Ketuanan Melayu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 106:
Pada akhirnya, Tunku Abdul Rahman, merasa muak dengan semua permainan politik dan diyakinkan bahwa percekcokan retorika lebih jauh lagi akan berakhir pada kekerasan, meminta Singapura untuk memisahkan diri dari Malaysia. Singapura menjadi negara merdeka pada tahun 1965 dengan Lee Kuan Yew sebagai [[Perdana Menteri]] pertamanya.<ref>Ooi, Jeff (2005). [http://www.jeffooi.com/archives/2005/11/i_went_into_act.php "Perils of the sitting duck"]{{Dead link|url=http://www.jeffooi.com/archives/2005/11/i_went_into_act.php|date=October 2008}}. Retrieved 11 November 2005.</ref>
==Insiden 13 Mei dan Kebijakan Ekonomi Baru==
===Permasalahan bahasa===
Konstitusi secara spesifik menentukan bahwa penggantian bahasa nasional dari bahasa Inggris menjadi bahasa Melayu ditunda selama 10 tahun. Seiring dengan semakin dekatnya tenggat waktu 10 tahun itu pada tahun 1967, beberapa kaum Cina mulai gelisah dan menuntut kebijakan bahasa yang lebih liberal dan mengijinkan penggunaan [[bahasa Mandarin]] dalam acara-acara publik tertentu. Ekstrimis dari UMNO dan PAS bereaksi keras atas tuntutan itu, namun Perikatan memberikan kompromi dalam Undang-Undang Bahasa Nasional yang mengukuhkan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional, namun mengijinkan penggunaan Bahasa Inggris dalam kondisi tertentu dan penggunaan bahasa non-Melayu dalam kegiatan tak resmi. Tunku Abdul Rahman menyebutnya sebagai "arah yang menjamin kedamaian",<ref>Hwang, pp. 66–67.</ref> namun undang-undang tersebut dicemooh oleh banyak orang Melayu, yang membentuk Front Aksi Bahasa Nasional dengan harapan membalikkan ataupun mengamandemen undang-undang tersebut. Kepemimpinan Tunku juga secara terbuka dipertanyakan.<ref>Hwang, p. 71.</ref>
== Sumber ==
|