Pempek: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tjmoel (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 125.162.126.32 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh 118.136.205.205
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 18:
Penyajian pempek ditemani oleh saus berwarna hitam kecoklat-coklatan yang disebut cuka atau '''''cuko''''' (bahasa Palembang). ''Cuko'' dibuat dari air yang dididihkan, kemudian ditambah gula merah, udang ebi dan cabe rawit tumbuk, [[bawang putih]], dan [[garam]]. Bagi masyarakat asli Palembang, ''cuko'' dari dulu dibuat pedas untuk menambah nafsu makan. Namun seiring masuknya pendatang dari luar pulau Sumatera maka saat ini banyak ditemukan ''cuko'' dengan rasa manis bagi yang tidak menyukai pedas. Salah satu pelengkap dalam menyantap makanan berasa khas ini adalah irisan dadu timun segar dan mie kuning.
 
Jenis pempek yang terkenal adalah "pempek kapal selam", adalahyaitu [[telur]] ayam yang dibungkus dengan adonan pempek dan digoreng dalam minyak panas. Ada juga yang lain seperti pempek lenjer, pempek bulat (atau terkenal dengan nama "ada'an"), pempek kulit ikan, pempek pistel (isinya irisan [[pepaya]] muda rebus yang sudah dibumbui), pempek telur kecil, dan pempek keriting.
 
Pempek bisa ditemukan dengan gampang di seantero Kota Palembang. Ada yang menjual di restoran, ada yang di gerobak, dan juga ada yang dipikul. Juga setiap kantin sekolah pasti ada yang menjual pempek. Tahun 1980-an, penjual pempek bisabiasa memikul 1 keranjang pempek penuh sambil berkeliling Kota Palembang jalan kaki menjajakan makanannya!. Pempek sekarang ada dua jenis yaitu Pempek biasa dan [[Parempek]], campuran antara [[Pare]] dan [[Pempek]].
 
== Sejarah ==
Baris 27:
Menurut sejarahnya, pempek telah ada di Palembang sejak masuknya perantau [[Cina]] ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat [[Sultan Mahmud Badaruddin II]] berkuasa di kesultanan [[Palembang-Darussalam]]. Nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan "apek", yaitu sebutan untuk lelaki tua keturunan Cina.
 
BerdasarBerdasarkan cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian [[Sungai Musi]]) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi. Hasil tangkapan ituyang belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Si apekIa kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan "pek … apek", maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.<ref name="KompasPempek">{{cite news| title = PEMPEK, Nilai Gizi "Kapal Selam" Paling Tinggi| publisher = Prof.Dr. Made Astawan, Kompas.com| date = 26 Maret 2004| url = http://www.kompas.com/kesehatan/news/0403/26/062251.htm| accessdate = 15 September 2007}}</ref>
 
Namun cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut karena singkong baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad 16. Selain itu velocipede (sepeda) baru dikenal di Perancis dan Jerman pada abad 18. Walaupun begitu sangat mungkin pempek merupakan adaptasi dari makanan Cina seperti baso ikan, kekian ataupun ngohyang.