Islam di Jepang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tjmoel (bicara | kontrib)
k paragraf pembuka; resize berkas
Baris 1:
{{paragrafpembuka}}
==Sejarah==
===Antara 1877 dan Perang Dunia II===
Baris 8 ⟶ 9:
Agama Islam diketahui untuk pertama kali oleh penduduk-penduduk Jepang pada tahun 1877 sebagai sebagian pemikiran agama barat dan pada sekitar tahun itu, kehidupan Nabi Muhammad diterjemahkan dalam [[Bahasa Jepang]]. Ini membantu agama Islam menempatkan diri dalam pemikiran intelek orang Jepang, tapi hanya sebagai satu pengetahuan dan pemikiran.
 
Lagi satu hubungan yang penting dibuat pada tahun 1890 ketika Turki Usmaniyah mengirim utusan yang meumpangmenumpang sebuah kapal yang dinamakan "Ertugrul" ke Jepang untuk tujuan menjalin hubungan diplomatik antara kedua negara serta untuk saling memperkenalkan orang Muslim dan orang Jepang. Kapal itu yang membawa 609 orang penumpang dalam pelayaran pulang ke negara mereka tenggelam dengan 540 penumpang tewas.
 
Dua orang Jepun Muslim pertama yang diketahui ialah '''Mitsutaro Takaoka''' yang memeluk Islam pada tahun 1909 dan mengambil nama '''Omar Yamaoka''' setelah menunaikan haji di Mekah, serta '''Bumpachiro Ariga''' yang pada masa yang lebih kurang sama telah pergi ke India untuk berdagang dan kemudian memeluk Islam di bawah pengaruh orang-orang Muslim di sana serta mengambil nama '''Ahmad Ariga'''. Bagaimanapun, kajian-kajian ini telah membuktikan bahwa seorang Jepang yang dikenali sebagai '''Torajiro Yamada''' mungkin merupakan orang Jepang Muslim yang pertama ketika ia melawat negara Turki disebabkan turut berduka cita dengan korban tewas dalam kecelakaan maut Ertugrul. Beliau mengambil nama Abdul Khalil dan mungkin pergi ke Mekah untuk naik haji.
Baris 17 ⟶ 18:
 
===Setelah Perang Dunia II===
[[Image:2087006.jpg|thumb|250px|Masjid Kobe di [[Kobe]], [[Jepang]]]]
Saat [[Perang Dunia II]], satu "Ledakan Islam" telah dimulai oleh kelompok tentara di Jepang melalui pendirian pusat-pusat penyelidikan untuk mengkaji Islam dan Dunia Muslim. Telah dikatakan bahwa pada waktu itu, melebihi 100 buah buku dan jurnal mengenai Islam telah diterbitkan di Jepang. Bagaimanapun, Pusat-pusat penyelidikan ini sama sekali tidak diketuai atau diurus oleh orang-orang Muslim dan tujuannya bukan untuk penyebaran Islam. Tujuan yang sebenarnya adalah untuk menambah wawasan tentara dengan pengetahuan yang diperlukan mengenai Islam dan orang Muslim karena terdapat komunitas-komunitas Muslim yang besar di kawasan-kawasan yang diduduki oleh angkatan tentara Jepang di negara [[RRC]] dan negara-negara[[Asia Tenggara]]. Oleh itu, dengan berakhirnya perang pada tahun [[1945]], pusat-pusat penyelidikan ini menghilang sama sekali.