Bioinsektisida: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
33Maulida (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
33Maulida (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{inuse|9 Mei}}
Penggunaan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penggunaan insektisida sintetik yang sering disebut pestisida nabati atau bioinsektisida (Kardinan 2002). Secara umum bioinsektisida adalah bahan-bahan alami yang bersifat racun serta dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, mempengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktifitas lainnya yang dapat mempengaruhi organisme pengganggu tanaman (Agrios 1998 dan Suryadi 2005). Tumbuhan yang dikenal terlebih dahulu berfungsi sebagai bioinsektisida dan telah diproduksi secara komersial diberbagai negara adalah Chrysanthemum cenerariaefolium (piretrin), Nicotiana tabacum (nikotin), dan Derris spp. (rotenon) (Prijono 1999). Penggunaan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penggunaan insektisida sintetik yang sering disebut pestisida nabati atau bioinsektisida (Kardinan 2002).
 
== Potensi Bioinsektisida dari Kulit Jeruk Manis ==
Bioinsektisida dapat dijadikan sebagai solusi pemecahan masalah penggunaan insektisida sintetik karena aplikasi bioinsektisida pada umumnya tidak menimbulkan residu sehingga aman bagi kesehatan manusia (Hamijaya 2005). Selain itu konsumen dalam negeri maupun luar negeri banyak yang mensyaratkan bahwa produk yang mereka beli harus bebas dari pengaruh insektisida sintetik. Peningkatan permintaan terhadap bahan organik ini tidak ditentukan oleh pendapatan konsumen melainkan kesadaran akan pentingnya komoditas organik (Barus dan Siregar 2005).
Tumbuhan menghasilkan senyawa primer dan sekunder melalui lima jalur biosintesis yaitu metabolisme gula, lintasan asetat malonat, lintasan asetat mevalonat, lintasan sikimat, dan metabolisme asam amino (Kaufman et al. 1998). Senyawa primer dan sekunder ini pada tumbuhan dalam bentuk yang berbeda-beda. Getah merupakan salah satu senyawa primer yang dihasilkan tumbuhan yang berupa suatu materi hasil fotosintesis dan keluar pada saat tanaman mengalami luka. Getah biasanya berupa cairan kental berwarna putih susu dan lengket dengan berat jenis 1,038 g/cm3, kadar air 82,02% dan kandungan aktivitas proteolitiknya 307,8 MCU (Sabari et al. 2001). Pada umumnya seluruh bagian tanaman mengandung getah, namun bagian tumbuhan yang paling banyak mengandung getah adalah pada bagian buahnya (Kalie 1996).
Penggunaan insektisida sintetik dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Hal ini dikarenakan residu insektisida sintetik masih menempel pada sayuran ketika dikonsumsi walaupun telah dilakukan pencucian. Dilaporkan beberapa jenis insektisida bahan aktifnya dapat tersimpan dalam air susu ibu (ASI) sehingga apabila terkonsumsi oleh balita dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi (Kamrin 1997).
== Dampak Penggunaan insektisida sintetik ==
Penggunaan insektisida sintetik dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Hal ini dikarenakan residu insektisida sintetik masih menempel pada sayuran ketika dikonsumsi walaupun telah dilakukan pencucian. Dilaporkan beberapa jenis insektisida bahan aktifnya dapat tersimpan dalam air susu ibu (ASI) sehingga apabila terkonsumsi oleh balita dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi (Kamrin 1997).
Selama ini pengembangan suatu teknologi pertanian berjalan hanya sebatas penelitian saja. Berbagai teknik pengendalian organisme pengganggu tanaman secara alami hanya ada dalam buku-buku dan jarang sekali diaplikasikan dimasyarakat. Hal ini dikarenakan pengembangan suatu teknologi hanya dilakukan oleh salah satu pihak saja sehingga tidak berjalan dengan semestinya. Dalam hal pemerintah belum optimal dalam mendukung kegiatan penelitian berbasis teknologi ramah lingkungan, perguruan tinggi mengalami kekurangan dana dalam melakukan penelitian dan pengembangan, dan masyarakat masih belum mau menerima teknologi baru walaupun ramah lingkungan karena kurangnya pengetahuan dan belum ada kebijakan yang mengatur tenatng masalah ini. Prinsip co-management merupakan suatu tindakan yang mempertemukan secara sinergis antara pengaturan yang bersifat “top down” yang berasal dari pemerintah dan “bottom-up” yang merupakan aspirasi masyarakat, dan perguruan tinggi sebagai lembaga penelitian dan pengembangan (Pomeroy 2004).
Pengembangan prinsip co-management telah dilakukan dalam mengatasi permasalahan sistem pengelolaan perikanan dan kelautan di Indonesia. Irliyandi (2006) melaporkan prinsip co-management baik digunakan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan sumber daya perikanan. Prinsip co-management memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah pemerintah menerima manfaat dari pengelolaan yang lebih tepat sasaran, perguruan tinggi atau lembaga penelitian terpacu untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan penemuan teknologi pertanian, dan masyarakat mendapat manfaat berupa peningkatan kesejahteraan hidup.