Situs Karangkamulyan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
merapikan dan membersihkan artikel
Baris 1:
'''Situs Karangkamulyan''' adalah sebuah [[situs purbakala]] bersejarah dan [[situs arkeologi]] yang terletak di [[Desa]] [[Karangkamulyan, Cijeungjing, Ciamis]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]. Situs ini merupakan peninggalan dari zaman [[Kerajaan Galuh]].
{{rapikan}}
{{paragraf pembuka}}
Lokasi: Karangkamulyan;Cijeungjing;[[Ciamis]]
 
== Legenda situs Karangkamulyan ==
KisahLegenda situs Karangkamulyan berkisah tentang [[Ciung Wanara]] memangyang menarikberhubungan untuk ditelusuri, karena selain menyangkut cerita tentangdengan [[Kerajaan Galuh]],. juga Cerita ini banyak dibumbui dengan halkisah [[kepahlawanan]] yang luar biasa seperti [[kesaktian]] dan [[keperkasaan]] yang tidak dimiliki oleh orang biasa namun dimiliki oleh Ciung Wanara.
 
Kisah Ciung Wanara merupakan cerita tentang kerajaanKerajaan Galuh (zaman sebelum berdirinya [[Kerajaan Majapahit]] dan [[Pajajaran]] ). Tersebutlah [[raja]] Galuh saat itu [[Prabu]] [[Adimulya Sanghyang Cipta Permana Di Kusumah]] dengan dua permaisuri, yaitu [[Dewi Naganingrum]] dan [[Dewi Pangrenyep]]. Mendekati tibanya ajal, tiba Sangsang Prabu mengasingkan diri dan kekuasaan diserahkan kepada patih[[Patih Bondan Sarati]] karena Sang Prabu belum mempunyai anak dari permaisuri pertama ( Dewi Naganingrum ). Singkat cerita, dalam memerintah rajaRaja Bondan hanya mementingkan diri sendiri, sehingga atas kuasa [[Tuhan]] Dewi Naganingrum dianugerahi seorang putera, yaitu [[Ciung Wanara]] yang kelak akan menjadi peenruspenerus resmi kerajaan Galuh denganyang [[adil]] dan [[bijaksana]].
 
== Struktur lokasi ==
Bila kita telusuri lebih jauh kawasanKawasan yang luasnya kurang lebih 25 [[Ha]] ini menyimpan berbagai benda-benda yang diduga mengandung [[sejarah]] tentang Kerajaan Galuh yang sebagian besar berbentuk batu. Batu-batu ini letaknya tidaklah berdekatan tetapi menyebar dengan bentuknya yang berbeda-beda,. Batu-batu ini berada di dalam sebuah tempatbangunan berupayang [[struktur bangunan]]nya terbuat dari tumpukan batu yang bentuknya hampir sama. Struktur bangunan ini memiliki sebuah pintu sehingga menyerupai sebuah kamar.
Batu-batu yang ada di dalam struktur bangunan ini memiliki nama dan kisahmenyimpan kisahnya sendiri, begitu pula di beberapa lokasi lain yang terdapat di dalamnya yang berada di luar struktur batu. Masing-masing nama tersebut merupakan pemberian dari masyarakat yang dihubungkan dengan kisah atau cerita[[mitos]] tentang kerajaan Galuh seperti ; [[pangcalikan]] atau tempat duduk, lambang peribadatanper[[ibadat]]an, tempat melahirkanme[[kelahiran|lahir]]kan, tempat [[sabung ayam]] dan [[Cikahuripan]].
Batu-batu yang ada di dalam struktur bangunan ini memiliki nama dan kisah, begitu pula beberapa lokasi lain yang terdapat di dalamnya yang berada di luar struktur batu. Masing-masing nama tersebut merupakan pemberian dari masyarakat yang dihubungkan dengan kisah atau cerita tentang kerajaan Galuh seperti ; pangcalikan atau tempat duduk, lambang peribadatan, tempat melahirkan, tempat sabung ayam dan Cikahuripan.
 
Situs Karangkamulyan merupakan peninggalan Kerajaan Galuh Pertama menurut penyelidikan Tim dari Balar yang dipimpin oleh Dr Tony Jubiantoro pada tahun 1997. Bahwasannya di tempat ini pernah ada kehidupan mulai abad ke IX, karena dalam penggalian telah ditemukan keramik dari [[Dinasti Ming]]. [[Situs ]]ini terletak antara [[Ciamis]] dan [[Banjar]], jaraknya sekitar 17 km ke arah timur dari kota Ciamis atau dapat ditempuh dengan kendaraan sekitar 30 menit.
 
Situs ini juga dapat dikatakan sebagai situs yang sangat strategis karena berbatasan dengan pertemuan dua sungai yakni Sungai [[Citanduy]] dan [[Cimuntur]], dengan batas sebelah utara adalah jalan raya Ciamis-Banjar, sebelah selatan sungai Citanduy, sebelah barat merupakan sebuah pari yang lebarnya sekitar 7 meter membentuk tanggul kuno, dan batas sebelah timur adalah sungai Cimuntur. Karena merupakan peninggalan sejarah yang sangat berharga, akhirnya kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya oleh [[Pemerintah]].
Udara yang cukup sejuk terasa ketika kita memasuki gerbang utama [[situs]] ini. Tempat parkir yang luas dengan pohon-pohon besar disekitar semakin menambah sejuk Setelah gerbang utama, situs pertama yang akan kita lewati adalah Pelinggih ( Pangcalikan ). Pelinggih merupakan sebuah batu bertingkat-tingkat berwarna putih serta berbentuk segi empat, termasuk ke dalam golongan / jenis yoni ( tempat pemujaan ) yang letaknya terbalik, digunakan untuk altar. Di bawah Yoni terdapat beberapa buah batu kecil yang seolah-olah sebagai penyangga, sehingga memberi kesan seperti sebuah dolmen ( kubur batu ). Letaknya berada dalam sebuah struktur tembok yang lebarnya 17,5 x 5 meter.
 
 
UdaraSitus yangKarangkamulyan terletak cukupdi daerah berhawa sejuk terasadan ketikatelah kitadilengkapi memasukidengan gerbang utamaareal [[situsparkir]] ini. Tempat parkir yang luas dengan [[pohon]]-pohon besar disekitar semakin menambah sejuk. Setelah gerbang utama, situs pertama yang akan kita lewatidilewati adalah [[Pelinggih]] ( Pangcalikan ). Pelinggih merupakan sebuah batu bertingkat-tingkat berwarna [[putih]] serta berbentuk [[segi empat]], termasuk ke dalam golongan / jenis yoni[[Yoni]] ( tempat pemujaan ) yang letaknya terbalik, digunakan untuk [[altar]]. Di bawah Yoni tersebut terdapat beberapa buah batu kecil yang seolah-olah sebagai penyangga, sehingga memberi kesan seperti sebuah [[dolmen]] ( kubur batu ). Letaknya berada dalam sebuah struktur tembok yang lebarnya 17,5 x 5 meter.
'''Sahyang Bedil'''
Tempat yang disebut Sanghyang Bedil merupakan suatu ruangan yang dikelilingi tembok berukuran 6.20 x 6 meter. Tinggi tembok kurang lebih 80 cm. Pintu menghadap ke arah utara, di depan pintu masuk terdapat struktur batu yang berfungsi sebagai sekat (schutsel). Di dalam ruangan ini terdapat dua buah menhir yang terletak di atas tanah, masing-masing berukuran 60 x 40 cm dan 20 x 8 cm. Bentuknya memperlihatkan tradisi megalitik. Menurut masyarakat sekitar, Sanghyang Bedil dapat dijadikan pertanda datangnya suatu kejadian, terutama apabila di tempat itu berbunyi suatu letusan, namun sekarang pertanda itu sudah tidak ada lagi.
 
=== ''Sanghyang Bedil'' ===
Tempat yang disebut "''Sanghyang Bedil''" merupakan suatu ruangan yang dikelilingi [[tembok]] berukuran 6.20 x 6 meter. Tinggi tembok kurang lebih 80 [[cm]]. Pintu menghadap ke arah utara, di depan pintu masuk terdapat struktur batu yang berfungsi sebagai [[sekat]] (''schutsel''). Di dalam ruangan ini terdapat dua buah [[menhir]] yang terletak di atas tanah, masing-masing berukuran 60 x 40 cm dan 20 x 8 cm. Bentuknya memperlihatkan tradisi [[megalitik]]. Menurut masyarakat sekitar, "''Sanghyang Bedil''" dapat dijadikan pertanda datangnya suatu kejadian, terutama apabila di tempat itu berbunyi suatu letusan, namun sekarang pertanda itu sudah tidak ada lagi.
 
'=== ''Penyabungan Ayam''' ===
Tempat ini terletak di sebelah selatan dari lokasi yang disebut "''Sanghyang Bedil''", kira-kira 5 meter jaraknya, dari pintu masuk yakni berupa ruang terbuka yang letaknya lebih rendah. [[Masyarakat]] sekitar situs menganggap tempat ini merupakan tempat [[sabung ayam]] Ciung Wanara dan [[ayam]] [[raja]]. Di samping itu merupakan tempat khusus untuk memlih raja yang dilakukan dengan carasistem [[demokrasi]]. {{fact}}
 
'=== ''Lambang Peribadatan''' ===
Batu yang disebut sebagai lambang"''Lambang peribadatanPeribadatan''" merupakan sebagian dari [[kemuncak]], tetapi ada juga yang menyebutnya sebagai [[fragmen]] candi, masyarakat menyebutnya sebagai [[stupa]]. Bentuknya indah karena dihiasi oleh [[pahatan]]-pahatan sederhana yang merupakan peninggalan [[Hindu]]. Letak batu ini berada di dalam struktur tembok yang berukuran 3 x 3 m, tinggi 60 cm. Batu kemuncak ini ditemukan 50 m ke arah timur dari lokasi sekarang. Di tempat ini terdapat dua unsur budaya yang berlainan yaitu adanya kemuncak dan struktur tembok. Struktur tembok yang tersusun rapi menunjukkan lapisan budaya megalitik, sedangkan kemuncak merupakan peninggalan agama Hindu.
 
=== ''Panyandaran'' ===
'''Lambang Peribadatan'''
Terdiri atas sebuah [[menhir]] dan [[dolmen]], letaknya dikelilingi oleh batu bersusun yang merupakan struktur tembok. Menhir berukuran tinggi 120 cm, lebar 70 cm, sedangkan dolmen berukuran 120 x 32 cm. Menurut cerita, tempat ini merupakan tempat melahirkankelahiran Ciung Wanara. Di tempat itulah Ciung Wanara dilahirkan oleh Dewi Naganingrum yang kemudian bayi itu dibuang dan dihanyutkan ke sungai Citanduy. Setelah melahirkan Dewi Naganingrum bersandar di tempat itu selama empat puluh hari dengan maksud untuk memulihkan kesehatannya setelah melahirkan.
Batu yang disebut sebagai lambang peribadatan merupakan sebagian dari kemuncak, tetapi ada juga yang menyebutnya sebagai fragmen candi, masyarakat menyebutnya sebagai stupa. Bentuknya indah karena dihiasi oleh pahatan-pahatan sederhana yang merupakan peninggalan Hindu. Letak batu ini berada di dalam struktur tembok yang berukuran 3 x 3 m, tinggi 60 cm. Batu kemuncak ini ditemukan 50 m ke arah timur dari lokasi sekarang. Di tempat ini terdapat dua unsur budaya yang berlainan yaitu adanya kemuncak dan struktur tembok. Struktur tembok yang tersusun rapi menunjukkan lapisan budaya megalitik, sedangkan kemuncak merupakan peninggalan agama Hindu.
 
'=== ''Cikahuripan''' ===
Di lokasi ini"''Cikahuripan''" tidak terdapat tanda-tanda adanya peninggalan [[arkeologis]]. Tetapi hanya merupakan sebuah [[sumur]] yang letaknya dekat dengan pertemuan antara dua sungai, yaitu sungai Citanduy dan sungai Cimuntur. Sumur ini disebut "''Cikahuripan''" yangkarena dianggap berisi air kehidupan, (dimana air merupakandipercaya sebagai lambang kehidupan, itu sebabnya disebut sebagai Cikahuripan). Sumur ini merupakan sumur abadi karena airnya tidak pernah kering sepanjang tahun.
 
=== '''PanyandaranDipati Panaekan''' ===
Di lokasi [[makam]] [[Dipati Panaekan]] ini tidak terdapat tanda-tanda adanya peninggalan arkeologis. Tetapi merupakan batu yang berbentuk [[lingkaran]] bersusun [[tiga]], yakni merupakan susunan [[batu kali]]. Dipati Panaekan adalah raja [[Galuh Gara Tengah]] yang berpusat di [[Cineam]] dan mendapat gelar [[Adipati]] dari [[Sultan Agung]] [[Raja]] [[Mataram]].
Terdiri atas sebuah [[menhir]] dan [[dolmen]], letaknya dikelilingi oleh batu bersusun yang merupakan struktur tembok. Menhir berukuran tinggi 120 cm, lebar 70 cm, sedangkan dolmen berukuran 120 x 32 cm. Menurut cerita, tempat ini merupakan tempat melahirkan Ciung Wanara. Di tempat itulah Ciung Wanara dilahirkan oleh Dewi Naganingrum yang kemudian bayi itu dibuang dan dihanyutkan ke sungai Citanduy. Setelah melahirkan Dewi Naganingrum bersandar di tempat itu selama empat puluh hari dengan maksud untuk memulihkan kesehatannya setelah melahirkan.
 
== Penyelidikan situs ==
'''Cikahuripan'''
SitusMenurut Karangkamulyanpenyelidikan merupakan[[tim peninggalan Kerajaan Galuh Pertama menurut penyelidikan Timarkeologi]] dari [[Balar]] yang dipimpin oleh [[Dr]] [[Tony Jubiantoro]] pada tahun [[1997]], situs Karangkamulyan merupakan peninggalan Kerajaan Galuh yang pertama. BahwasannyaBahwasanya di tempat ini pernah ada kehidupan mulai [[abad ke IX,9]] disimpulkan karena dalam [[penggalian]] telah ditemukan [[keramik]] dari zaman [[Dinasti Ming]]. [[Situs ]]ini terletak di antara [[kota]] [[Ciamis]] dan kota [[Banjar]], jaraknya sekitar 17 [[km]] ke arah [[timur]] dari kota Ciamis atau dapat ditempuh dengan [[kendaraan]] sekitar 30 [[menit]].
Di lokasi ini tidak terdapat tanda-tanda adanya peninggalan [[arkeologis]]. Tetapi hanya merupakan sebuah sumur yang letaknya dekat dengan pertemuan antara dua sungai, yaitu sungai Citanduy dan sungai Cimuntur. Sumur ini disebut Cikahuripan yang berisi air kehidupan, air merupakan lambang kehidupan, itu sebabnya disebut sebagai Cikahuripan. Sumur ini merupakan sumur abadi karena airnya tidak pernah kering sepanjang tahun.
 
Situs ini juga dapat dikatakan sebagai situs yang sangat strategis karena berbatasan dengan pertemuan dua sungai yakni [[Sungai]] [[Citanduy]] dan [[Cimuntur]], dengan batas sebelah [[utara]] adalah [[jalan raya]] Ciamis-Banjar, sebelah [[selatan]] sungai Citanduy, sebelah [[barat]] merupakan sebuah pari[[parit]] yang lebarnya sekitar 7 meter membentuk [[tanggul]] kuno, dan batas sebelah [[timur]] adalah sungai Cimuntur. Karena merupakan peninggalan sejarah yang sangat berharga, akhirnya kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya oleh [[Pemerintah]] [[Indonesia]].
'''Dipati Panaekan'''
Di lokasi [[makam]] Dipati Panaekan ini tidak terdapat tanda-tanda adanya peninggalan arkeologis. Tetapi merupakan batu yang berbentuk lingkaran bersusun tiga, yakni merupakan susunan batu kali. Dipati Panaekan adalah raja Galuh Gara Tengah yang berpusat di Cineam dan mendapat gelar Adipati dari [[Sultan Agung]] Raja Mataram.
 
== Sebagai obyek wisata ==
Setelah puas mengelilingi Situs ini, puluhan [[warung]] makan dengan menu khasnya [[pepes]] ayam dan pepes ikan mas merupakan pelengkap ketika kita berkunjung ke tempat ini. Apalagi minumannya air kelapa alami langsung dari buahnya semakin menambah asyiknya suasana. Walaupun hanya berupa situs-situs purbakala tampaknya tempat ini dikelola dengan cukup bagus, terbukti dengan kebersihan yang cukup terjaga di sekitar lokasi.
Walaupun tidak ditetapkan sebagai obyek wisata, situs ini terbuka untuk pengunjung umum. Di samping mengelilingi situs, para pengunjung situs dapat menemui puluhan [[warung]] makan dengan menu khas lokasi tersebut, yaitu [[pepes]] [[pepes ayam|ayam]], [[pepes ikan mas]] dan [[buah]] [[kelapa]].
 
{{DEFAULTSORT:Karangkamulyan}}
{{indo-stub}}
{{candi-stub}}
{{Hindu-stub}}
{{arkeologi-stub}}
 
[[Kategori:Hinduisme]]
[[Kategori:Candi di Indonesia]]
[[Kategori:Jawa Barat]]
[[Kategori:Situs arkeologi di Indonesia]]