Kerajaan Kotawaringin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
TjBot (bicara | kontrib)
k bot kosmetik perubahan
Baris 31:
'''Kerajaan Kotawaringin''' adalah sebuah kerajaan Islam yang didirikan pada tahun [[1679]]?, di wilayah yang menjadi [[Kabupaten Kotawaringin Barat]] saat ini di [[Kalimantan Tengah]]. Kerajaan Kotawaringin merupakan pecahan kesultanan Banjar yang dibagi waris menjadi dua wilayah. Menurut [[Hikayat Banjar]], wilayah Kotawaringin adalah semua desa-desa di sebelah barat [[Banjar]] (sungai Banjar= sungai Barito) hingga sungai Jelai. Jadi pada mulanya wilayah Kerajaan Kotawaringin meliputi wilayah Provinsi [[Kalimantan Tengah]] saat ini kecuali [[Tanah Dusun]] (Barito Hulu), walaupun belakangan hanya terfokus pada wilayah paling barat saja.
 
== Sejarah ==
* Menurut [[Kakawin Nagarakretagama]] yang ditulis tahun [[1365]] menyebutkan Kota Waringin sebagai salah satu [[negeri]] yang telah ditaklukan [[Kerajaan Majapahit]] oleh [[Gajah Mada]].
* Menurut [[Hikayat Banjar]] yang ditulis terakhir pada tahun [[1663]], sejak masa kekuasaan [[Maharaja Suryanata]] (Raden Aria Gegombak [[Janggala]] Rajasa), pangeran dari Majapahit yang menjadi raja Negara Dipa (= Banjar kuno) yang ke-2 pada masa Hindu, orang besar (penguasa) Kota Waringin sudah menjadi taklukannya, di sini hanya disebutkan orang besar, jadi bukan disebut raja seperti sebutan penguasa negeri lainnya pada masa yang bersamaan. Kota Waringin dalam Hikayat Banjar disebutkan sebagai salah satu ''tanah yang di bawah angin'' (= negeri di sebelah barat) yang telah ditaklukan.
* Sebelum berdirinya Kesultanan Kotawaringin, Raja-raja Banjar sebagai penguasa sepanjang pantai selatan dan timur kalimantan telah mengirim menteri-menteri atau ketua-ketua untuk mengutip upeti yang dipaksa kepada penduduk Kotawaringin. Nenek moyang suku Dayak yang tinggal di sungai Arut telah memberi kepada Sultan Banjarmasin debu emas sebanyak yang diperlukan untuk membuat sebuah kursi emas.
* Selepas itu dua orang menteri dari Banjarmasin bernama '''Majan Laut''' dan '''Tongara Mandi''' telah datang dari Tabanio (Tanah Laut) ke [[Kumai, Kotawaringin Barat|Kumai]] dan tinggal di situ. Kedua bersaudara inilah yang mula-mula membawa [[Islam]] ke wilayah Kotawaringin. Majan Laut kemudian terlibat perseteruan dengan saudaranya dan selanjutnya ia pindah dari Kumai ke [[Belitung]] dan tinggal di sana. Tongara Mandi kemudian pindah dari Kumai ke daerah kuala Kotawaringin dimana beliau sebagai pendiri '''Kotawaringin Lama''' di pinggir [[sungai Lamandau]]. Beliau kemudian meninggalkan tempat ini karena diganggu oleh lanun/perompak dan membuka sebuah kampung baru, lebih jauh ke hulu, di sungai Basarah, salah satu anak sungai di sebelah kiri. Dalam [[Hikayat Banjar]] tokoh yang mendapat perintah dari Marhum Panembahan [sultan Banjar IV yang berkuasa 1595-1637] untuk menduduki wilayah Kotawaringin bernama Dipati Ngganding dan yang juga sebagai [[mertua]] dari '''Pangeran Dipati Anta-Kasuma''' karena menikahi '''Andin Juluk''', puteri dari Dipati Ngganding.
* Lebih kurang 15 tahun kemudian, Kiai Gede putera dari Majan Laut datang dari Belitung dan tinggal dengan pamannya, Tongara Mandi. Kiai Gede membujuk pamannya untuk mengkaji keadaan negeri tersebut dan memilih suatu tempat yang lebih sesuai sebagai ibukota. Untuk tujuan ini mereka mula-berjalan menghulu sungai Arut dan tempat tinggal mereka saat itu dekat Pandau. Kemudian mereka membuat perjalanan menghulu sungai Lamandau, hingga ke anak sungai Bulik. Kemudian mereka bermimpi bahwa mereka mestilah menetapkan lokasi yang terpilih pada tempat dimana perahu mereka melanggar sebuah batang pohon pisang, kemudian mereka juga berlayar menuju hilir. Sesuai mimpi tersebut mereka menemukan suatu lokasi yang tepat yang kemudian menjadi lokasi dimana terletak Kotawaringin tersebut. Tetapi lokasi tersebut sudah terdapat suatu kampung Dayak yang besar yang disebut Pangkalan Batu. Penduduk kampung tersebut enggan membenarkan para pendatang ini tinggal di sana. Oleh sebab itu mereka menghalau orang Dayak dari situ dan merampas dari mereka beberapa pucuk cantau (= senapang) Cina dan dua buah ''belanga'' (tempayan Cina). Orang Dayak yang kalah tersebut berpindah ke arah barat yaitu tasik Balida di [[sungai Jelai]] dan menyebut diri mereka '''Orang Darat''' atau '''Orang Ruku'''.
* Oleh karena beliau sudah tua, Tongara Mandi kemudian menyerahkan pemerintahan kepada Kiai Gede. Perlahan-lahan Kiai Gede meluaskan kuasanya kepada suku-suku [[Dayak]] dan tetap tergantung pada [[Kesultanan Banjarmasin]] (Marhum Panembahan).
Baris 44:
* Kemudian selama di Kotawaringin, Pangeran Dipati Anta-Kasuma memperoleh seorang putera dengan seorang wanita yang dinikahinya di sana, putera yang dilahirkan di Kotawaringin ini dinamakan '''Ratu Amas'''. Oleh sebab sudah tua beliau menyerahkan tahta kerajaan Kotawaringin kepada puteranya dan berangkat pulang ke Banjarmasin karena beliau berduka atas mangkatnya Sultan Inayatullah (= Ratu Agung/Pangeran Dipati Tuha I).
* Mendengar kemangkatan Sultan Banjar 1637-1645, Inayatullah (= Ratu Agung), Ratu Kota Waringin pulang ke Banjarmasin untuk melantik [[keponakan]]nya Pangeran Kasuma Alam (= Sultan Saidullah/Ratu Anom) sebagai [[Sultan Banjar]] (1645-1660). Ratu Anom kemudian menganugerahkannya gelar '''Ratu Bagawan''' artinya ''raja maha pandita''. Selama di Martapura, '''Ratu Bagawan''' sempat menduduki jabatan mangkubumi dalam pemerintahan Ratu Anom selama lima tahun, menggantikan adiknya '''Panembahan di Darat''' yang meninggal dunia. Ia kemudian mengundurkan diri dan menyerahkan jabatan mangkubumi kepada adiknya lain ibu, Pangeran Dipati Tapasena (Sultan Rakyatullah). Tidak lama kemudian ia meninggal dunia dan dimakamkan di [[Komplek Makam Sultan Suriansyah]], Banjarmasin.
* Pada abad ke-18, '''Ratu Bagawan Muda''' putera dari Pangeran Panghulu telah membangun sebuah dalem/keraton dengan mengikuti gaya [[Jawa]]. Mangkubumi raja ini, '''Pangeran Prabu''', mengepalai beberapa serangan yang berjaya ke negeri '''Matan''' dan '''Lawai''' atau '''Pinoh'''. Pangeran Prabu telah menaklukan sebagian besar wilayah itu hingga jatuh dalam kekuasaan pemerintahan Kotawaringin, tetapi kemudian negeri-negeri itu dapat lepas dari taklukannya. Oleh karena itu Kotawaringin selalu menganggap sebagian besar negeri Pinoh sebagai jajahannya dan juga menuntut daerah Jelai. Beliau juga mengambil sebahagian peperangan yang dilancarkan oleh Pangeran Amir dengan memihak kepada '''Sunan Batu''' (= Sultan [[Tahmidullah II]]). Beliau telah membantu Sultan Banjar, Sunan Batu dalam peperangan melawan [[Sultan Sambas]]. Putera dari '''Ratu Bagawan Muda''' yaitu '''Ratu Anom Kasuma Yuda''' adalah raja Kotawaringin pertama yang membuat hubungan langsung dengan pemerintah [[Hindia Belanda]]. Beliau meminta bantuan Hindia Belanda dalam peperangan melawan Matan dan untuk tujuan ini baginda telah menerima meriam, senapan dan peluru dari [[Batavia]]. Ketika Sultan Banjar menyerahkan Kotawaringin dan kawasan-kawasan yang lain kepada Hindia Belanda, Ratu Anom Kasumayuda juga menyerahkan tahta kerajaan Kotawaringin kepada Pangeran Imanudin yang bergelar [[Pangeran Ratu]].
* Sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI, [[17 Agustus]] [[1945]], [[Kobar]] merupakan satu wilayah [[Kesultanan Kotawaringin]].<ref name="kobar">[http://www.indomedia.com/bpost/102004/3/borneo/borneo5.htm ''Awalnya Sebuah Kerajaan''. Banjarmasin Post, 4 Oktober 2004]</ref>
* Ibukota Kesultanan Kotawaringin semula berada di [[Kotawaringin Lama, Kotawaringin Barat|Kotawaringin Lama]] (hulu Sungai Lamandau). Pada [[1814]] ibukota kesultanan dipindahkan ke [[Pangkalan Bun]], pada masa pemerintahan [[Sultan Imanudin]] dan didirikanlah sebuah istana di Pangkalan Bun sebagai pusat pemerintahan.<ref name="kobar"/>
Baris 58:
* Tongara Mandi (= Dipati Ngganding - adipati Kotawaringin, mertua Pangeran Dipati Anta-Kasuma)
* Kiai Gede - keponakan Tongara Mandi
* [[Pangeran Dipati Anta-Kasuma]] ([[1680]]-[[1687]]) (putera Sultan Banjar IV)
* [[Pangeran Mas Adipati]]
* [[Pangeran Panembahan Anom]]
* [[Pangeran Prabu]]
* [[Pangeran Adipati Moda]]
* [[Pangeran Panghulu]].
* [[Pangeran Ratu Bengawan]]
* [[Pangeran Ratu Anom Kusuma Yudha]]
* [[Pangeran Imanudin]]
* [[Pangeran Akhmad Hermansyah]] ([[1850]]-[[1865]])
* [[Pangeran Ratu Anom Kusuma Yudha]] ([[1865]]-[[1904]])
* [[Pangeran Ratu Sukma Negara]] ([[1905]]-[[1913]]),
* [[Pangeran Ratu Sukma Alamsyah]] ([[1914]]-[[1939]])
* [[Pangeran Ratu Anom Alamsyah]] ([[1940]]-[[1948]]).
Pangeran Muasyidin Syah(dynastychief/son of last Pangeran Ratu of K.;f.i. in 2008)
 
Baris 81:
 
=== Lihat pula ===
* [[Kabupaten Kotawaringin Barat]]
* [[Kabupaten Kotawaringin Timur]]
* [[Kabupaten Lamandau]]
* [[Kabupaten Sukamara]]
 
=== Pranala luar ===
* {{id}} [http://en.rodovid.org/wk/Person:157993 Silsilah Raja Kotawaringin]
* {{id}}[http://www.sinarharapan.co.id/feature/wisata/2003/1016/wis01.html '''''Kotawaringin Lama''': Wisata Budaya yang Terlupakan''. Sinar Harapan, 2003]
* {{id}} [http://jalian.wordpress.com/2008/02/18/peranan-keturunan-sultan-kotawaringin-di-beberapa-bidang-sebelum-dan-sesudah-tahun-1950-an/ Peranan Keturunan Sultan Kotawaringin Di Beberapa Bidang Sebelum dan Sesudah Tahun 1950-an]
* {{id}} [http://www.crwflags.com/fotw/flags/id-kotar.html Bendera Kotawaringin]
* {{id}} [http://iimanda.multiply.com/journal/item/2 Kerajaan Kotawaringin]
* {{id}} [http://carritawisatacontent2.blogspot.com/2008/09/sejarah-masuknya-islam-di-kerajaan_2822.html Situasi Kerajaan Banjar abad ke-17]