Kitab Pengkhotbah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Thijs!bot (bicara | kontrib)
55hans (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14:
 
''Berdasarkan Pengantar Alkitab [[Lembaga Alkitab Indonesia]], 2002''
 
== Pengkhotbah di dalam Kanon ==
Kitab Pengkhotbah merupakan satu dari lima gulungan (Megillot) yang dibaca pada hari raya [[Pondok Daun]].<ref name="Fohrer">{{en}}Georg Fohrer. 1968. Introduction to Old Testament. Nashville: Abingdon Press. Hal. 334.</ref> Di dalam kanon [Alkitab Ibrani], kitab ini termasuk dalam bagian tulisan-tulisan (Yahudi: Kethuvim) dan berada pada urutan ke-6 dari bagian tersebut.<ref>{{en}}Norman K. Gottwald. 1985. The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction. Philadelphia: Fortress Press. Hal. 884.</ref> Kemudian di dalam kanon lainnya, seperti Septuaginta dan Vulgata (bahasa Latin; kanon Katolik Roma saat ini), terdapat pengelompokkan tulisan-tulisan yang dianggap berasal dari Daud dan Salomo. Dengan demikian urutannya adalah Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksaan Salomo (dalam kanon Protestan kitab Kebijaksanaan Salomo dianggap Apokrifa). Alasan penempatan ini adalah acuan tak langsung pada Salomo dan adanya tulisan-tulisan hikmat yang dikaitkan dengan nama Salomo. Kelompok ini ditempatkan setelah Mazmur karena tulisan yang dianggap berasal dari Salomo harus ditempatkan setelah tulisan-tulisan yang berasal dari Daud, ayahnya.<ref name="Lasor">W.S. Lasor. 2005. Pengantar Perjanjian Lama 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 145.</ref>
 
Sebenarnya kitab Pengkhotbah ini memiliki kontradiksi-kontradiksi dengan ortodoksi Yahudi saat itu. Karena itulah ada tafsiran yang mengatakan bahwa pasal 12:12-14 merupakan tambahan yang bertujuan mengarahkan kitab ini ke arah ortodoksi, yaitu penerapan hukum Yudaisme.<ref name="Fohrer"></ref> Nampaknya kitab ini berhasil masuk kanon Yahudi karena dianggap berasal dari Salomo.<ref name="Fohrer"></ref>
 
== Perdebatan mengenai Pengarang ==
Secara tradisional pengarang Kitab Pengkhotbah dianggap sebagai Salomo, anak Daud, yang dikenal memiliki hikmat Ilahi. Para penafsir Yahudi tradisional membaca secara harafiah Kitab Pengkhotbah 1:1 dan menerjemahkannya sebagai hasil karangan Salomo.<ref name="Singgih">Emanuel Gerrit Singgih. 2001. Hidup di Bawah Bayang-Bayang Maut: Sebuah Tafsir Kitab Pengkhotbah. Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref> Penafsiran tradisional ini bertahan hingga munculnya metode-metode yang bersifat kritis, baik historis maupun literer, yang melihat inkonsistensi pada beberapa bagian.<ref name="Singgih"></ref> Ada beberapa alasan yang menunjukkan bahwa penulis kitab ini bukanlah Salomo:
 
=== Alasan Isi ===
Pertama-tama, memang nama Salomo tidak pernah dikatakan secara eksplisit dalam seluruh kitab ini. Lalu dalam pasal 1:16 dikatakan bahwa ada orang-orang yang memerintah Yerusalem sebelum Kohelet, padahal hanya ada satu orang yang pernah memerintah Yerusalem sebelum Salomo, yaitu Daud.<ref name="Singgih"></ref> Kemudian kesan bahwa ada raja atau tokoh kerajaan yang berbicara hanya ada pada pasal 1-2, sedangkan sisanya kesan yang muncul adalah seorang tua yang merenung dan memberi nasihat.<ref name="Singgih"></ref> Ditambah lagi pada pasal 8:2-8 disinggung mengenai perilaku seorang abdi di depan raja, sehingga bagian itu tentulah pemikiran seorang abdi, bukan raja.<ref name="Singgih"></ref>
 
=== Alasan Bahasa ===
Bahasa senantiasa mengalami perkembangan. Di dalam kitab ini banyak ungkapan yang dipengaruhi oleh bahasa Aram, misalnya sye dari asyer dan illu dari im lo.<ref name="Singgih"></ref> Padahal pengaruh bahasa Aram terhadap bahasa Ibrani baru dimulai menjelang pembuangan (587/6 sM.) hingga menjadi dominan pada masa sesudah pembuangan (538 sM.), dan akhirnya dipakai bersama bahasa Ibrani sebagai bahasa pergaulan untuk penduduk Palestina pada zaman Yesus.<ref name="Singgih"></ref> Selain itu, ungkapan-ungkapan kitab ini juga memiliki banyak kemiripan dengan ungkapan dalam Mishna, yaitu kumpulan hukum lisan Yahudi, dan penulisan Mishna tidak mungkin berdekatan dengan masa Salomo.<ref name="Singgih"></ref>
 
=== Alasan Pemikiran ===
Dalam kitab ini terdapat pengaruh pemikiran Yunani, meskipun tidak perlu menganggap bahwa pengarangnya menganut sebuah pemikiran filsafat Yunani tertentu. Pengaruh pemikiran Yunani mulai tersebar di daerah sekitar Laut Tengah pada zaman Alexander Agung dan sesudahnya.<ref name="Singgih"></ref>
 
=== Alasan Gaya Bahasa ===
Secara kritis-literer, dapat diketahui bahwa ada perubahan narator dalam kitab ini, yaitu pada pasal 1-2 narator seolah mengidentikkan diri dengan Salomo, namun setelah itu narator seolah menjadi tokoh tua yang dikatakan sebelumnya.<ref name="Singgih"></ref> Kemudian secara kritis-historis juga dapat ditemukan bahwa gaya menokohkan tokoh kerajaan yang terkenal, merupakan peniruan terhadap seni sastra Mesir kuno yang selalu merujuk kata-kata bijaksana ke seorang raja termashyur di masa lalu.<ref name="Singgih"></ref>
 
== Waktu Penulisan ==
Mengenai waktu penulisan, ada berbagai pendapat yang berbeda. Akan tetapi secara umum ada konsensus antara para ahli bahwa waktu penulisan Kitab Pengkhotbah adalah di antara tahun 400-200 sM. Alasannya, kitab ini ditulis setelah pembuangan dan juga setelah mendapat pengaruh filsafat Yunani sehingga diperkirakan ditulis setelah tahun 400 sM. Sedangkan alasan mengapa tidak mungkin melewati tahun 200 adalah adanya acuan terhadap kitab ini dari [[Kitab Sirakh]] (ditulis kira-kira 180 sM.)<ref name="Lasor"></ref>, serta ditemukannya bagian dari kitab ini di antara [[naskah-naskah Laut Mati]] yang umurnya diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-2 sM.<ref name="Fohrer"></ref>
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
<!--The [[English language|English]] title of the book, ''Ecclesiastes,'' comes from the [[Septuagint]] translation of ''Qoheleth,'' Εκκλησιαστής. It has its origins in the [[Greek language|Greek]] word Εκκλησία (originally a secular gathering, although later used primarily of religious gatherings, hence its New Testament translation as ''church'').