Keramik Hijau Goryeo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
+1cite |
||
Baris 30:
Teknik membuat keramik hijau ([[Hanzi]]:青瓷, ''qīngcí'', [[Bahasa Korea]]:청자, ''Cheongja'') diperkenalkan dari [[Dinasti Song]] di masa pemerintahan [[Dinasti Goryeo]] (918-1392). Seniman Goryeo menciptakan ''Teknik Sanggam'' untuk menghasilkan kreasi keramik yang baru dan berbeda daripada keramik hijau Cina. Pada masa Dinasti Goryeo, kepopuleran keramik hijau mencapai Cina dan banyak bangsa lain yang mengagumi keindahannya. Para seniman asal Cina bahkan menjulukinya sebagai salah satu dari "sepuluh harta karun di bawah langit". Keramik hijau pada saat itu menjadi komoditas [[perdagangan]] antara Goryeo dengan bangsa-bangsa lain.<ref name="Panorama"/> Di Goryeo sendiri keramik hijau dinikmati kalangan bangsawan dan menjadi dekorasi karya seni yang menghiasi [[istana]] kerajaan dan [[kuil Buddha|kuil-kuil Buddha]].
Kualitas dan produksi keramik hijau menurun semenjak [[bangsa Mongol]] menginvasi Goryeo pada tahun 1231. <ref name="daegu">{{en}}[http://daegu.museum.go.kr/english/body_02/body02_2_05.htm Goryeo Celadon], ''daegu''. Diakses pada 19 April 2010.</ref> Periode Dinasti Goryeo berakhir pada tahun 1392 dan [[Dinasti Joseon]] mengganti ideologi negara berdasarkan [[Konfusianisme]] yang diikuti dengan memudarnya minat akan keramik hijau yang bernafaskan [[Buddhisme]].
Pada tahun 1910, ketika Jepang mulai menjajah Korea, kesenian membuat keramik hijau serta berbagai jenis keramik lain tidak bisa bertahan. Barulah pada tahun 1950-an teknik membuat keramik hijau yang hampir punah kembali dihidupkan oleh seniman-seniman yang masih bertahan seperti [[Ko-Chung]] (''Ji Jae-Seob'') dan [[Chon-Jin]]. Ji Jae-seob saat ini adalah salah seorang pengrajin yang dianugerahi sebagai aset nasional hidup oleh pemerintah [[Korea Selatan]].
|