Taoisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
55hans (bicara | kontrib)
Edit sebelumnya juga saya yang melakukan, tadi lupa masuk log
Baris 27:
Sedih karena kecenderungan orang mengambil manfaat dari kebaikan yang diajarkannya, serta berusaha mencari kedamaian pribadi yang lebih besar pada usianya yang semakin lanjut, akhirnya Lao Tzu menunggang seekor kerbau dan pergi ke arah Barat, yaitu yang sekarang disebut Tibet (Lembah Hankao). Sebelum pergi, ada seorang penjaga gerbang yang berusaha menahannya agar tidak pergi. Karena usahanya gagal, ia meminta Lao Tzu untuk meninggalkan suatu catatan mengenai pandangan Lao Tzu. Kemudian Lao Tzu tinggal selama tiga hari, dan setelah itu ia kembali dengan sebuah buku kecil yang berisi ± 5000 huruf Cina berjudul Dao De Ching.<ref>[Huston Smith. 1999. Agama-agama Manusia. Jakarta: Yayasan OBOR, 231-232.]</ref>
Lao Tzu juga dikatakan hidup satu zaman dengan Konfusius. Akan tetapi dengan menyelidiki kitab Dao DeDaode Ching, dapat disimpulkan bahwa hal tersebut tidak mungkin, karena ada beberapa gagasan yang tidak mungkin dikenal umum pada masa Konfusius. Kebanyakan ahli masa kini menyatakan Lao Tzu hidup ± 2 abad setelah Konfusius.
 
== Ajaran Taoisme ==
Baris 68:
Menurut pandangan Taoisme, hidup manusia sudah digariskan oleh ‘langit’. Manusia sudah memiliki jalannya masing-masing. Yang harus dilakukan manusia hanya meneliti jalan itu dan mengikuti jejak itu tanpa coba memaksakan pandangannya yang sempit, serta tanpa kehendak ingin menyelewangkan diri dari yang alamiah demi keuntungan pribadi. Sikap semacam itulah yang disebut dengan Wu Wei, yang artinya tidak mencampuri. Wu-wei dapat juga diartikan ‘tidak berkeinginan’. Manusia dalam pandangan Taoisme, harus menghilangkan keinginannya, dan mengikuti jalannya proses alam tanpa mencampuri proses itu.<ref>Filsafat Timur, 96.</ref>
 
Menurut Taoisme, apabila manusia menjadi sombong dan melakukan hal di luar kemampuannya, maka suatu saat dia akan mendapat celaan yang dapat membuatnya berduka atau menderita. Karena itu, seorang bijaksana yang mengenal Dao dan hukum alam akan memilih mengundurkan diri dan menolak segala penghargaan yang diberikan padanya. Ia memilih untuk tidak menonjolkan dirinya. Meskipun demikian, Taoisme tidak mengajarkan bahwa seseorang harus menyingkirkan seluruh harta benda yang dimiliki untuk mencapai ketentraman batin. Hal yang perlu dibuang adalah rasa kemelekatan terhadap harta tersebut. Apabila harta dibuang namun masih ada kemelekatan terhadapa harta tersebut, maka sia-sia saja. Karena itu buanglah kemelekatan terhadap harta dari diri manusia, dan harta benda harus digunakan untuk kepentingan sosial. Dengan demikian manusia tidak akan merasakan penderitaan akibat kehilangan harta. Seperti tertulis dalam Dao DeDaode Ching Bab 2 ayat 11b: “…Oleh karena tidak mempunyai apa-apa, maka dia tidak pernah kehilangan apa-apa.”<ref>[Sutradharma Tj. Sudarman. 1998. Menjalani Kehidupan Buddhisme, Confuciusme dan Taoisme. Jakarta: Sunyata, 180-181.]</ref>
 
Manusia yang mengikuti Dao tidak mencampuri hidup orang lain, dalam arti ia tidak memaksakan orang lain membutuhkan, ia menolong mereka menjadi bebas dengan mengikuti Dao. Manusia yang baik adalah yang mampu mengikuti jalannya alam semesta sesuai dengan Dao.<ref>Filsafat Timur, 96.</ref>
Baris 75:
 
=== Etika Taoisme ===
Dalam menjalani kehidupan yang ada, manusia mengarah pada kehidupan yang alamiah tanpa adanya proses ikut campur. Kehidupan yang alami inilah yang menjadi suatu kebajikan dasar yang memicu munculnya tiga buah kebajikan lain yang menuntun manusia dalam kehidupannya, yaitu lemah lembut, rendah hati, dan menyangkal diri. Kelemah-lembutan merupakan teman dari kehidupan, sebaliknya, kekerasan dan kekakuan adalah teman dari kematian. Rendah hati adalah sikap mampu membatasi diri dengan berbuat seperlunya saja. Di dalam kitab Dao DeDaode Ching dikatakan, “Tidak ada kutuk yang lebih besar daripada merasa kurang puas. Tidak ada dosa yang lebih besar daripada selalu ingin memiliki.”
Kemudian menyangkal diri adalah sikap menganggap diri dan hidup manusia hanyalah sebagai pinjaman dari alam semesta kepada manusia. Oleh karena itu, manusia yang bijaksana dan menginginkan hidup tenang dan tenteram akan mempercayakan seluruh hidupnya kepada Dao atau alam semesta.<ref>Filsafat Timur, 96-97.</ref>