke pemerintah Belanda dari wilayahnya ini berupa budak, kayu [[mesoyi]], [[cengkih]], [[pala]], cangkang kura-kura, burung cendrawasih, dll. Bila tidak dibayar, hukuman berupa [[Pelayaran Hongi|Perang Hongi]] akan dilaksanakan atas nama Sultan Tidore oleh kerajaan,<ref name="Swadling Wagner Laba p. 146 ">{{cite book | last=Swadling | first=Pamela | last2=Wagner | first2=Roy | last3=Laba | first3=Billai | title=Plumes from Paradise | publisher=Sydney University Press | date=2019-12-01 | isbn=978-1-74332-544-5 | doi=10.30722/sup.9781743325445 | page=146}}</ref>
Belanda baru memulai memerintah langsung wilayah Niew Guinea sejak tahun 1898, parlemen Belanda mensyahkan pengeluaran anggaran sebanyak f.115.000 untuk mendirikan pemerintahan di Nieuw Guinea. Pemerintah Belanda membagi dua bagian daerah Nieuw Guinea, bagian utara dinamakan ''Afdeeling Noord Nieuw Guinea'' dengan kontrolir ditempatkan di [[Manokwari]], lalu bagian Barat dan Selatan dinamakan ''Afdeeling West en Zuid Nieuw Guinea'' dengan kontrolir ditempatkan di [[Fakfak]] (Koentjaranigrat, 1992).<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 pp. 89-90">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | pages=89-90 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24 | doi-access=free | archive-date=2021-04-24 | archive-url=https://web.archive.org/web/20210424025258/https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | dead-url=no }}</ref> Pada tahun 1901, Belanda membeli wilayah New Guinea dari Sultan Tidore menjadi wilayah [[Hindia Belanda]].<ref>Ron Crocombe, ''Asia in the Pacific Islands'', p. 281</ref>
|