Wikipedia:Bak pasir: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
<center>
;
KETAATAN
Bijak dan kerja keras adalah sifat unta
Sabar dan tegar itu jalan hidup unta
Langkah lembut menapak di padang pasir
Dialah kapal bagi para pengarung samudera pasir
Semak belukar mengenal jejak langkahnya
Dialah makhluk yang jarang makan, tidurnya sedikit
Dan biasanya bekerja keras
Dibawanya beban di punggung
Berlari dan berlari hingga sampai ke tujuan
Langkahnya selalu gembira ria
Unta hewan yang sabar, lebih sabar dari si penunggangnya
Engkau juga kawan, jangan kau tolak tugas kewajiban
Agar dapat kau hidup di sisi Tuhan
Hai, orang ceroboh, taat dan patuhlah
Kemerdekaan adalah hasil dari paksaan
Karena ketaatan membuat orang rendah menjadi terhormat
Oleh karena keras kepala apinya jadi abu lagi
Siapa yang hendak menguasai matahari dan bintang
Jadikan dia tawanan hukum
Angin terpesona oleh wangi bunga
Wewangian sempurna di antara muskus
Bintang melesat ke tujuannya
Dengan kepala tertunduk kepada hukum
Rumput tumbuh karena taat pada hukum tetumbuhan
Jika tak dipedulikan hukum itu, maka rumput pun mati terinjak
Selalu terbakar adalah hukum bunga tulip
Dan darah semburat dari batangnya
Karena hukum kesatuan setitik air jadi laut
Dan segenggam pasir menjelma gurun sahara
Karena hukum segalanya jadi kuat
Tapi mengapa kau abaikan kekuatan itu?
Wahai kau yang lepas dari hukuman Islam
Hias kakimu dengan langkah agama
PENGUASAAN DIRI
Ruhmu semata membutuhkan dirimu sendiri bagai unta
Sebab unta yakin pada dirinya sendiri, mengatur dirinya
Dan kuat kehendaknya
Jadilah jantan, pegang talinya dalam tanganmu
Agar kau jadi mutiara meskipun kau tempayan
Bagi dia yang tak sanggup mengatur dirinya sendiri
Maka dia hanya jadi budak orang lain
Jika mereka bentuk dirimu dari lempung
Maka cinta dan ketakutan campur aduk dalam kejadianmu
Engkau akan jadi takut kepada dunia ini
Takut pada masa depan
Takut pada mati
Takut dan nestapa terhadap derita di bumi dan langit;
Cinta harta dan kekuasaan, cinta tanah air
Cinta pada diri serta sanak keluarga
Itulah campuran sempurna lempung dan air
Tapi bagi dia yang berlumur dosa matinya celaka
Peganglah selalu kalimat “Tiada Tuhan Selain Allah”
Maka akan kau pecah setiap lembah ketakutan
Pada sesiapa tuhan bagai jiwa bagi raganya
Kepalanya tak tunduk pada segala kesombongan
Tak ada takut dan cemas dalam dadanya
Hatinya tak pernah gentar selain kepada Allah semata
Siapa saja yang bersemayam dalam iman muslim
Bebas dari ikatan istri dan anak
Tiada yang lebih ditakjubkannya selain Allah
Dan Ibrahim pun melekatkan belati ke leher Ismail putranya
Sendiri, tapi dia bagai prajurit di medan laga
Di matanya kehidupan ini lebih murah dari sehelai baju
Iman adalah kepahnya, sembahyang itu mutiaranya
Hati muslim menganggap setiap shalat adalah umroh
Di tangan muslim shalat seumpama pisau tajam
Untuk membunuh dosa, kebekuan hati serta segala noda
Sedang puasa untuk menyerang lapar dan dahaga
Dan menghancurkan benteng nafsu angkara
Pergi haji memberi cahaya bagi pikiran beriman
Diajarkan kita meninggalkan rumah
Melupakan sebentar tanah air sendiri
Itulah namanya amal kebaktian
Di mana semua bangsa bersatu padu
Diikat lembar kitab agama
Zakat mengajar yang kaya jadi dermawan
Melunaskan rasa kebersamaan
Dikuatkannya hati pada laku kebajikan
Dilipatgandakan kekayaan
Mengurangi sikap cinta harta benda
Semua ini adalah jalan memperkuat dirimu
Kau jadi kokoh
Andai Islammu kuat
Capailah sifat qawi-Nya
Agar dapat kau tunggang unta jisinmu sendiri!
PERWAKILAN PRIBADI
Jika engkau dapat kuasai untamu, niscaya dunia kau kuasai
Dikepalamu akan berkilau singgasana Sulaiman
Dirimu akan jadi cemerlang dunia, selama dunia ini masih berkembang
Alangkah nikmatnya jadi kalifah Ilahi di bumi ini
Segala unsur tunduk tekun padamu!
Niyabat-i-Ilahi adalah bagai jiwa alam semesta
Ujudnya jadi bayangan Nama Yang Terluhur
Diketahuinya segala rahasia hingga yang sekecil-kecilnya
Dikerjakannya perintah Tuhannya
Jika didirikannya kemah di alam luas ini
Maka di gulungnya permadani zaman yang lama
Kecakapannya penuh sinar kehidupan
Dan ingin mewujudkan dirinya
Dia akan menciptakan dunia lain yang baru
Dunia-dunia kecil dengan kelengkapannya di atas bumi ini
Bermekaran bagai mawar dari benih khayalnya
Dijadikannya setiap alam yang kasar berubah kemurnian
Dipindahkannya patung-patung dari rumah suci
Sentuhannya menggetarkan dawai kalbu jadi musik merdu
Bangun dan tidurnya demi Allah semata
Diajarkannya kepada yang dewasa lagu muda belia
Dan ditaburkannya cahaya bahagia
Kepada umat manusia
Serta digemakannya amanat gembira dan peringatan
Dia datang seperti seorang prajurit
Seperti seorang jenderal ataupun pangeran gagah perkasa
Dialah sebab terakhir dari Allah
Yang mengajarkannya tiap nama benda
Dialah tabir rahasia dari Maha Besar Tuhan
Musa yang diperkukuh dengan tongkatnya
Ilmunya berpasangan dengan kodrat manusia unggul
Langkahnya gagah perkasa mengeringkan Laut Merah
Dipimpinnya Bani Israil dari Mesir kuno
“Bangkitlah!” pekiknya
Lalu mereka yang mati rohani bangkit bagai pohon tusam
Kepribadiannya jadi pembebasan dunia
Karena sifat luhurnya dunia pun terhindar dari bencana
Bayangannya jadi payung dari terik matahari
Ujudnya yang padu memberi nilai bagi segala yang ada
Jejak langkahnya jadi pandangan yang luas
Betapa Musa terpesona oleh gunung Sinainya
Diberinya tafsir baru bagi kehidupan tentang mimpi itu
Ujudnya terpendam seperti musik yang tak terdengar
Dari dawai kecapi hidup ini adalah rahasia kehidupan
Alam bekerja keras dalam darah generasi
Yang menciptakan kepatuhan indah pribadinya
Apabila setumpuk abu kita mencapai puncak kejayaan
Maka Sang Unggul akan menjelma dari abu itu!
Baringlah kau di atas debu kekinian
Nyala api yang menerangi masa depan
Putik kita akan menumbuhkan tamansari bunga mawar
Mata terang berkilau oleh fajar esok
Datang engkau, wahai penunggang kuda takdir!
Datang kau, wajah cahaya dalam gelap gulita perubahan!
Terangi kegembiraan penciptaan
Menyalalah dalam kegelapan mata kami!
Redam hiruk pikuk bangsa-bangsa
Penuhi telinga kami dengan nyanyianmu
Bangkitlah dan kumandangkan kecapi persaudaraan dunia
Serahkan kembali piala anggur cinta
Gambar lagi zaman perdamaian bagi mereka yang gemar berjuang
Umat manusia adalah ladang dan kaulah pemanennya
Kaulah arah tuju kafilah kehidupan
Daun-daunnya berterbangan diamuk musim gugur
Ah, lintasi taman kami bagai musim semi
Terimalah alis mata kami yang menunduk ini
Jika engkau hadir kami kembali mengangkat kepala
Suka citalah menggeluti nyala yang membakar dunia ini.
-8.697611 116.102069
Tinggalkan sebuah Komentar
Ditulis dalam Uncategorized
Oleh: Indra Al-Sasak | April 7, 2010 (edit)
Munajat Kerinduan Ketika Ziarah Di Pintu Masuk Tanah Suci: Syair Inspirasi Dari Qasida Pertama Al Hallaj
Ini aku datang, duhai Rahasiaku, Curahan
Hatiku!
Ini aku datang, duhai Tujuan dan Arah Hidupku!
Aku memanggilMu….., ah tidak! tapi Engkau
memanggil para diriMu sendiri!
Lalu bagaimana aku akan berseru, “Hanya Engkaulah!”
sedang Engkau berbisik padaku, “Inilah Aku”
Duhai Engkau, inti dari keberadaanku,
duhai Engkau, serpihan-serpihan hasratku,
Duhai Engkau, sumber kekuatanku,
Engkaulah keutamaanku,
yang senantiasa trsembunyi dalam gumamanku!
Duhai totalitas dari seluruh totalitasku,
Engkaulah pendengaran dan penglihatanku,
Duhai totalitasku, persatuan dan serpihanku,
Duhai totalitas, dari seluruh totalitasku,
tapi totalitas dari totalitas, adalah sebuah misteri,
Dan inilah totalitas dari totalitasMu, aku kabur
dengan apa yang hendak kuungkapkan!
Duhai Engkau, tempatku bergantung,
diriku tenggelam dalam ekstase,
Dan Engkau datang menjadi penebus
atas duka nestapaku!
Aku menangisi hukumanku yang tidak ditampung oleh tanah kelahiranku
melalui kepatuhan,
Dan musuh-musuhku mengantarkan rintihanku,
Duahi kekasih, mendekatlah padaku,
menepis kekhawatiranku, yang menggigil dalam hasrat
yang menghunjam di lubuk hati,
Duhai kekasih, apa yang harus kulakukan,
saat penyakitku menjemukan dokter-dokterku,
Mengajak mereka berkata, “sembuhkanlah dirimu melalui Dia”
Tapi aku berkata, bagaimana menyembuhkan
penyakit dengan penyakit?
Karena cintaku padaMu tlah mengikis dan membakar,
Bagaimana aku ‘kan mengadu pada Raja Dirajaku?
Sepintas aku merasakannya,
dan jiwaku mengenalnya,
Tapi tak satupun yang mampu
mengungkapkannya hanya dalam sekejapan mata,
Ah, kemalangan jiwaku karena diriku sendiri….!
Sayang ! akulah justru yang menjadi penyebab kemalanganku!
Layaknya tubuh yang tenggelam,
dan hanya jari-jarinya yang terapung, meminta pertolongan di tengah samudera lepas,
Tak seorang pun tahu apa yang menimpaku,
kecuali Dia yang melebur dalam jiwaku,
Dia yang berkata, betapa malang nasib yang
menimpaku, dan atas kehendakNya aku mati atau hidup kembali!
Duhai Engkau muara doa dan harapanku,
duhai Tuan Rumahku,
Duhai Engkau semangat hidupku, duhai rahasia
keyakinanku, dan aku menjadi bagian di dalamnya,
Katakan padaku, “Aku telah menebusMu,” duhai pendengaranku!
Duahi Engkau penglihatanku!
sampai habis masa pengasinganku….,o, betapa lama!
Meskipun Kau bersembunyi dari dua mataku,
jiwaku terjaga dalam nafasMu dari kejauhan.
: Contoh item 1
: Contoh item 2</center>
|