Soewardi Idris: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
19Adelheid (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
TjBot (bicara | kontrib)
k bot kosmetik perubahan
Baris 8:
Soewardi Idris menikah dua kali. Istri pertama bernama Rosleni. Bersama Rosleni, Soewardi Idris memiliki tiga orang anak. Karena Rosleni meninggal dunia, Soewardi Idris pun menikah lagi. Perempuan kedua yang dinikahinya itu bernama Rahmah. Bersama Rahmah, ia memiliki tiga orang anak lagi. Pernikahan Soewardi Idris dengan Rahmah terjadi di hutan karena saat itu Soewardi tengah bergerilya bersama PRRI. Bakat menulis Soewardi Idris menurun pada anaknya, misalnya [[Purnama Soewardi]]. Saat ini Purnama bekerja di [[TVRI]].
 
== Latar Belakang Kesusasteraan ==
Bakat mengarang Soewardi Idris muncul semasa ia [[mahasiswa]]. Sebenarnya bakat mengarang Soewardi Idris bukan turunan dari siapapun melainkan ia merintis karirnya sendiri. Meskipun demikian, [[Rustam Anwar]] telah berjasa menyuntikkan semangat agar Soewardi Idris mau menulis apa saja, walaupun sedikit yang penting masuk buku [[HB Jassin]]. Dari suntikan semangat itu, lahirlah novel yang berjudul [[Dari Puncak Bukit Talang]]. Novel itu satu-satunya [[novel]] karya Soewardi Idris yang dibahas panjang lebar oleh HB Jassin. Di sisi lain, memang sangat mengagumi HB Jassin karena menurutnya Jassin benar-benar mengabdikan hidupnya untuk sastra. Di samping itu, Soewardi Idris pun mengaku sangat mengagumi karya-karya [[Kahlil Gibran]] sehingga dalam berkarya, ia merasakan sangat terpengaruh dengan pesona karya tokoh yang dikaguminya itu bahkan ia pun mengoleksi karya-karya Gibran. Pola hidup Soewardi banyak dipengaruhi oleh konsep pemikiran Gibran seperti cara berpakaian, bekerja, dan merawat anak.<ref name="c">Jassin HB. 1967. Soewardi Idris Pengarang Realis dalam ''Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei''. Jakarta: Gunung Agung.</ref>
 
Soewardi Idris memiliki banyak koleksi buku. Ia memiliki 2000 eksemplar novel dan buku-buku lainnya. Ia berhadap anak-anaknya memberi perhatian lebih terhadap koleksinya itu. Dalam peta sastra Indonesia Soewardi Idris tergolong dalam kelompok pengarang periode [[1953-1961]] oleh [[Ajip Rosidi]]. Meskipun demikian, sebenarnya Soewardi Idris tidak pernah berhenti berkarya. Karyanya masih muncul dalam berbagai [[media massa]].<ref name="b">{{en}}Kratz EU. 1988. Bibliography of Indonesia Literature in Journals. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.</ref>
 
== Karya-karya ==
Tulisan Soewardi Idris muncul di berbagai [[majalah]] dan [[surat kabar]] sejak tahun [[1953]] hingga saat ini. Majalah yang memuat karya Soewardi Idris itu antara lain adalah Gadjah Mada, Fantasia, Mimbar Indonesia, Kisah, Majalah Nasional, Duta Suasana, Brawijaya, ''Star Weekly'', Waktu, Varia, dan Tanah Air. Hingga tahun 1999 tercatat ia telah menulis sebanyak 37 [[cerpen]], satu buah novel, satu buah [[puisi]], satu buah cerita anak, dan 35 [[pantun]] serta 9 karya di luar sastra.<ref name="a">Atisah. 1999. Soewardi Idris dan Karyanya. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.</ref>
 
== Referensi ==
{{reflist}}