Hamengkubuwana VI: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: perubahan kosmetika
Baris 1:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de Sultan van Djogjakarta Hamengkoe Boewono VI (1855-1877) TMnr 60009394.jpg|thumb|right|225px|Sri Sultan Hamengkubuwana VI.]]
 
'''Sri Sultan Hamengkubuwana VI''' ([[Bahasa Jawa]]: '''Sri Sultan Hamengkubuwono VI''', lahir: [[1821]] – wafat: [[20 Juli]] [[1877]]) adalah sultan ke-enam [[Kesultanan Yogyakarta]] yang memerintah pada tahun [[1855]] – [[1877]]. Dia menggantikan kakaknya, [[Hamengkubuwana V]] yang meninggal di tengah ketidakstabilan politik dalam tubuh Keraton Yogyakarta.
 
== Riwayat Pemerintahan ==
Baris 8:
Hamengkubuwana VI naik takhta menggantikan kakaknya, yaitu [[Hamengkubuwana V]] pada tahun [[1855]], setelah Hamengkubuwana V meninggal secara misterius. Pada masa pemerintahannya terjadi [[gempa bumi]] yang besar yang meruntuhkan sebagian besar [[Keraton Yogyakarta]], [[Taman Sari]], [[Tugu Golong Gilig]], [[Masjid Gede]] (masjid keraton), [[Loji Kecil]] (sekarang [[Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta]]) serta beberapa bangunan lainnya di Kesultanan Yogyakarta.
 
Pada masa [[Hamengkubuwana V]], Raden Mas Ariojoyo adalah seorang penentang keras kebijakan politik [[perang pasif]] kakaknya yang menjalankan hubungan dekat dengan pemerintahan [[Hindia-Belanda]] yang ada di bawah [[Kerajaan Belanda]]. Namun setelah kakaknya meninggal dan dia dinobatkan menjadi Hamengkubuwana VI, semasa pemerintahannya dia justru melanjutkan kebijakan dari kakaknya yang sebelumnya dia tentang keras.
 
Semasa pemerintahan Hamengkubuwana VI kemudian mulai timbul pemberontakan-pemberontakan yang tidak mengakui masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana VI, namun pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat diredam dan dibersihkan. Hal ini berkat kepemimpinan dan ketangguhan [[Danuredjo V]], patih Keraton Yogyakarta saat itu. Hubungan dengan berbagai kerajaan pun terjalin kuat pada masa pemerintahan HB VI, apalagi setelah dia menikah dengan putri [[Kesultanan Brunai]].
 
Walaupun sempat menimbulkan beberapa sengketa dengan kerajaan-kerajaan lain, tercatat bahwa Sultan HB VI dapat mengatasinya dengan arif bijaksana. Tapi lambat laun hubungan dengan pemerintahan Hindia-Belanda agak mulai menuai konflik tertama karena keraton Yogyakarta kala itu banyak menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang menjadi musuh pemerintah Hindia-Belanda dan Kerajaan Belanda.