Bank Danamon Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 3:
Pada tahun [[1997]], sebagai akibat dari krisis finansial di [[Asia]], Bank Danamon mengalami kesulitan [[likuiditas]] dan akhirnya oleh pemerintah ditaruh dibawah pengawasan [[BPPN]] atau Badan Penyehatan Perbankan Nasional (dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan nama IBRA) sebagai Bank yang diambil alih (BTO - Bank Take Over). Pada tahun [[1999]], pemerintah melalui [[BPPN]] melakukan [[rekapitalisasi]] Bank Danamon sebesar Rp 32 milyar dalam bentuk Surat Hutang Pemerintah (Goverment Bonds). Pada tahun yang sama, beberapa bank BTO akhirnya digabung menjadi satu dengan Bank Danamon sebagai salah satu bagian dari rencana [[restrukturisasi]] BPPN.
Pada 3 tahun berikutnya, Bank Danamon mengalami [[restrukturisasi]] besar-besaran mulai dari bidang [[manajemen]], [[sumber daya manusia]], [[organisasi]], [[sistem informasi]], [[anggaran dasar]] and [[logo perusahaan]]. Usaha keras yang dilakukan ini akhirnya berbuah hasil dalam membentuk [[pondasi]] and [[infrastruktur]] bagi Bank Danamon dalam tujuannya untuk meraih pertumbuhan yang maksimal berdasarkan [[transparansi]] kerja, [[tanggung jawab]] kepada masyarakat, [[integritas]] sebagai salah satu pilar ekonomi di Indonesia dan sikap [[profesional]] dalam menjalankan tugasnya sebaga salah satu bank terbesar di Indonesia (atau lebih dikenal dengan istilah TRIP).
In 2003, Bank Danamon was acquired by the Asia Finance Indonesia consortium which took a majority controlling stake in the Bank. With new management at the helm, and 180-day remapping of its business model and strategy, Bank Danamon continues to undergo a transformational change designed to mold it into a leading national bank and a key regional player.
|