Sejarah Radio Republik Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 458:
 
Dengan badan-badan kelasykaran yang menyelenggarakan siaran radio sendiri, antara lain BPRI, maka RRI mengadakan kerjasama yang baik dalam siaran, serta memberikan bantuan materiil dan tenaga (membuat pemancar radio dan memberi alat-alat dan sebagainya), terutama sekali dalam masa tahun 1945-1946.
 
RRI Kediri yang sebenarnya juga dibiayai dari anggaran Kementerian Penerangan, baru dapat digabungkan ke dalam RRI Jawa Timur di Kediri, setelah pemberontakan PKI di Madiun tanggal 19 September 1948.
 
6. PERISTIWA MADIUN 19 SEPTEMBER 1948
Jika Progam Perjuangan RRI terutama ditujukan untuk menghadapi perang melawan Inggris dan Belanda, maka "Peristiwa Madiun" pada tanggal 19 September 1948, sebenarnya tidak pernah diperhitungkan.
 
Maka dalam menghadapi peristiwa tersebut, RRI Madiun maupun RRI Pusat todak mengadakan persiapan-persiapan untuk "terugval basis"
 
Tanpa kesempatan dan kemampuan untuk melawan Pimpinan RRI Madiun masih setai kepada Sumpah 11 September dan pemerintah R.I RRI Madiun ME-relay pidato radio Presiden Soekarno yang menyatakan, bahwa pernyataan Muso adalah pemberontakan terhadap Pemerintah yang syah yang tentunya sangat menggemparkan.
 
Semua radio umum di Madiun waktu itu masih di-stel pada gelombang RRI Madiun, sehingga pidato radio Presiden Soekarno diikuti oleh seluruk masyarakat Madiun.
 
Selain tindakan berani pimpinan RRI Madiun itu, pegawai-pegawai telegrafinya secara rahasia menggunakan pemancar telegrafi untuk hubungan RRI Sala dan Kediri.
 
dalam hubungan itu dikirim berita-berita tentang kegiatan kaum pemberontakan, lokasi pasukannya dan lain-lain yang dapat dipakai oleh penumpasan kaum pemberontak.
 
hubungan rahasia itu dapat dilangsungkan sampai Siliwangi masuk kota Madiun pada tanggal 30 September 1948.
 
Tidak ada satu orangpun dari RRI Madiun terlibat dalam pemberontakan. RRI Madiun bersama RRI lainnya membantu operasi militer Pemerintah untuk menghancurkan pemberontakan yang melarikan diri dari kota Madiun.
 
SIARAN GM-SSPM
SEbelum pemberontakan PKI di Madiun meletus, di Solo terjadi tembak-menembak antara satu kesatuan Siliwangi di asrama Srambatan, dekat kantor RRI di Balapan, dengan saputngan merah diikat dilehernya.
 
Menurut keterangan, mereka itu adalah anak buah Jindau dari ALRI.
Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 13 September. Sehari sebelumnya telah didahului panculikan-penculikan terhadap-terhadap pimpinan-pimpinan politik dari golongan nasionalis, dan golongan agama.
 
Menurut keterangan orang yang melihatnya, penculikan dilakukan oleh satuan0satuan tentara dalam pakaian seragam hitam-hitam dengan sapu tangan merah dilehernya.
Kejadian tersebut menimbulkan ketegangan-ketegangan, tidak saja di kota Solo, tetapi juga diseluruh Keresidenan Surakarta, karena ternyata gerakan penculikan terhadap pemimpin-pemimpin politik dari nasionalis dan agama juga dilakukan di daerah-daerah seluruh Keresidenan Surakarta.
 
Berhubung dengan situasi yang semakin panas di Surakarta pada tanggal 15 September, Panglima Besar Jendral Sudirman mengeluarkan perintah harian kepada Angkatan Perang R,I, supaya tetap memelihara persatuan dan kesatuan serta melindungi kedaulatan negara.
 
Pada tanggal 17 September daerah Surakarta dinyatakan bahaya.
 
Kolonel Gatot Subroto diangkat sebagai Gubernur Militer Daerah Militer Istimewa Surakarta,Semarang, Pati, dan Madiun, disingkat GM-SSPM, berkedudukan di Solo.
 
Oleh karena RRI Surakarta menyiarkan pengumuman-pengumuman dari staf GM dan beberapa jawatan yang ada hubungannya dengan pemberontakan Madiun, Kolonel Gatot Soebroto mengambil keputusan untuk membentuk satu Komando Penerangan GM yang aktif memberikan penerangan-penerangan kepada masyarakat dalam rangka pemulihan kembali ketenangan umum.
 
Supaya Komando Penerangan itu tidak ditakuti rakyat (waktu itu masyarakat memang dihinggapi ketakutan jika melihat orang berseragam tentara dan bersenjata), maka Komando Penerangan GM dipercayakan kepada Maladi sebagai pimpinan RRI.
Kebetulan waktu itu, Maladi masih terdaftar dalam satuan PHB dan MBT dengan pangkat mayor.
 
Lengkapnya Komando Penerangan adalah "Komando Penerangan Mobile GM-SSPM", yang kemudian oleh masyarakat disingkat menjadi "Komando Penerangan Mobile GM-II". Staf Penerangan GM-II hanya terdiri dari 5 orang. Yaitu: Maladi sebagai Komandan/Ketua, Soewito Koesoemowidagdo (Kepala Jawatan Penerangan Provinsi Jawa Tengah), Soetarto (Berita Film Indonesia), Darmosoegondo, reporter RRI Pusat , dan Oetoyo Soemowidjojo (Kepala Bagian Teknik RRI Sukakarta).
 
Aparat yang digunakan oleh Penerangan GM-II adalah personil dan perlengkapan (kendaraan, alat-alat, radio, alat perfilman, mesin tulis dan lain-lain) dari RRI, BFI dan Jawatan Penerangan. Jadi sebenarnya, "Penerangan GM-II" adalah aperatur Kementerian Penerangan yang diberi wewenang dan fasilitas oleh Gibernur Milliter.
 
Dengan wewenang dan fasilitas tersebut, Penerangan GM-II dapat meminta segala Informasi dari pasukan-pasukan yang beroperasi dalam penumpasan pemberontakan dan dapat mengikuti semua operasi militer.
 
Dengan demikian, Penerangan GM-II dapat mengumpulkan semua data kegiatan militer dari tangan pertama atau melihat sendiri, sehingga dapat memberi penerangan yang luas, mendalam dan positif kepada masyarakat.
 
Atas usul Gubernur Gatot Soebroto, siaran Penerangan GM-II dari Solo tiap malam selama 30 menit, dijadikan siaran sentral yang di-relay oleh semua pemancar RRI di wilayah Republik.
 
Dengan bahasanya yang mudah dimengeti oleh rakyat, bahasa rakyat, maka RRI dapat mengulas dan mengomentari operasi-operasi militer tepat serta meresap dalam ingatan para pendengar radio.
 
Usaha lain dari Penerangan GM-II yang sangat popeler adalah "gambar hidup keliling".
 
== RRI Saat Detik-detik Kemerdekaan Republik Indonesia ==