Ular-lumpur kapuas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wie146 (bicara | kontrib)
Wie146 (bicara | kontrib)
k add minor et typo
Baris 30:
Tidak banyak yang diketahui mengenai peri kehidupan ular ini, selain bahwa ia hidup pada [[habitat]] [[riparian]] (dataran banjir di sekitar aliran sungai). Sampai dengan saat ini belum banyak spesimen yang tertangkap atau teramati, hingga ia dipublikasikan secara luas pada 27 Juni 2006 kemarin.
 
Sebetulnya spesimen pertama yang terkoleksi dari jenis ini telah berumur lebih dari seabad (tertangkap pada 1897 di aliran S. Kapuas, Kalbar, tanpa lokasi spesifik). Akan tetapi ia tidak dikenali sebagai jenis baru hingga belakangan ini. Pada 1996, Mark Auliya, seorang herpetolog muda dari [[Jerman]], berhasil menangkap dua spesimen lagi dari lokasi yang berbeda di sekitar aliran Kapuas dekat kota [[Putussibau]]. Hingga 2003, ketiganya masih dianggap dan dicatat sebagai ''E. doriae''; sebelum pada akhirnya ditelaah ulang dan ditetapkan sebagai spesies baru.
 
Hingga saat ini ''E. gyii'' masih dianggap jenis endemik Kalimantan, khususnya aliran Sungai Kapuas, Kalbar. Namun ada pula peneliti yang memperkirakan kemungkinan ditemukannya ular lumpur ini di [[Sumatra]], mengingat pada masakala [[Pleistosen]] terdapat hubungan yang cukup lama antara sistem sungai di Kalimantan bagian barat dengan sistem sungai di Sumatra tengah. Pada kala ini, permukaan air laut menurun begitu rendah sehingga tercipta hubungan darat antara Sumatra, Semenanjung Malaya dan Kalimantan.
 
==Keistimewaan==
Satu keistimewaan yang unik dan langka dari ular ini adalah kemampuannya untuk bertukar warna. Mark Auliya, si kolektor, menceritakan: "Saat saya meletakkan ular tersebut dalam wadah berwarna gelap dia masih berwarna coklat kemerahan... Ketika saya mengambil ular tersebut beberapa menit kemudian, ular itu telah berubah warna hampir menjadi putih sepenuhnya".
 
Kemampuan berganti warna sebetulnya bukan hal yang aneh bagi sebagian [[amfibia]] dan [[reptil]]. Beberapa jenis [[kodok]], [[cecak]], dan terutama [[bunglon]] dan [[chamaeleon]] dapat mengubah warna kulitnya. Pada beberapa jenis hewan, perubahan warna itu relatif lambat dan sederhana; menjadi lebih pucat atau sekedar lebih gelap warnanya. Akan tetapi pada chamaeleon (bunglon Madagaskar), perubahan itu berlangsung cepat dan drastis hingga bergantibertukar warna.
 
Akan tetapi kemampuan ini langka dijumpai pada ular. Dan ular-lumpur Kapuas ini memperlihatkan kemampuan yang umumnya telah tidak dimiliki lagi oleh bangsa ular.