Cecek: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: perubahan kosmetika !
Baris 21:
=== Di akhir kata ===
 
Selain untuk menghindari [[#Menghindari gantungan bertumpuk tiga|gantungan bertumpuk]], pemakaian cecek di tengah kata tidak diperbolehkan. Kata-kata seperti: "nangka", "jangka", "langka", "semangka", tidak diperbolehkan memakai cecek, sebab huruf [[Nga (aksara Bali)|Ng]] terletak di tengah kata. Kata-kata seperti: <i>''"bangkuang"</i>'' dan <i>''"bangkiang"</i>'' (bahasa Bali), diperbolehkan memakai cecek hanya untuk huruf Ng yang terletak di akhir kata. Cecek patut ditulis di akhir kata, apabila kata tersebut diakhiri dengan bunyi /ŋ/ (ng). Contoh kata: "pasang", "pisang", "lubang", "senang", dll. Tidak dianjurkan memakai [[adeg-adeg]] untuk melekati huruf [[Nga (aksara Bali)|Nga]] di akhir kata agar berbunyi /ŋ/.
 
{| class=wikitable
Baris 41:
=== Bunyi suku kata yang sama ===
 
Cecek patut ditulis apabila suatu kata terdiri dari beberapa suku kata yang bunyi vokalnya sama dan mengandung bunyi /ŋ/ pada setiap suku katanya. Contoh kata (dalam bahasa Bali): <i>''"pongpong", "mongpong", "sungsung", "Klungkung",</i>'' dan sebagainya.
 
=== Menghindari gantungan bertumpuk tiga ===
 
Cecek patut ditulis apabila suatu kata mengandung pola KKKV (konsonan-konsonan-konsonan-vokal), dimana huruf konsonan yang pertama dari pola tersebut berbunyi /ŋ/. Contohnya (dalam bahasa Bali): <i>''"ngkla", "ngkli"</i>''. Contoh (dalam bahasa Bali) kata: <i>''"ca<u>ng</u>kling", "ju<u>ng</u>klang", "ju<u>ng</u>kling",</i>'' dan sebagainya. Huruf [[Nga (aksara Bali)|Ng]] pada kata tersebut (yang sudah digarisbawahi) harus ditulis dengan cecek jika disalin menjadi tulisan Bali, meskipun tidak terletak di akhir kata.
 
== Contoh penggunaan ==