Cecek: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: perubahan kosmetika !
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{untuk|artikel tentang reptil|Cecak}}
| Image = [[Berkas:P. Cecek, aksara Bali.png|right|thumb|Cecek.]]
{{AksaraBali infobox
'''Cecek''' (lafal: /cə-cəktʃəˈtʃəʔ/) adalah salah satu pangangge tengenan (lambang yang melekati suatu huruf) dalam [[aksara Bali]] yang melambangkan bunyi /ŋ/ (ng). Cecek bisa ditulis di akhir kata dan di tengah kata, tergantung aturannya. Cecek merupakan pengganti huruf [[Nga (aksara Bali)|Nga]] yang dilekati oleh [[adeg-adeg]].<ref>Tinggen, hal. 31.</ref>
| Image = P. Cecek, aksara Bali.png
| Nama = Cecek
| Letak = di atas aksara yang dilekatinya
}}
'''Cecek''' (lafal: /cə-cək/) adalah salah satu pangangge tengenan (lambang yang melekati suatu huruf) dalam [[aksara Bali]] yang melambangkan bunyi /ŋ/ (ng). Cecek bisa ditulis di akhir kata dan di tengah kata, tergantung aturannya. Cecek merupakan pengganti huruf [[Nga (aksara Bali)|Nga]] yang dilekati oleh [[adeg-adeg]].<ref>Tinggen, hal. 31.</ref>
 
== Fungsi ==
 
Fungsi cecek sama seperti tanda anuswara dalam huruf [[Dewanagari]].<ref>Surada, hal. 3</ref> Cecek memberi efek agar suatu [[Aksara Bali#aksara Wianjana|aksara wianjana]] (huruf konsonan) mendapat bunyi sengau dari pengucapan /ŋ/ (ng). Contohnya, kata "pasa" bila dilekati oleh cecek maka menjadi "pasang"; kata "sara" bila dilekati oleh cecek maka menjadi "sarang"; kata "lara" bila dilekati oleh cecek maka menjadi "larang"; dll. Aturan ini dianjurkan agar tidak perlu memberi adeg-adeg pada aksara "Nga".
 
== Asal penggunaan ==
 
Mulanya, huruf [[Nga (aksara Bali)|Nga]] dalam [[aksara Bali]] dibaca /ŋə/ ("nga"). Untuk mematikan bunyi /ə/ agar yang dibaca cuma /ŋ/, maka huruf Nga dilekati oleh [[adeg-adeg]]. Setelah dilekati oleh adeg-adeg, maka bunyi [[vokal]] /ə/ pada huruf Nga menghilang, cuma menyisakan bunyi [[konsonan]] /ŋ/. Untuk mewakili huruf Nga yang dilekati oleh adeg-adeg, maka dipakailah tanda cecek. Tradisi ini sama seperti pemakaian tanda anuswara (titik di atas huruf) pada [[aksara Dewanagari]], karena aksara Bali dan aksara Dewanagari merupakan satu rumpun.
 
== Aturan penggunaan ==
Baris 29 ⟶ 21:
! align=center| Keterangan
|-
| [[Berkas:Pasang Bali Correct.png|55px|center|Pasang|alt=|link=]]
| align=center| <big>'''Pa – sa – ng'''</big>
| Penulisan kata "pasang" yang benar dengan menggunakan aksara Bali. Jika dieja, kata tersebut dibentuk dari huruf [[Pa (aksara Bali)|Pa]], [[Sa danti|Sa]], dan tanda cecek (bunyi Ng). Suku kata terakhir dibubuhi tanda cecek agar dibaca "ng".
|-
| [[Berkas:Pasang Bali Wrong.png|90px|center|Pasang|alt=|link=]]
| align=center| <big>'''Pa – sa – ng'''</big>
| Penulisan kata "pasang" yang salah dalam aksara Bali. Huruf Nga tidak perlu dibubuhi tanda adeg-adeg agar dibaca Ng. Dianjurkan memakai tanda cecek.
Baris 50 ⟶ 42:
{| class=wikitable
|-
| bgcolor=white| [[Berkas:Usage of cecek.png|left|450px|Contoh penggunaan cecek.|alt=|link=]]
{{br}}
|}