Kalus: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 2:
[[Berkas:Callus1.jpg|thumb|350px|Kalus 2]]
'''Kalus''' adalah sekumpulan sel [[amorphous]] (tidak berbentuk atau belum terdiferensiasi) yang terbentuk dari sel-sel yang membelah terus menerus secara ''[[in vitro]]'' atau di dalam tabung. <ref name="Sudarmadji">Sudarmadji. 2003. ''Penggunaan Benzil Amino Purine pada Pertumbuhan Kalus Kapas Secara In Vitro''. Buletin Teknik Pertanian Vol. 8, N0. 1</ref> Kalus dapat diperoleh dari bagian tanaman seperti [[akar]], [[batang]] dan [[daun]]. <ref>Moega JP. 1991. ''Dasar-dasar Genetika Pemuliaan Tanaman''. Jakarta: Erlangga</ref> Secara [[histologi]], kalus berasal dari pembelahan berkali-kali sel-sel [[parenkim]] di sekitar berkas pengangkut dan beberapa elemen penyusun berkas pengangkut kecuali [[xilem]]. <ref>Trisnawati NN, Lawrie AC, Sumardi I. 1999. ''The developmental pattern of callus and somatic embryo from young leaf of garlic (Allium salivum L.)'' ''Biologi'' 2(7): 365-379 </ref> Dalam teknik [[kultur jaringan]] (''in vitro''), kalus dapat diinduksi dengan menambahkan [[zat pengatur tumbuh]] yang sesuai pada media [[kultur]], misalnya [[auksin]] dan [[sitokinin]] yang disesuaikan. <ref name="Sudarmadji"/> Jika konsentrasi auksin lebih besar daripada sitokinin maka kalus akan terbentuk, sedangkan jika konsentrasi sitokinin yang lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi auksin maka yang terbentuk bukanlah kalus, melainkan tunas. <ref>Gunawan LW. 1987. ''Teknik Kultur Jaringan''. Laboratorium Kultur Jaringan PAU Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Bogor.</ref> Selain zat pengatur tumbuh atau hormon pertumbuhan, penambahan [[vitamin]] dan [[protein]] juga diperlukan untuk pertumbuhan kalus. <ref>Rahardjo PC. 1989. ''Kultur Jaringan''. Jakarta: Penebar Swadaya</ref> Induksi kalus dalam teknik kultur jaringan tanaman diperlukan untuk memunculkan keragaman sel somatik di dalam kultur in vitro dan meregenerasikan sel tersebut menjadi embrio somatik. <ref>Aisyah SI, ''et al.''. 2007.
|