Masjid Kiai Gede: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Masjid Kiai Gede''' adalah sebuah masjid yang terletak di kecamatan [[Kotawaringin Lama, Kotawaringin Barat|Kotawaringin Lama]], [[Kabupaten Kotawaringin Barat]], provinsi [[Kalimantan Tengah]]. Masjid ini menjadi saksi sejarah perkembangan [[Islam]] di [[Kotawaringin]].
 
== Sejarah ==
 
[[Masjid]] ini dibangun pada tahun 1632 Miladiyah atau tahun 1052 Hijriyah, tepatnya pada masa pemerintahan [[Mustain Billah dari Banjar|Sultan Mustain Billah]] ([[1650]]-[[1678]] M), raja keempat dari [[Kesultanan Banjarmasin]]. Nama '''Kiai Gede''' untuk masjid ini diambil dari nama seorang ulama yang telah berjasa besar dalam menyebarkan ajaran Islam di Pulau Kalimantan, khususnya di wilayah Kotawaringin. Ulama tersebut adalah Kiai Gede, seorang ulama asal Jawa yang diutus oleh [[Kesultanan Demak]] untuk menyebarkan ajaran Islam di [[Pulau Kalimantan]]. Kedatangan Kiai Gede tersebut ternyata disambut baik oleh Sultan Mustainubillah. Oleh sang Sultan, Kiai Gede kemudian ditugaskan menyebarkan Islam di wilayah Kotawaringin, sekaligus membawa misi untuk merintis kesultanan baru di wilayah ini. Berkat jasa-jasanya yang besar dalam menyebarkan Islam dan membangun wilayah Kotawaringin, Sultan Mustainubillah kemudian menganugerahi jabatan kepada Kiai Gede sebagai Adipati di Kotawaringin dengan pangkat ''Patih Hamengkubumi'' dan bergelar ''Adipati Gede Ing Kotawaringin''. Namun, hadiah yang paling berharga dari sang Sultan bagi Kiai Gede adalah dibangunnya sebuah masjid yang kelak bukan sekedar sebagai tempat beribadah, melainkan juga sebagai pusat kegiatan-kegiatan kemasyarakatan bagi Kiai Gede dan para pengikutnya. Bersama para pengikutnya, yang waktu itu hanya berjumlah 40 orang, Kiai Gede kemudian membangun Kotawaringin dari hutan belantara menjadi sebuah kawasan permukiman yang cukup maju. Kalaupun wilayah Kotawaringin sekarang ini menjadi salah satu kota yang terbilang maju di [[Kalimantan]], hal itu tidak dapat dipisahkan dari jasa besar Kiai Gede dan para pengikutnya.
Baris 6 ⟶ 8:
 
== Keistimewaan ==
 
Keistimewaan Masjid Kiai Gede dapat dilihat dari bahan baku bangunannya yang semuanya terbuat dari kayu pilihan, yaitu kayu ulin yang terkenal dapat bertahan dalam jangka waktu lama. Masjid ini berukuran 16 x 16 meter atau 256 m². Selain itu, keistimewaan lainnya juga dapat dilihat dari gaya arsitekturnya yang unik, yaitu tidak seperti arsitektur masjid-masjid di Kalimantan pada umumnya, tetapi lebih menyerupai gaya arsitektur masjid-masjid di [[Jawa]], khususnya [[Masjid Agung Demak]]. Kemiripan dengan Masjid Agung Demak dapat dilihat dari bentuk atapnya yang bersusun menyerupai pura, juga tiang-tiangnya yang tidak ditanam, melainkan hanya diletakkan di atas tumpuan menyerupai mangkuk yang terbuat dari kayu ulin. Konon, Kiai Gede sendiri yang mengusulkan agar tiang masjid dibangun seperti itu. Maksudnya jelas, agar masyarakat Islam di periode selanjutnya tidak kesulitan untuk mengganti tiang-tiang tersebut jika suatu saat terjadi kerusakan.<ref>[http://wisatamelayu.com/id/object/577/masjid-kiai-gede-di-kotawaringin-barat/?nav=cat Profil Masjid Kiai Gede Kotawaringin Lama]</ref>
 
== Referensi ==
{{reflist}}
{{DEFAULTSORT:Kiai Gede}}
 
{{Masjid di Indonesia}}