Taman Nasional Gunung Gede Pangrango: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
+gambar; wikifikasi |
||
Baris 6:
}}
[[File:Gunung Gede in The Clouds.jpg|thumb|300px|Gunung Gede ]]
'''Taman Nasional Gunung Gede Pangrango''' (TNGGP) mempunyai peranan yang penting dalam sejarah konservasi di [[Indonesia]]. Ditetapkan sebagai [[taman nasional]] pada tahun 1980. Dengan luas 21.975 hektar, kawasan Taman Nasional ini ditutupi oleh [[hutan hujan tropis]] pegunungan, hanya berjarak
==Iklim==
Baris 19 ⟶ 14:
Selama bulan Januari sampai Februari, hujan turun disertai angin yang kencang dan terjadi cukup sering, sehingga berbahaya untuk pendakian. Hujan juga turun ketika musim kemarau, menyebabkan kawasan TNGP memiliki curah hujan rata-rata pertahun 4000 mm.
Rata-rata suhu di Cibodas 23°C, dan puncak tertinggi berada pada 3000 m dpl.
==Pengelolaan Kawasan==
TNGP merupakan salah satu dari 5 taman nasional yang dideklarasi oleh Pemerintah Indonesia tahun 1980, dan sampai tahun 2007 sudah [[Daftar taman nasional di Indonesia|50 taman nasional]] dibentuk oleh Pemerintah di seluruh Indonesia. Seperti halnya kawasan konservasi lainnya di Indonesia, pengelolaan kawasan TNGP merupakan tanggungjawab dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, [[Kementerian Kehutanan Republik Indonesia|Departemen Kehutanan]].
Secara administratif, kawasan TNGP berada di 3 kabupaten ([[Kabupaten Bogor|Bogor]], [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]] dan [[Kabupaten Sukabumi|Sukabumi]])
==Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa==
Javan Gibbon Center (JGC) berdiri sejak tahun 2003, berlokasi di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Lembaga ini merupakan kerjasama antara PHKA-Departemen Kehutanan RI dan Yayasan Owa Jawa yang didukung oleh [[Conservation International]] Indonesia, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, [[Universitas Indonesia]] dan Silvery Gibbon Project (SGP).
JGC merawat Owa Jawa dari hasil sitaan dan penyerahan sukarela dari masyarakat. Tujuan keberadaan JGC adalah untuk merehabilitasi Owa Jawa eks-peliharaan, mengembalikan kondisi fisik, kesehatan, perilaku pada masa rehabilitasi dan melepasliarkan kembali pasangan Owa Jawa yang telah siap kedalam kawasan-kawasan hutan yang sesuai berdasarkan prinsip-prinsip konservasi.
Owa Jawa (''Hylobates moloch'') merupakan jenis primata arboreal yang tinggal di hutan tropis, makanannya berupa buah, daun dan serangga. Satu keluarga Owa Jawa umumnya terdiri dari sepasang induk dan beberapa anak yang tinggal dalam teritori mereka. Owa jawa merupakan satwa endemik pulau Jawa. Dalam daftar satwa [[Spesies terancam|terancam]] mereka termasuk kategori kritis (IUCN,2004). Ancaman bagi mereka di dalam adalah kehilangan habitat, perburuan dan perdagangan untuk dijadikan satwa peliharaan. Beberapa hasil survey perkiraan populasi mereka di alam tersisa lebih kurang 4000 individu. Populasi kecil yang tersisa di alam dan terisolasi membuka peluang bagi mereka mengalami kepunahan.
{{Taman nasional di Indonesia}}
|