Pada zaman ''kadewatan'' diceritakan [[Sanghyang Wenang]] mengadakan sayembara untuk memilih penguasa kahyangan dari ketiga cucunya yaitu ''Bathara Antaga'' (togog[[Togog]]), ''Bathara Ismaya'' ([[semarSemar]]) dan ''Bathara Manikmaya'' (''[[Bathara Guru]]''), untuk itu sayembara didakan dengan cara barang siapa saja dari ketiga cucunya tersebut dapat menelan bulat2bulat-bulat dan memuntahkan kembali gunungGunung jamurdipaJamurdipa maka dialah yang akan terpilih menjadi penguasa kahyangan. padaPada giliran pertama batharaBathara antagaAntaga (togogTogog) mencoba untuk melakukannya,namun yang terjadi malah mulutnya robek dan jadi ''dower'' seperti yang bisa kita lihat pada karakter togogTogog sekarang,. giliranGiliran berikutnya adalah batharaBathara ismayaIsmaya (semarSemar) yang melakukannya, gunungGunung jamurdipaJamurdipa dapat ditelan bulat-bulat tetapi tidak dapat dikeluarkan lagi, dan jadilah [[semarSemar]] berperut buncit karena ada gunung didalamnya seperti dapat kita lihat pada karakter semarSemar dalam [[wayang kulit]]. Karena sarana sayembara sudah musnah ditelan semar maka yang berhak memenangkan sayembara dan diangkat menjadi penguasa ''kadewatan'' adalah Sang Hyang Manikmaya atau Bathara Guru, cucu bungsu dari Sang Hyang Wenang.
Adapun Bathara Antaga (togogTogog) dan Bathara Ismaya (semarSemar) akhirnya diutus turun ke ''marcapada'' (dunia manusia) untuk menjadi penasihat, dan pamong pembisik makna sejati kehidupan dan kebajikan pada manusia, yang pada akhirnya semarSemar dipilih sebagai pamong untuk para ksatria berwatak baik ([[pandawaPandawa]])dan togogTogog diutus sebagai pamong untuk para ksatria dengan watak buruk.