Suku Sunda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 29:
Sunda berasal dari kata Su yang berarti segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan. Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang dimaksud adalah ''cageur'' (sehat), ''bageur'' (baik), ''bener'' (benar), ''singer'' (mawas diri), dan ''pinter'' (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh masyarakat yang bermukim di Jawa bagian barat sejak jaman [[Kerajaan Salakanagara]].
 
Nama Sunda mulai digunakan oleh raja [[Purnawarman]] pada tahun 397 untuk menyebut ibukota [[Kerajaan Tarumanagara]] yang didirikannya. Untuk mengembalikan pamor Tarumanagara yang semakin menurun, pada tahun 670, Tarusbawa, penguasa Tarumanagara yang ke-13, mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Kemudian peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan Rajaraja Galuh. Akhirnya kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu [[Kerajaan Sunda]] dan [[Kerajaan Galuh]] dengan [[Sungai Citarum]] sebagai batasnya.
 
[[Berkas:Linguistic map West Java.png|thumb|320px|Peta linguistik Jawa Barat]]
 
==Bahasa==
''Lihat'' : [[Bahasa Sunda]]''
 
Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak menggunakan [[bahasa Sunda]]. Namun kini telah banyak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di perkotaan tidak lagi menggunakan bahasa tersebut dalam bertutur kata.<ref>{{cite book | last = Hasbullah | first = Moeflich | publisher= Kompas Cetak | title =Tergerusnya Kebudayaan Sunda | date = | year = | url = | accessdate = | isbn = }}</ref> Seperti yang terjadi di pusat-pusat keramaian kota [[Bandung]] dan [[Bogor]], dimana banyak masyarakat yang tidak lagi menggunakan bahasa Sunda.
 
Ada beberapa [[dialek]] dalam bahasa Sunda, antara lain dialek Sunda-Banten, dialek Sunda Utara, dialek Sunda [[Parahyangan|Priangan]], dialek Sunda-Jawa, dan beberapa dialek lainnya yang telah bercampur baur dengan [[bahasa Jawa]] dan [[bahasa Melayu]]. Karena pengaruh budaya [[Suku Jawa|Jawa]] pada masa kekuasaan [[Kerajaan Mataram Islam]], bahasa Sunda - terutama dialek Sunda Priangan - mengenal beberapa tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di wilayah-wilayah pedesaan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma tetap dominan.
 
==Profesi==
 
Dibanding masyarakat lain, daya juang dan etos kerja masyarakat Sunda relatif rendah.<ref>{{cite book | last = Hendayana | first = Yayat | publisher= Pikiran Rakyat | title =Jawa Barat 2010, Terdepan atau Terpinggirkan? | date = | year = | url = | accessdate = | isbn = }}</ref> Mayoritas masyarakat Sunda berprofesi sebagai petani, penambang pasir, dan berladang. Sampai abad ke-19, banyak dari masyarakat Sunda yang berladang secara berpindah-pindah, sehingga sering merusak konservasi alam. Di wilayah perkotaan, banyak orang Sunda yang berprofesi sebagai buruh pabrik, pegawai negeri, dan pembantu rumah tangga. Sebagai pedagang keliling banyak pula dilakoni oleh masyarakat Sunda, terutama asal [[Tasikmalaya]] dan [[Garut]]. Mereka menjual aneka perabotan rumah tangga dengan sistem kredit.
 
==Referensi==