Aksara Jawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambah referensi penting
Tag: perubahan yang tidak biasa pada artikel pilihan atau artikel bagus VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Pranala sama dengan teksnya)
 
Baris 46:
Pada abad 15 M hingga 16 M, penggunaan huruf ''Jawi'' (perpaduan Jawa dan Arab) mulai populer di Pulau Jawa. Khususnya lewat bermacam karya tulis yang ditulis Sunan Ampel, Sunan Bonang dan Sunan Giri. Penggunaan huruf ''Jawi'' mengalami puncak popularitas pada era [[Kesultanan Pajang]] yang sempat menjadikannya huruf resmi. Ini dibuktikan dari keberadaan [[Naskah Merapi-Merbabu]] yang di dalamnya terdapat catatan berhuruf paduan antara Arab dan Jawa.
 
Huruf Hanacaraka atau huruf Jawa Baru, secara empiris muncul pertamakali pada karya [[Babad Tanah Jawi]] (1722 M), yang ditulis para pujangga Mataram Islam era [[Pakubuwana I|Pakubuwana I.]]. Huruf inilah yang kelak dikenal secara luas sebagai huruf Hanacaraka. Selama ratusan tahun sejak abad 18 M, huruf Hanacaraka masih digunakan hingga saat ini. <!--
Dengan lumrahnya penggunaan aksara Jawa dalam ranah publik, tumbuh pula upaya untuk menstandarisasi ortografi aksara Jawa dari praktek tradisional yang bervariasi. Salah satu upaya ini adalah [[lokakarya]] yang berlangsung di [[Sriwedari]], [[Surakarta]] pada tahun 1926. Lokakarya ini menghasilkan ''Wewaton Sriwedari'' (Ketetapan Sriwedari), yang merupakan salah satu landasan awal standardisasi penulisan aksara Jawa ke depannya.-->