Ikan nila: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
34Ricky (bicara | kontrib)
Ikan Nila
34Ricky (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 18:
}}
 
'''Ikan Nila''' adalah sejenis [[ikan]] konsumsi [[ikan air tawar|air tawar]]. Ikan ini di[[introduksi]] dari [[Afrika]] tepatnya Afrika bagian timur yaitu di [[sungai Nil]] ([[mesir]]), danau [[Tangayika]], [[Chad]], [[Nigeria]], dan [[Kenya]] pada tahun 1969, dan kini menjadi [[ikan]] peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar dan di beberapa [[waduk]] di [[Indonesia]].
Nama ilmiahnya adalah '''''Oreochromis niloticus''''', dan dalam [[bahasa Inggris]] dikenal sebagai ''Nile Tilapia''.[[Genus]] '''''Oreochromis''''' merupakan [[genus]] [[ikan]] yang beradaptasi tinggi dan mempunyai toleransi terhadap kualitas [[air]] dengan kisaran yang lebar. [[Genus]] ini dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrim sekalipun karena sering kali ditemukan hidup normal pada [[habitat]]-[[habitat]] yang [[ikan]] [[air]] [[tawar]] dari jenis lain tidak dapat hidup.
 
Ciri [[ikan]] [[nila]] ('''''Oreochromis niloticus''''') adalah [[garis]] [[vertikal]] yang berwarna gelap di [[sirip]] [[ekor]] sebanyak enam buah, di [[sirip]] [[punggung]] ([[dorsal]]), [[sirip]] [[dubur]] ([[anal]]), berpunggung tinggi dan rendah.
Nama ilmiahnya adalah '''''Oreochromis niloticus''''', dan dalam [[bahasa Inggris]] dikenal sebagai ''Nile Tilapia''.
[[Ikan]] [[nila]] yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah berat badannya mencapai 50 [[gram]], dapat diketahui perbedaaan antara [[jantan]] dan [[betina]]. Untuk membedakan antara [[ikan]] [[jantan]] dan [[betina]] dapat dilakukan dengan mengamati seksama [[lubang]] [[genital]]nya ([[kelamin]] [[sekunder]]). Pada [[ikan]] [[jantan]], [[warna]] tubuhnya lebih gelap, [[tulang]] [[rahang]] melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh, terdapat [[lubang]] [[anus]] dan satu [[lubang]] [[genital]] yang berupa tonjolan agak kecil meruncing sebagai [[saluran]] pengeluaran [[air]] [[kencing]] dan [[sperma]].
Rasio jumlah [[ikan]] [[jantan]] dan [[betina]] ideal adalah 3:1, yaitu jumlah [[ikan]] [[betina]]] lebih banyak daripada [[ikan jantan]. Padat penebaran disesuaikan dengan wadah atau [[kolam]] [[budidaya]]nya. Bila [[ikan]] [[nila]] dipelihara dalam kepadatan populasi yang tinggi, pertumbuhannya kurang pesat.
Kualitas [[air]] yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan [[ikan]] menjadi lambat. Berikut [[parameter]] yang menentukan [[kualitas]] [[air]] :
* '' Suhu
[[Suhu]] [[air]] sangat berpengaruh terhadap [[metabolisme]] dan [[pertumbuhan]] [[organisme]] serta mempengaruhi jumlah [[pakan]] yang dikonsumsi [[organisme]] perairan. [[Suhu]] juga mempengaruhi [[oksigen]] terlarut dalam perairan. [[Suhu]] optimal untuk [[hidup]] [[ikan]] [[nila]] pada kisaran 14-38 °C, secara [[alami]] [[ikan]] ini dapat memijah pada suhu 22-37 °C namun [[suhu]] yang baik untuk perkembanganbiakannya berkisar 25-30 °C.
* '' pH
Nilai [[pH]] merupakan [[logaritma]] negatif dari [[aktivitas]] [[ion]] [[hydrogen]]. Beberapa faktor yang mempengaruhi [[pH]] perairan yaitu [[aktivitas]] [[fotosintesis]], [[suhu]], dan terdapatnya [[anion]] dan [[kation]]. [[pH]] yang ditoleransi [[ikan]] [[nila]] antara 5-11, tetapi [[pertumbuhan]] dan perkembangan yang [[optimal adalah pada kisaran pH 7-8.
* '' Amonia
[[Amonia]] merupakan bentuk utama [[ekskresi]] [[nitrogen]] dari [[organisme]] [[akuatik]]. Sumber utama [[ammonia]] ([[NH3]]) adalah bahan [[organik]] dalam bentuk sisa [[pakan]], kotoran [[ikan]] maupun dalam bentuk [[plankton]] dari bahan [[organik]] ter[[suspensi]]. Pembusukan bahan [[organik]] terutama yang banyak mengandung [[protein]] menghasilkan [[ammonium]] ([[NH4+]]) dan [[NH3]]. Bila proses lanjut dari [[pembusukan]] ([[nitrifikasi]]) tidak berjalan lancar maka akan terjadi penumpukan [[NH3]] sampai pada [[konsentrasi]] yang membahayakan bagi [[ikan]].
* '' Oksigen Terlarut
[[Oksigen]] terlarut diperlukan untuk [[respirasi]], proses [[pembakaran]] [[makanan]], [[aktivitas]] be[[renang]], [[pertumbuhan]], [[reproduksi]] dan lain-lain. Sumber [[oksigen]] dapat berasal dari [[difusi]] [[oksigen]] yang terdapat di [[atmosfer]] sekitar 35% dan [[aktivitas]] [[fotosintesis]] oleh [[tumbuhan]] [[air]] dan [[fitoplankton]]. [[Kadar]] [[oksigen]] terlarut yang [[optimal]] bagi pertumbuhan [[ikan]] [[nila]] adalah lebih dari 5 mg/l.
Kekeruhan [[air]] yang disebabkan oleh [[pelumpuran]] (untuk kolam yang bagian dasarnya berlumpur) juga akan memperlambat pertumbuhan [[ikan]]. Lain halnya bila kekeruhan air yang disebabkan oleh adanya [[plankton]], [[air]] yang kaya [[plankton]] dapat berwarna [[hijau]] ke[[kuning]] dan [[hijau]] ke[[coklat]]an karena banyak mengandung [[diatom]]. [[Plankton]] ini baik untuk makanan [[ikan]] [[nila]]. Sedangkan [[plankton]] [[biru]] kurang baik. Tingkat kecerahan [[air]] karena [[plankton]] harus dikendalikan. Kadar [[garam]] [[air]] yang [[optimal]] untuk pemmbudidayaan [[ikan]] [[nila]] antara 0-35 C, oleh karena itu [[ikan]] [[nila]] cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 dpl).
[[Telur]] [[ikan]] [[nila]] berbentuk [[bulat]] berwarna ke[[kuning]]an dengan [[diameter]] sekitar 2,8 mm. Sekali memijah dapat mengeluarkan [[telur]] sebanyak 300-1.500 butir, tergantung ukuran [[induk]] [[betina]], sehingga [[larva]] yang dihasilkan pun kurang lebih sama dengan jumlah [[telur]]nya. [[Ikan]] [[nila]] merupakan [[ikan]] yang mempunyai sifat yang unik setelah memijah. [[Induk]] [[betina]] mengulum[[telur]]-[[telur]] yang telah dibuahi di dalam [[rongga]] [[mulut]]nya. Perilaku in disebut [[Mouth Breeder]] (pengeram [[telur]] dalam [[mulut]]).
 
== Pemerian ==
Baris 27 ⟶ 40:
Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 [[sentimeter|cm]]. Sirip punggung (''dorsal'') dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (''anal'') dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
 
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor ''bergaris-garis tegak'', 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak.Langkah Pertama dalam [[budidaya]] [[ikan nila]] ialah pemilihan induk [[ikan]] yang akan dibudidayakan. Pemilihan induk ini harus sesusai dan induk [[ikan]] tersebut siap memijah. Kemudian menentukan perbandingan rasio antara [[ikan]] jantan dan betina. Rasio idealnya adalah 1:3, yaitu [[ikan]] betina lebih banyak daripada [[ikan]] jantannya. Jumlah seluruh [[ikan]] yang dibudidayakan adalah 12 ekor, yaitu 3 ekor induk jantan dan 9 ekor induk betina.
Seleksi induk [[ikan]] nila dilakukan dengan melihat jenis kelamin [[ikan]] tersebut, yaitu bisa dilihat dari kelamin primer maupun sekuder. Untuk mengetahui kelamin primer dilakukan pembedahan, sedangkan untuk mengetahui kelamin sekunder dilihat dari lubang genitalnya.
 
 
== Pembenihan Ikan Nila==
Langkah Pertama dalam [[budidaya]] [[ikan]] [[nila]] ialah pemilihan [[induk]] [[ikan]] yang akan di[[budidaya]]kan. Pemilihan [[induk]] ini harus sesusai dan [[induk]] [[ikan]] tersebut siap memijah. Kemudian menentukan perbandingan [[rasio]] antara [[ikan]] [[jantan]] dan [[betina]]. [[Rasio]] idealnya adalah 1:3, yaitu [[ikan]] [[betina]] lebih banyak daripada [[ikan]] [[jantan]]nya. Jumlah seluruh [[ikan]] yang di[[budidaya]]kan adalah 12 ekor, yaitu 3 ekor [[induk]] [[jantan]] dan 9 ekor [[induk]] [[betina]].
Seleksi induk ikan nila dilakukan dengan melihat jenis kelamin ikan tersebut, yaitu bisa dilihat dari kelamin primer maupun sekuder. Untuk mengetahui kelamin primer dilakukan pembedahan, sedangkan untuk mengetahui kelamin sekunder dilihat dari lubang genitalnya.
 
== Kebiasaan dan penyebaran ==
Baris 65 ⟶ 84:
* Bardach, J.E.; J.H. Ryther & W.O. McLarney. 1972. ''Aquaculture. the Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organisms''. John Wiley & Sons.
* Kottelat, M.; A.J. Whitten; S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993. ''Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi''. Periplus, Jakarta.
* Boyd. C.E. 1982. ''Water quality Management For Pond Fish Culture''. Amsterdam, Netherland : Scientific Pulishing Company.
* Watanabe, T.1998. ''Nutrition and Mariculture. JICA Textbook. The General Aquaculture Course''. Departement of Aquatic Bioscience. Tokyo Universityof Fisheries. Tokyo
* Nagl, S.; H. Tichy; W.E. Mayer; I.E. Samonte; B.J. McAndrew & J. Klein. 2001. Classification and Phylogenetic Relationships of African Tilapiine Fishes Inferred from Mitochondrial DNA Sequences. ''Molecular Phylogenetics and Evolution'' '''20'''(3): 361–374.
</small>