Ali Audah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
TjBot (bicara | kontrib)
k bot kosmetik perubahan
19Adelheid (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{inuse|26 Mei 2010}}
'''Ali Audah''' ialah seorang pengarang [[sastra Indonesia]] modern. Ali Audah lahir tanggal 14 Juli [[1924]] di [[Bondowoso]], [[Jawa Timur]]. Ayahnya bernaa Salim Audah dan ibunya bernama Aisyah Jubran. Pada saat usia Ali Audah 7 tahun, ayahnya meninggal dunia. Saat itu, keempat saudara Ali Audah belum ada yang bekerja. Mereka diasuh oleh ibu mereka dengan sabar dan bijaksana.
 
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ibu Ali Audah bersama dengan kelima anaknya pindah ke Kota [[Kewedanan]]. Di kota itu, ibu Ali Audah membuka [[restoran]], tapi tidak bertahan lama sebab restoran itu selalu merugi. Selanjutnya, Ali Audah pindah ke sebuah [[desa industri]] di dekat [[Surabaya]]. Di tempat itu, hidup mereka ditanggung oleh kakak Ali Audah yang bekerja di perusahaan [[tenun]].
 
== Latar Belakang Kesasteraan ==
Saat pendudukan [[Jepang]], Ali Audah menulis [[cerpen]], kemudian cerpen itu dikirimkannya ke majalah yang terbit di [[Jakarta]]. Namun, karangannya itu tidak ada satu pun yang dibuat. Hal itu tidak membuatnya putus asa. Ia terus berusaha semakin banyak membaca dan mengarang.
 
Pada tahun [[1946]], Ali Audah mengikuti lomba mengarang [[sandiwara]] di [[Jawa Timur]]. Tanpa disangka ia menang dalam perlombaan itu. Dengan kemenangan itu, Ali Audah mencoba menulis [[sajak]], kemudian sajak-sajaknya itu dikirimkan ke [[majalah]] ''Sastrawan'' yang terbit di [[Malang]].<ref name="a">{{en}} Kratz EU. 1988. ''Bibliography of Indonesia Literature in Journals''. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.</ref>
 
Setelah pindah ke [[Solo]], ia berkenalan dengan beberapa pengarang dan seniman seperti Muhammad Dimyati. Menurutnya, Muhammad Dimyati mempunyai jasa yang sangat besar di bidang kesusasteraan dan kebudayaan. Pada tahun 1953, setelah terkena [[penyakit jantung]] dan paru-paru, Ali Audah berhenti bekerja. Semenjak itu, ia hidup dari hasil karangannya. Ali Audah mendapat hadiah pertama dalam menulis [[biografi]] dan [[filsafat]] penyair [[Pakistan]], Mohammad Iqbal.
 
Motivasi Ali Audah menjadi pengarang adalah karena ingin berbicara. Banyak masalah yang menekan perasaan dan pikirannya, tetapi ia tidak mengerti cara mengatakannya. Ali Audah ingin menyatakan [[pikiran]] dan [[perasaan]] yang berkecamuk di dalam pikirannya, tetapi ia tidak pandai bicara.
 
Ali Audah kini lebih dikenal sebagai seorang [[penerjemah]] daripada [[sastrawan]]. Dua puluh tahun lebih ia menerjemahkan buku-buku [[sastra]], [[filsafat]], dan [[agama]]. Lebih lanjut, Ali Audah mengkhususkan diri dalam menerjemahkan karya [[sastra Arab modern]]. Pengkhususan itu dilakukan atas dorongan [[Asrul Sani]]. Ali Audah juga mempunyai perhatian yang besar dalam pengajaran sastra di sekolah.<ref name="b">Jaruki M. 1996. Tanggapan Dunia Ali Audah. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.</ref>
 
== Karya-karya ==
Ali Audah menulis di berbagai majalah dan [[surat kabar]] berawal tahun [[1946]]. Majalah yang memuat karya Ali Audah antara lain Sastra, Zenit, Indonesia, Kisah, Mimbar Indonesia, Roman, Konfrontasi, Gema Islam, dan Sasterawan.
 
== Referensi ==