Bioinsektisida: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
33Maulida (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
33Maulida (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5:
Bioinsektisida dapat dijadikan sebagai solusi pemecahan masalah penggunaan insektisida sintetik karena aplikasi bioinsektisida pada umumnya tidak menimbulkan residu sehingga aman bagi kesehatan manusia <ref name="Teknologi ”Indiggenous” dalam mengendalikan hama padi di Kalimantan Selatan">Hamijaya MZ dan Asikin A. 2005. Teknologi ”Indiggenous” dalam mengendalikan hama padi di Kalimantan Selatan. Dalam Simposium Nasional, Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Era Otonomi dan Globalisasi. Bogor 22 November 2005.</ref>.
. Selain itu konsumen dalam negeri maupun luar negeri banyak yang mensyaratkan bahwa produk yang mereka beli harus bebas dari pengaruh insektisida sintetik. Peningkatan permintaan terhadap bahan organik ini tidak ditentukan oleh pendapatan konsumen melainkan kesadaran akan pentingnya komoditas organik (Barus dan Siregar 2005).
Tumbuhan menghasilkan senyawa primer dan sekunder melalui lima jalur biosintesis yaitu metabolisme gula, lintasan asetat malonat, lintasan asetat mevalonat, lintasan sikimat, dan metabolisme asam amino (Kaufman et al. 1998). Senyawa primer dan sekunder ini pada tumbuhan dalam bentuk yang berbeda-beda. Getah merupakan salah satu senyawa primer yang dihasilkan tumbuhan yang berupa suatu materi hasil fotosintesis dan keluar pada saat tanaman mengalami luka. Getah biasanya berupa cairan kental berwarna putih susu dan lengket dengan berat jenis 1,038 g/cm3, kadar air 82,02% dan kandungan aktivitas proteolitiknya 307,8 MCU (Sabari et al. 2001). Pada umumnya seluruh bagian tanaman mengandung getah, namun bagian tumbuhan yang paling banyak mengandung getah adalah pada bagian buahnya (<ref name="Bertanam Pepaya">Kalie MB. 1996). Bertanam Pepaya. Jakarta: Penebar Swadaya. </ref>.
=== bioinsektisida dari getah pepaya ===
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk pengembangan getah pepaya sebagai di Indonesia adalah sebagai berikut: Pemerintah memberikan legalitas untuk berkembangnya bioinsektisida dari kulit jeruk di Indonesia, membantu program penelitian dan pengembangan, membuat program memasyarakatkan mengenai arti penting bioinsektisida bagi pertanian indonesia, memperketat keberadaan pestisida sintetik; sedangkan peran perguruan tinggi atau lembaga penelitian adalah meningkatkan penelitian dan pengembangan bioinsektisida; serta peran serta masyarakat dalam hal ini adalah membantu dalam merealisasikan pemanfaatan kulit jeruk sebagai bioinsektisida dan memasyarakatkan pentingnya bioinsektisida bagi pertanian indonesia dan peningkatan kesejah teraan petani.
 
Baris 15:
== Rujukan ==
 
* Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press.
* Hamijaya MZ dan Asikin A. 2005. Teknologi ”Indiggenous” dalam mengendalikan hama padi di Kalimantan Selatan. Dalam Simposium Nasional, Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Era Otonomi dan Globalisasi. Bogor 22 November 2005.
Kardinan.* Kalie 2002MB. Pestisida1996. Nabati RamuanBertanam dan AplikasiPepaya. Jakarta: Penebar Swadaya.
* Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.
* Prijono D. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan insektisida alami dalam PHT. Di dalam: Nugroho BW, Dadang dan Prijono D, editor. Bahan Pelatihan * Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida alami, Bogor 9-13 Agustus 1999. Bogor: pusat Kajian PHT IPB. Halaman 1-7.