Raden Saleh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Evremonde (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Evremonde (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Raden_saleh.jpg|thumbnail|right|Raden Saleh]]
'''Raden Saleh Sjarif Boestaman''' ([[Kota Semarang|Semarang]], [[1807]]<ref>[http://home.casema.nl/stamesko/dutchpainters.html Versi lain] menyebutkan 1810.</ref> - [[Buitenzorg]], [[23 April]] [[1880]]) adalah salah seorang pelukis paling terkenal dari [[Indonesia]].
 
== Masa kecil ==
Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, dekat [[Semarang]]. Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati [[Semarang]], kepada orang-orang [[Belanda]] atasannya di [[Batavia]]. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di [[sekolah rakyat]] (''Volks-School'').
 
Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang [[Belanda]] dan lembaga-lembaga elite Hindia-Belanda. Seorang kenalannya, Prof. [[C.G.C. Reinwardt|Caspar Reinwardt]], pendiri [[Kebun Raya Bogor]] sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk [[Jawa]] dan pulau sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya. Kebetulan di instansi itu ada pelukis keturunan [[Belgia]], [[A.A.J. Payen]] yang didatangkan dari [[Belanda]] untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen ''van Kolonieen'' di [[Belanda]]. Payen tertarik pada bakat Raden Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan.
Baris 9:
Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di [[Belanda]], namun mantan mahaguru Akademi Senirupa di [[Doornik]], Belanda, ini cukup membantu Raden Saleh mendalami [[seni lukis]] Barat dan belajar teknik pembuatannya, misalnya melukis dengan [[cat minyak]]. Payen juga mengajak pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling [[Jawa]] mencari model pemandangan untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar tipe-tipe orang [[Indonesia]] di daerah yang disinggahi.
 
Terkesan dengan bakat luar biasa anak didiknya, Payen mengusulkan agar Raden Saleh bisa belajar ke [[Belanda]]. Usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal [[VanG.A.G.Ph. Dervan der Capellen]] yang memerintah waktu itu ([[1819]]-[[1826]]), setelah ia melihat karya Raden Saleh.
 
Tahun [[1829]], nyaris bersamaan dengan patahnya perlawanan [[Pangeran Diponegoro]] oleh [[Jenderal]] [[Hendrik Merkus de Kock]], Capellen membiayai Saleh belajar ke [[Belanda]]. Namun, keberangkatannya itu menyandang misi lain. Dalam surat seorang pejabat tinggi [[Belanda]] untuk Departemen ''van Kolonieen'' tertulis, selama perjalanan ke Belanda Raden Saleh bertugas mengajari Inspektur Keuangan [[Belanda]] de Linge tentang adat-istiadat dan kebiasaan orang Jawa, [[Bahasa Jawa]], dan [[Bahasa Melayu]]. Ini menunjukkan kecakapan lain Raden Saleh.
 
== Belajar ke Eropa ==
Baris 18:
Ketakmunculannya selama berhari-hari membuat teman-temannya cemas. Muncul praduga, pelukis Indonesia itu berbuat nekad karena putus asa. Segera mereka ke rumahnya dan pintu rumahnya terkunci dari dalam. Pintu pun dibuka paksa dengan didobrak. Tiba-tiba mereka saling jerit. "Mayat Raden Saleh" terkapar di lantai berlumuran darah. Dalam suasana panik Raden Saleh muncul dari balik pintu lain. "''Lukisan kalian hanya mengelabui kumbang dan kupu-kupu, tetapi gambar saya bisa menipu manusia''", ujarnya tersenyum. Para pelukis muda Belanda itu pun kemudian pergi.
 
Itulah salah satu pengalaman menarik Raden Saleh sebagai cermin kemampuannya. Dua tahun pertama ia pakai untuk memperdalam [[Bahasabahasa Belanda]] dan belajar teknik mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis, selama lima tahun pertama, ia belajar melukis potret dari [[CorneliusCornelis KrussemenKruseman]] dan tema pemandangan dari [[AndreasAndries Schelfhout]] karena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa seni orang [[Belanda]] saat itu. Krusseman adalah pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah [[Belanda]] dan keluarga kerajaan.
 
Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal, malah berkesempatan berpameran di [[Den Haag]] dan [[Amsterdam]]. Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat.
 
Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama untuk belajar "''wis-, land-, meet- en werktuigkunde'' (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara ''Minister[[Kementerian vanHubungan Kolonieen'',Kerajaan Rajadan Jajahan|Menteri Jajahan]], [[Willem I dari Belanda|Raja Willem I]] ([[1772]]-[[1843]]), dan pemerintah [[Hindia Belanda]], ia boleh menangguhkan kepulangan ke Indonesia. Tapi beasiswa dari kas pemerintah Belanda dihentikan.
 
Saat pemerintahan Raja [[Willem II dari Belanda|Willem II]] ([[1792]]-[[1849]]) ia mendapat dukungan serupa. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu, misalnya [[Dresden]], [[Jerman]]. Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan diteruskan ke [[Weimar]], Jerman ([[1843]]). Ia kembali ke Belanda tahun [[1844]]. Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.
Baris 33:
Tak banyak catatan sepulangnya di Hindia. Ia dipercaya menjadi konservator pada "Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni". Beberapa lukisan potret keluarga [[keraton]] dan pemandangan menunjukkan ia tetap berkarya. Yang lain, ia bercerai dengan istri terdahulu lalu menikahi gadis keluarga ningrat keturunan [[Keraton Solo]].
 
Di [[Batavia]] ia tinggal di vila di sekitar [[Cikini, Menteng, Jakarta Pusat|Cikini]]. Gedungnya dibangun sendiri menurut teknik sesuai dengan tugasnya sebagai seorang pelukis. Sebagai tanda cinta terhadap alam dan isinya, ia menyerahkan sebagian dari halamannya yang sangat luas pada pengurus kebun binatang. Kini kebun binatang itu menjadi [[Taman Ismail Marzuki]]. Sementara rumahnya menjadi [[RSRumah Sakit Cikini]], [[Jakarta]].
 
Tahun [[1875]] ia berangkat lagi ke Eropa bersama istrinya dan baru kembali ke Jawa tahun [[1878]]. Selanjutnya, ia menetap di [[Bogor]] sampai wafatnya pada [[23 April]] [[1880]] siang hari, konon karena diracuni pembantu yang dituduh mencuri lukisannya. Namun dokter membuktikan, ia meninggal karena trombosis atau pembekuan darah.
Baris 54:
 
[[Berkas:Raden_saleh_diponegoro.gif|thumbnail|right|Lukisan "Penangkapan Diponegoro" karya Raden Saleh]]
Lukisan tentang peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Jendral De Cock pada tahun [[1830]] yang terjadi di Rumahrumah Kediamankediaman Residen [[Magelang]]. Dalam lukisan itu tampak Raden Saleh menggambarkan dirinya sendiri dengan sikap menghormat menyaksikan suasana tragis tersebut bersama-sama pengikut Pangeran Diponegoro yang lain. Jendral De CockKock pun kelihatan sangat segan dan menghormat mengantarkan Pangeran Diponegoro menuju kereta yang akan membawa beliau ke tempat pembuangan.
 
Pada saat penangkapan itu, beliau berada di Belanda. Setelah puluhan tahun kemudian kembali ke Indonesia dan mencari informasi mengenai peristiwa tersebut dari kerabat Pangeran Diponegoro. Dari usaha dan karya tersebut, tidaklah terlalu berlebihan bila beliau mendapat predikat sebagai Pahlawan Bangsa. Akhirnya, reputasi karya yang ditunjukkan oleh prestasi artistiknya, membuat Raden Saleh dikenang dengan rasa bangga.
Baris 61:
 
== Peringatan dan penghargaan ==
Tahun [[1883]], untuk memperingati tiga tahun wafatnya diadakan pameran-pameran lukisannya di [[Amsterdam]], di antaranya yang berjudul ''Hutan Terbakar'', ''Berburu Kerbau di Jawa'', dan ''Penangkapan Pangeran Diponegoro''. Lukisan-lukisan itu dikirimkan antara lain oleh Raja [[Willem III]] dan Pangeran [[VanErnst Saksendari Sachsen-Coburg-Gotha]].
 
Memang banyak orang kaya dan pejabat Belanda, Belgia, serta Jerman yang mengagumi pelukis yang semasa di mancanegara tampil unik dengan berpakaian adat ningrat Jawa lengkap dengan [[blangkon]]. Di antara mereka adalah bangsawan SaksenSachsen Coburg-Gotha, keluarga Ratu [[Victoria]], dan sejumlah gubernur jenderal seperti [[Johannes van den Bosch]], [[Jean Chrétien Baud]], dan [[Herman Willem Daendels]].
 
Tak sedikit pula yang menganugerahinya tanda penghargaan, yang kemudian selalu ia sematkan di dada. Di antaranya, bintang ''Ridder der Orde van de Eikenkoon'' (R.E.K.), ''Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde'' (C.F.J.), ''RidderKsatria derOrde KroonordeMahkota van Pruisen''Prusia (R.K.P.), ''Ridder van de Witte Valk'' (R.W.V.), dll.
 
Sedangkan penghargaan dari pemerintah [[Indonesia]] diberikan tahun [[1969]] lewat [[Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]], secara [[anumerta]] berupa ''Piagam Anugerah Seni'' sebagai ''Perintis Seni Lukis di Indonesia''. Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang makamnya di [[Bogor]] yang dilakukan oleh [[Frederich Silaban|Ir. Silaban]] atas perintah Presiden [[Soekarno]], sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda berharga negara, misalnya akhir tahun [[1967]], PTT mengeluarkan [[perangko]] seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya bergambar binatang buas yang sedang berkelahi.
Baris 72:
 
== Catatan kaki ==
 
{{reflist}}