Tjong A Fie (1860-1921) adalah seorang konglomerat, bankir dan industriawan Tionghoa yang terkenal dari kota Medan pada zamannya, dan juga salah satu “pendiri” kota Medan. Lahir di provinsi Guangdong di Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1860, Tjong A Fie datang ke Medan dari Guangdong pada tahun 1875 dengan hanya membawa beberapa koin perak yang diikatkan ke pinggangnya.
Bersama dengan saudaranya Tjong Yong Hian, dia berhasil membangun bisnis dalam bidang perkebunan yang sukses. Perusahaannya sendiri mempekerjakan lebih dari 10.000 karyawan dan dia menjadi salah satu orang Tionghoa terkaya di Sumatera. Keberhasilannya tersebut membuat dia mempunyai hubungan yang dekat dengan para petinggi-petinggi Medan pada saat itu, di antaranya Sultan Deli Makmun Al Rasjid dan pejabat-pejabat kolonial Belanda. A Fie pun lalu dilantik sebagai Kapitan China (Majoor der Chineezen), pemimpin komunitas Tionghoa di Medan.
A Fie dikenal sebagai dermawan dan banyak berjasa dalam pembangunan kota Medan. Dialah orang yang merintis dibangunnya jalur kereta api yang menghubungkan Medan dengan wilayah pelabuhan Belawan. Selain itu, dia juga menyumbangkan menara lonceng untuk Gedung Balai Kota Medan yang lama. Afie juga adalah donatur pembangunan Masjid Raya Al Mansun Medan.
Salah satu peninggalannya yang masih cukup terkenal hingga saat ini adalah rumahnya di kawasan Kesawan. Diselesaikan pada tahun 1900, rumahnya yang menunjukkan pengaruh campuran Art Deco Tionghoa-Barat kini menjadi salah satu icon Kota Medan. Bentuk rumah ini sangat mirip dengan rumah Cheong Fatt Tze, famili A Fie yang merupakan taipan besar di Penang. Sayangnya rumahnya kurang terawat dengan baik pada saat ini sehingga tampak seperti terlantar.
Sewaktu menjabat sebagai Kapitan China, A Fie ikut mengoperasikan tempat perjudian yang disahkan pemerintah dan hampir tiga puluh rumah bordil.Pengaruh Tjong A Fie tidak hanya terasa di Medan saja, namun juga di luar negeri seperti Penang, Singapura, HongKong, Tiongkok dan bahkan Amsterdam. Di Amsterdam, dia menjadi salah seorang pendiri Institut Kolonial yang kini bernama Institut Tropis Kerajaan (Koninklijk Instituut voor de Tropen).
Tjong A Fie meninggal pada tahun 1921. Ada berbagai pendapat dalam kematiannya. Dari berbagai sumber mengatakan bahwa beliau meninggal dunia dengan jalan bunuh diri dikarenakan frustrasi dengan kelanjutan usaha yang dia rintis, saat krisis ekonomi melanda bisnisnya terutama pada saham beliau di Bank Java, tak seorang juga keturunannya mampu mengambil estafet perniagaan malah keturunannya bergaya borjuis tanpa mampu menciptakan financial. Keterangan ini tentu saja dibantah keturunannya.
Dalam hal agama yang dia anut, masyarakat deli bersikukuh mengatakan bahwa Tjong A Fie telah memeluk agama Islam dengan pembuktian "bantuan" beliau terhadap pendirian Masjid Raya Al Maksun serta masjid pribadi beliau di Jl. Masjid Kesawan, hingga di makamkan di lingkungan Masjid Raya. Namun pihak turunan beliau mengklaim bahwa Tjong A Fie beragama Khonghucu.
Nama Tjong A Fie diabadikan sebagai nama sebuah jalan di Kota Tebing Tinggi, meski namanya kemudian berubah menjadi Jl. KH Ahmad Dahlan.