Ilmu kesejahteraan sosial: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
87afra (bicara | kontrib)
k ubah
87afra (bicara | kontrib)
tambah
Baris 1:
{{gabungkepada|Kesejahteraan sosial}}
 
'''Ilmu kesejahteraan sosial''' merupakan pengetahuan sistematis yang membahas mengenai isu kesejahteraan dan upaya-upaya mencapai kesejahteraan. Ilmu kesejahteraan sosial mulai dikembangkan sejak pekerjaan sosial berkembang menjadi suatu disiplin melalui berdirinya Sekolah Pelatihan Filantropi Terapan di New York pada tahun 1898. Walau berkembang dari perluasan pembahasan pekerjaan sosial, ilmu kesejahteraan sosial tetap memiliki kekhasan yang membuatnya berbeda dari disiplin lain. Sebagai suatu disiplin, ilmu kesejahteraan sosial mencakup fokus, ruang lingkup, dan pendekatan.
Baris 17 ⟶ 15:
 
==Pendekatan ==
Dalam mengupayakan kesejahteraan sosial, dikenal tiga pendekatan yaitu:
===[[Filantropi sosial]]===
[[Filantropi]] sendiri berasal dari bahasa Yunani: philein, "cinta" dan anthropos, "manusia", adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama (manusia) sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Pelaku dari filantropi disebut sebagai filantropis. Pendekatan filantropi terkait erat dengan upaya-upaya kesejahteraan sosial yang dilakukan para agamawan dan relawan, yakni upaya yang bersifat amal (''charity''). Filantropi sosial bertujuan mempromosikan kesejahteraan sosial dengan mendorong penyediaan barang pribadi dan pelayanan kepada orang yang membutuhkan (Midgley, 1995:16). Ada beberapa karakteristik pendekatan filantropi sosial, di antaranya:
''Pertama'', karena bersifat amal, pendekatan ini tidak memiliki kesinambungan. Artinya, tidak ada lagi interaksi dengan penerima bantuan ketika bantuan selesai diberikan.
''Kedua'', upaya filantropi dilakukan karena adanya pandangan bahwa masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka. Dengan kata lain, filantropis menempatkan penerima bantuan sebagai pihak yang pasif sehingga dalam penyelenggaraannya tidak melibatkan partisipasi penerima.
''Ketiga'', pendekatan filantropi sosial tidak memiliki metode atau tahapan khusus dalam pelaksanaannya.
''keempat'', filantropi pada umumnya tergantung pada kemauan baik dari para donor dan kemauan pemerintah untuk menggunakan uang pembayar pajak untuk mendukung kegiatan-kegiatan amal.
 
Seiring dengan perkembangan filantropi, filantropi tidak lagi hanya berkaitan dengan penyediaan bantuan kepada yang membutuhkan. Selama abad ke-19, ketika kegiatan amal berkembang dengan cepat di Eropa dan Amerika utara, beberapa pemimpin filantropis berusaha membawa isu reformasi sosial dan peningkatan kondisi sosial. Para pemimpin, yang sering berhubungan baik dengan anggota kelas menengah atas, berusaha untuk menggunakan pengaruh mereka untuk menjaring dukungan dari para pemimpin politik dan bisnis. Mereka menggunakan koneksi yang mereka miliki untuk membujuk pemerintah agar memperkenalkan layanan sosial yang baru, membuat undang-undang yang mencegah eksploitasi dan diskriminasi, atau untuk tindakan perlindungan terhadap kelompok rentan (Midgley, 1995:18).
===[[Pekerja sosial]]===
===[[Administrasi sosial]]===