Bungkil inti sawit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
20Lukianto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
20Lukianto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
Meskipun BIS dapat digunakan sebagai pakan ternak, namun terdapat masalah lain yang ditemukan pada BIS yakni kualitas BIS bervariasi tergantung pada kandungan minyak BIS dan kontaminasi tempurung kelapa sawit, serta kandungan asam amino yang sangat tidak seimbang. Namun, yang menjadi masalah utama adalah nilai kecernaan BIS cukup rendah, baik kecernaan bahan kering maupun protein dan asam amino. Oleh karena itu, ketika menggunakan BIS dalam jumlah tinggi maka penyusunan pakan harus diatur sedemikian rupa sehingga berbasis nutrisi tercerna.<ref name=balitnak> [Balitnak] Balai Penelitian Ternak. 2008. Bungkil inti sawit potensial untuk pakan ternak [terhubung berkala]. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr301089 .pdf [31 Ags 2009].
</ref><ref name=trobos/>
 
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan upaya peningkatan kecernaan bungkil kelapa sawit dengan penambahan enzim (selulase, xylanase, amilase, protease, dan phytase) sehingga nutrisi dalam BIS dapat dimaksimalkan. Selain itu, dapat juga dilakukan fermentasi substrat padat menggunakan mikrob penghasil protease dan karbohidratase, seperti Rhizopus oligosporus, Aspergillus niger atau Eupenicilium javanicum. Kapang ini dapat menurunkan kadar serat kasar dan neutral detergent fiber.<ref name=balitnak/> Selain itu, pada fermentasi BIS dengan kapang, dihasilkan peningkatan kecernaan protein dan karbohidrat. Adapun pertumbuhan kapang dalam fermentasi ini dipengaruhi oleh kadar air, di mana kadar air optimum sekitar 40-60%. Dengan demikian, diharapkan bahan pakan yang dihasilkan dalam jumlah besar dan berkualitas .<ref> Amri M. 2007. Pengaruh bungkil inti sawit fermentasi dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio L.). J Ilmu Pertanian Ind 9(1):71-76.
</ref>
 
 
==Referensi==