Mustain Billah dari Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Baris 19:
 
==Awal Karir==
Menurut Hikayat Banjar Resensi II teks Cense diketahui bahwa ayahanda dari Pangeran Senapati/Gusti Kacil yaitu Sultan Hidayatullah I alias Panembahan Batu Hirang telah dibawa (ditawan) ke Jawa oleh Susuhunan Mataram yang menjadikannya ''tukang masak nasinya''. Ketika putera sulung Hidayatullah, Gusti Kacil dewasa, baginda mendapat tahu tentang pengurungan ayahandanya di pulau Jawa. Bersama dengan empat orang anak lelaki yaitu Kiai Martasura, Kindumui, Kinduaji dan Kiludara, baginda berangkat ke pulau Jawa. Dengan memperlihatkan kelebihan meraka dalam ilmu sihir kepada pegawai-pegawai istana Jawa, anak-anak tersebut telah membujuk Susuhunan menyerahkan Sultan mereka. Mereka berangkat pulang bersama Hidayatullah I ke Candi Agung (!). Gusti Kacil kemudian naik tahta kerajaan dengan gelar Sultan Musta'in atau biasa banguindabanginda dipanggil Marhum.
 
Diduga cerita di atas mengandung rahasia yang bernilai, walupun bersifat legenda. Dari cerita ini diketahui bahwa Hidayatullah I telangtelah dibuang ke luar negeri dan kemudian berangkat pulang ke Banjarmasin atas usaha yang dilaksanakan oleh Pangeran Senapati. Maklumat dari Hikayat Banjar Resensi I diketahui bahwa selepas kejatuhan Demak maka Sultan Banjarmasin tidak lagi mengantar upeti kepada raja-raja Jawa. Juga dari laporan perkawinan putera-putera Hidayatullah I terlihat bahwa Raden Bagus yang telah dilantik sebagai Putra Mahkota dengan gelar Ratu Bagus, tidaklah berhak menaiki tahta, sebab Ratu Bagus putera dari selir yaitu seorang perempuan biasa puteri dari Tuan Khatib Banun. Padahal terdapat seorang kakandanya lagi yang merupakan putera gahara dari permaisuri Putri Nur Alam yaitu Raden Subamanggala yang sepatutnya menggantikannya selepas kemangkatan Hidayatullah I. Dari Hikayat Banjar diketahui Ratu Bagus akhirnya pulang dari Jawa (Tuban) selepas orang-orang Banjar dikalahkan oleh Susuhunan Mataram. Kepulangannya di masa kekuasaan Marhum Penembahan.
 
Diduga kemungkinan yang terjadi di keraton Banjar di masa Sultan Hidayatullah I adalah kelompok Raden Subamanggala dan kakeknya Pangeran di Laut tidak menyennagi pelantikan Raden Bagus sebagai Putra Mahkota. Mereka meminta bantuan bantuan Mataram dengan menawarkan perhambaan Kalimantan yang diperbaharui kepada Jawa. Dengan menggunakan kegagalan Hidayatullah I membayar upeti sebagai alasan, Sultan Mataram kemudian mengirim pasukan perang. Selepas kekalahan tentara kerajaan Banjar, Sultan dan Putra Mahkota ditawan ke Mataram sebagai tebusan, akan tetapi Raden Subamanggala sendiri tidak ditabalkan di atas tahta, karena jika tidak, tebusan-tebusan tidak lagi bernilai. Pada masa selanjutnya Pangeran Senapati sudah sampai masanya untuk membawa pulang Sultan tua dari pulau Jawa ke pulau Kalimantan tanpa peduli langsung tentang saudara tirinya sang Putra Mahkota. Setelah sampai di Banjarmasin, Pangeran Senapati menaiki tahta sebagai Sultan Mustain Billah dengan dilantik resmi oleh Sultan tua. Putera-putera Kiai di Podok sebagai paman dari Putra Mahkota Ratu Bagus menentang penabalan Pangeran Senapati sebagai Sultan, tetapi mereka dapat dikalahkan dengan bantuan pahlawan-pahlawan Biaju. Lama selepas itu episode pahit pembuangan Sultan Hidayatullah I ini ''dilupakan'' dengan membuang halaman-halaman yang janggal di dalam HIkayat Banjar Resensi I, sehingga terdapat bagian-bagian laporan yang terputus di tengah-tengah Hikayat Banjar tersebut.